8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Better Teaching and Learning BTL
BTL merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh USAID Indonesia melalui program DBE3 yang bertujuan untuk meningkatkan
mutu dan relevansi pendidikan menengah pertama DBE3, 2009. Model BTL menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar student centered
bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi teacher centered. Pada model BTL, para siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar sehingga
pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih bermakna karena mereka diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Sutardji Sholeh 2010, untuk membantu siswa mencapai tujuan belajar sesuai kompetensinya, guru harus
melaksanakan pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna. Model BTL dalam penelitian ini, menggunakan pola pembelajaran kontekstual dan kooperatif
untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
Pola pembelajaran kontekstual memiliki beberapa ciri yaitu menuntut siswa aktif dan kreatif, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi,
memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar, dan bekerjasama dalam kelompok. Pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang menekankan pada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka Sanjaya, 2006: 109. Kegiatan pembelajaran kontekstual tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan
kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi diupayakan agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan
permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Menurut Nurdin 2009, Contextual Teaching and Learning CTL membantu guru
mengkolaborasikan berbagai keterampilan untuk memotivasi dan memberikan inovasi sehingga pembelajaran dapat berjalan aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Pada penelitian ini, model BTL juga menggunakan pola pembelajaran
kooperatif yang merupakan salah satu upaya mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Menurut Rusman 2011: 202,
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Hasil penelitian Patrick Urhievwejire 2010 menunjukkan
bahwa: “strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
sains siswa”. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi dan mengembangkan beberapa kecakapan hidup seperti
berkomunikasi dan bekerjasama yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan nyata.
Pada penerapan model BTL, terdapat kegiatan-kegiatan praktis dan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sedangkan siswa aktif
mengerjakan tugas yang menantang untuk berdiskusi dan berpikir. Hasil kerja siswa merupakan buah pikiran sendiri sedangkan pada lingkungan belajar, ruang
kelas ditata dengan lebih baik. Posisi tempat duduk diatur supaya siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dan hasil kerja dipajang untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar. Tahapan penerapan model BTL dalam kegiatan pembelajaran menggunakan
kerangka sederhana yang disebut ICARE. Kerangka ICARE meliputi lima unsur kunci pengalaman pembelajaran yaitu Introduction, Connection, Application,
Reflection dan Extension DBE3, 2009: 12. Kerangka ICARE dijelaskan secara terperinci sebagai berikut:
1 Introduction Perkenalan Pada tahap ini, guru menanamkan pemahaman tentang isi dari
pembelajaran kepada siswa. Bagian ini berisi penjelasan tujuan pembelajaran dan hasil yang akan dicapai selama pembelajaran tersebut.
2 Connection Menghubungkan Pada tahap connection ini, guru berusaha menghubungkan materi ajar
yang baru dengan sesuatu yang sudah diketahui siswa dari pembelajaran atau pengalaman sebelumnya. Guru meminta siswa untuk memberikan penjelasan
tentang apa yang mereka ingat dari pembelajaran sebelumnya. Setelah itu guru dapat menghubungkan siswa dengan informasi baru.
3 Application Penerapan Application merupakan tahap yang paling penting dari pembelajaran.
Setelah siswa memperoleh informasi atau kecakapan baru melalui tahap connection, mereka diberikan kesempatan untuk mempraktikkan dan
menerapkan pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap ini, guru membentuk kelompok kecil antara 3-5 siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam
memecahkan suatu masalah sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. 4 Reflection Refleksi
Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari sedangkan tugas guru yaitu menilai sejauh mana
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi ini dapat berupa diskusi kelompok, penulisan mandiri atau kuis singkat.
5 Extension Kegiatan Lanjutan Kegiatan pada tahap extension ini adalah guru menyediakan kegiatan yang
dapat dilakukan siswa setelah pembelajaran berakhir untuk memperkuat dan
memperluas pembelajaran. Kegiatan extension dapat meliputi penyediaan bahan bacaan tambahan, tugas percobaan atau latihan.
Bagan alur tahapan ICARE dalam kegiatan pembelajaran ditunjukkan pada Gambar 2.1.
2.2 Pendekatan Keterampilan Proses