66
D. Perkembangan Aransemen Musik Keroncong Periode 2005
Industri musik di Indonesia dari tahun ketahun mulai menunjukan perkembangannya ditandai dengan munculnya musik-musik jenis baru yang
sangat beragam dan dengan inovasi- inovasi dalam permainanya yang bertujun untuk menarik minat para pecinta musik, dengan adanya hal tersebut musik
keroncong juga turut serta dalam pengembangan musik keroncong salah satunya dengan memberikan inovasi dan sentuhan baru pada permainan musiknya.
Dengan hal tersebut diharapkan musik keroncong dapat bersaing dengan musik- musik yang lain. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah untuk
mengembangkan musik keroncong tersebut ialah dengan mengaransir lagu- lagu keroncong agar lebih harmonis dan enak didengar. Dalam aransemen musik
keroncong bagian- bagian yang diaransir ialah seperti bagian progresi akor, memberikan senggakan- senggakan atau dalam istilah aransemen disebut variasi
ritmis dan pemberian filer- filer agar musik keroncong lebih harmonis. Hal tersebut diasampaikan oleh Bapak. disampaikan pada tanggal 5 Mei 2015 :
“
Menurutku aransemenki yo nek diibaratke panganan kui masakan jadi bahan bakunya apa dan akan dibuat seperti apa terus yang akan makan
siapa. Dalam arnsemen khusushya aransemen musik keroncong bagian- bagian sik diaransemen ki yo seperti akor nya, melodi biola dan flute,
permainan tempo dadi iso dicepetke dirindeke ora ming ngono-ngono
wae”. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam aransemen di
ibaratkan membuat sebuah masakan, jadi aka ditujukan untuk siapa dan akan dibuat seperti apa. Dalam aransemen keroncong bagian-bagiann yang
diaransemen yaitu pada akor, permainan flute dan melodi biola serta permainan tempo lagu.
67
Aransemen lagu keroncong diciptakan sesuai dengan kebutuhan, diartikan yaitu akan ditujukan untuk apakah aransemen itu dibuat apakah
diciptakan untuk lomba, mengisi acara- acara pesta atau untuk rekaman. Pada aransemen yang ditujukan untuk lomba
arranger
akan menonjolkan skil- skil para pemain musik pada stiap instrumen, menonjolkan teknik- teknik permainan para
pemain dan memberikan impovisasi bagi tiap pemain. Pada aransemen yang ditujukan untuk rekaman akan dibuat aransir yang simpel namun harmonis dan
enak didengar serta aransemen lagu tidak begitu menonjolkan skil-skil dan teknik permainan musiknya. Hal tersrbut disampaikan oleh Bapak. Anang pada tanggal 5
Mei 2015: “
Aransemen digawe menurut acara opo tujuane, ya misal aransemen sik meh dienggo lomba bedo karo aransemen sik meh dienggo rekaman, nek
aransmen sik nggo lomba biasane luih memperlihatkan skil karo teknik permainan pemain musik karo kei improfisasi, yen aransemen sik nggo
rekaman luih simpel tapi apik ya kaya luih harmonis, sik pentong enak dirungoke karo para pendengar
.” Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tiap aransemen berbeda
menurut tujuan diciptakan aransemen tersebut, seperti halnya aransemen keroncong yang ditujukan untuk lomba dan aransemen keroncong yang ditujukan
untuk rekaman. Aransemen lagu pada tahun 2005 arnger masih meggunakan notasi-
notasi angka dalam penulisannya hal tersbut dikarenakan masih sarana kurangnya media aplikasi yang menunjang dalam hal aransemen. Kurangnya sarana media
aplikasi tersebut juga salah satu faktor penghambat yang menjadikan musik keroncong pada periode tersebut kurang maksimal dalam pembuatannya. Berikut
ini adalah aransemen lagu Kr. Lambaian Sang Merah Putih yang sudah diaransir
68
ditujukan untuk lomba. Penulisan lagu masih menggunakan notasi angka dan ditulis manual oleh arannger.
Gambar 28. Partitur lagu yang masih menggunkan notasi angka dokumentasi: Ashila 2015
Penulisan pada alat musik cak, cuk, gitar, cello dan bass hanya menggunakan penulisan simbol- simbol akor pada progeris akornya tidak menggunakan notasi
angka hal tersebut lebih efektif meumadahkan permainan para pemain pengiring yang terdiri pada alat musik cak, cuk, gitar, cello dan bass.
Kr.Lambaian Sang Merah Putih ialah salah satu lagu yang diciptakan oleh Budiman B.J lagu ini biasanya dinyanyikan pada tanggal 17 Agustus dimana
pada tanggal tersebut bangsa Indonseia merayakan hari kemerdekaan Indonesia, liriknya yang mengandung rasa patriotisme menjadikan lagu tersebut menjadi
pilihan para pemusik keroncong untuk ditampilkan pada saat mengisi acara 17-an. Lagu Kr. Lambain Sang Merah Putih ini juga pernah dimainkan oleh grup
keroncong Puri Rama dengan aransemen baru yang lebih energik. Aransemen lagu ini pun juga pernah dilombakan di tinkat provinsi dan berhasil mendapatkan
penghargaan aransemen terbaik pada tingkat Povinsi Jateng pada tahun 2002.
69
Berikut ini adalah penghargaan yang diberikan Guberbur Jatwa Tengah Pada Saat itu:
Gambar 29. Penghargaan aransemen terbaik di tingkat Provinsi Jawa Tengah
Dokumnetasi : Ashila 2015
Pada penelitian ini penulis mencoba menuliskan kembali
fullscore
partitur lagu Kr. Lambaian Sang Merah Putih tersebut ke dalam dotasi balok dan mencoba membandingkan lagu Keroncong Asli yang sudah diaransemen dengan
lagu Keroncong Asli yang belum diaransemen atau masih sama dengan pakemnya. Berikut ini adalah tabel rangkumanya:
70
Tabel 4. Perbedaan keroncong yang belum diaransemen dan yang sudah diaransemen pada periode 2005.
No Keroncong yang belum
diaransemen Keroncong yang sudah
diaransemen
1. Jumlah birama pada keroncong asli
mempunyai jumlah birama 28 bar dan menggunakan sukat 44 serta
memainkan 2 koplet atau 2 putaran lagu.
Keroncong yang sudah diaransir ini memiliki jumlah birama 57 bar
dengan satu putaran.
2. Bentuk dari keroncong terdapat
kalimat bagian A-B-C. Bagian A mempunyai progresi
akord : I – I – I – V – V – II – II –
V – V.
Sama dengan
keroncong asli,
keroncong asli yang sudah diaransir ini juga terdapat bagian A-B-C.
Di dalam keroncong asli yang sudah diaransir ini bagian Ajuga memiliki
progresi akor yang sama
3. Voorspel pada keroncong asli
hanya menggunkan dua bagian voorspel, dengan menggunakan
progresi akor I- V dilanjut dengan bagian
angkatan yang
menggunakan progresi akor I- IV- IV- I.
Keroncong yang sudah diaransemen ini langsung menuju bagian intro I
yang diiringi dengan irama
engkel
yang kemudian
dilanjut dengan
voorspel
I dan disisipi lagi dengan intro II yang diiringi dengan dengan
irama
dobel
kemudian dilanjutkan dengan
voorspel
II. 4.
Bagian
Angkatan
atau permainan irama keroncong yang dimainkan
setelah voorspel yang mempunyai progresi akor: I
– IV – V – I
Angkatan
pada keroncong asli yang sudah diarasir mempunyai perbedaan
pada bagian progresi akor yang dimainkan yaitu menggunakan akor: I
– IV – iv – I
5 Setelah bagian
Angkatan
pada keroncong asli biasanya terdapat
middle spell,
dalam musik
keroncong yang
biasanya dimainkan oleh pemain flute atau
biola dengan mengunakan akor dominan septim V7 yang berisi
Keroncong asli
yang sudah
diaransemen ini tidak menggunakan
middle spell
namun diganti dengan menggunkan
senggakan
yang harmonis dan membentuk ritmis
71
6. nada : 5-7- 2- 4.
Ole-ole
atau refrain dalam lagu keroncong asli.
Ole-ole
pada keroncong yang sudah diaransir sama dengan keroncong asli
yang belum diaransir.
7.
Overgang
atau progresi akor yang biasa dimainkan pada setiap akhir
melodi dengan akor tonika I pada satu
birama yang
kemudian disambut akor subdominan IV ke
akor dominan septim V7 dan kembali ke akor tonika I atau : I-
IV- V7- I, didalam istilah musik barat diesebut dengan
kadensa. Overgang
pada keroncong asli yang sudah diransir mempunyai progresi
akor yang sama, namun perbedaan dari keroncong yang sudah diaransir
ini progresi akor diganti dengan variasi ritmis yang memainkan akor :
I
– IV - iv – I.
8.
Senggakan,
atau bagian
coda biasanya dimainkan di akhir lagu
dan dimainkan oleh alat musik biola atau flute dengan progresi
akor subdominan, dominan ke tonika atau IV- V- I. Pada akor
tonika
yang terahir terkadang pemain
memperlambat tempo
permainan secara berangsur-angsur atau
ritardando
Senggakan pada keroncong yang sudah diaransemen ini dimainkan oleh
alat musik flute dengan progresi akor VI- ii V- VI- ii
– VI dan diakhiri dengan
senggakan
kromatis dengan akor VI- III dengan tempo yang sama
dan dmainkan dengan dengan dinamik
fortesimo
yang dimainkan oleh semua alat musik.
Keroncong asli yang belum diaransemen ini memiliki jumlah birama 28 bar dengan dua putran lagu atau dua
koplet
, namun pada keroncog asli yang sudah diaransemen ini memiki jumlah birama 57 bar dengan satu puratan lagu atau satu
72
koplet. Jumlah birama yang melebihi pakemnya tersebut disebabkan karenan adanya variasi-variasi yang diselipkan agar lebih harmonis, jika pada keroncong
asli pada awal lagu di tandai dengan permainan
voorspell
pada alat musik biola, berbeda dengan keroncong yang sudah diaransir ini, pada awal lagu terdapat
bagian introduksi yang melodi utamanya dimainkan oleh alat musik flute yang diiringi oleh permainan alat musik cak, cuk, gitar, cello dan bas dengan
memainkan irama
engkel
. Berikut ini adalah bagian dari introduksi yang dimainkan :
Gambar 30. Introduksi I yang dimainkan dengan irama
engkel
. Dokumentasi: Ashila 2015
Pada bagian introduksi I ini instrumen flute berperan sebagai pembawa melodi utama, ciri khas permainan keroncong pada alat musik flute yaitu pada
teknik permainanya, teknik permainan yang dimainkan pada alat musik flute yaitu teknik pemainan
legato
dan
glisando
sehingga menciptakan kesan yang mendayu
73
dayu, berikut ini adalah contoh melodi yang dimainkan oleh flute dengan menggunakan teknik
legato
dan
glisando
:
Gambar 31. Teknik
legato
dan
glisando
yang dimainkan di introduksi lagu.
Dokumentasi: Ashila
Pada keroncong yang sudah di aransir ini memiliki dua bagian intro jika pada bagian intro I permainan flute diringi dengan irama
engkel,
yang membedakan intro II dengan intro I yaitu pada iringannya, pada intro II ini
permainan melodi yang dibawakan oleh alat musik flute diiringi dengan irama
double
. Teknik-teknik yang dimainkan oleh alat musik flute juga masih sama yaitu dengan teknik legato, sehingga menciptakan kesan mendayu-dayu. Berikut
ini adalah contoh melodi yang dimainkan pada intro II :
Gambar 32. Introduksi II yang dimainkan dengan irama
double.
Dokumentasi: Ashila
74
Pada gambar 32 diatas
inrtoduksi
II dimulai pada birama 8, yang membedakan dengan
introduksi
II yaitu pada iringannya, pada introduksi II ini menggunakan irama
doble
, ciri khas permainan double ini terdapat pada alat musik cuk cak yang menonjol dengan memainkan nada-nada dengan nilai 116
sehingga terkesan lebih energik. Perminan gitar pada introduksi II pada birama 8- 11 ini menggunakan teknik permainan
grambyangan,
teknik permainan ini yaitu dengan memetik dawai gitar dengan memainkan melodi yang bergerak keatas dan
kebawah sebagai jabaran dari akor yang dimainkan dengan nilai nada 18 untuk irama
engkel
dan 116 untuk irama
double
. Pada teknik
grambyangan
yang dimainkan pada lagu keroncong yang sudah diaransir ini nilai nada yang
dimainkan tak 116 semua namun juga menyisipkan nilai nada 18.Berikut ini adalah contoh teknik permainan grambyangan yang dimainkan pada bagian intro
II :
Gambar 33. Teknik
grambyangan
yang dimainkan oleh alat musik gitar. Dokumentasi: Ashila
Pada umumnya penggunaan
voorspell
digunaakan sebelum masuk ke intro lagu, berbeda dengan lagu keroncong yang sudah diaransir ini, penggunaan
voorspell
terletak pada bagian setelah intro I dan intro II.
Voorspel
yang pertama yang terdapat pada birama 6 dimainkan oleh alat musik biola dengan menggunakan
teknik
pizzicato
atau petik degan progresi akor I – V. Berikut ini adalah contoh
melodi
voorspell
I yang dimainkan oleh biola :
75
Gambar 34.
Voorspell
I yang dimainkan oleh biola dengan teknik
petik.
Dokumentasi: Ashila Pada bagian voorspell II diamainkan oleh permaian biola dengan teknik gesek
dengan juamlah birama 5 bar terdapat pada birama 13- 17 yang kemudian pada birama ke- 15 diselipi dengan permainan flute mamainkan suara kedua. Berikut
ini adalah contoh melodi
voorspell
yang dimainkan oleh biola dan flute :
Gambar 35
. Voorspel
II yang dimainkan oleh alat musik biola dan flute Dokumentasi: Ashila
Setelah bagian
voorspell
II dilanjutkan bagian yang dinamakan
angkatan
, yaitu bagian permaian irama keroncong sebelum vokal masuk pada syair lagu pertama.
Bagian terdapat pada birama 18 sampai dengan birama 22 Jika pada patokanya bagian
angkatan
menggunakan progresi akor I- IV- V- I berbeda dengan lagu keroncong yang sudah diaransir ini, pada aransir lagu ini arranger menggunakan
progresi akor I- IV- iv- I. Bagian angkatan ini melodi utamaya dimainkan oleh lat musik flute, berikut ini adalah contoh bagain
angkatan
:
Gambar 36. Contoh melodi bagian
angkatan
yang melodi utmanya dimainkan oleh flute
Dokumentasi: Ashila 2015 Pada bagian
angkatan
ini terdapat obligato yaitu melodi kedua yang mengiringi melodi utama dalam beberapa bagian tidak hanya ketika melodi utama
76
diam atau berupa nada panjang saja, di dalam aransemen lagu ini
obligato
terdapat pada alat musik gitar sedangkan alat musik cuk memainkan nada terts dibawahnya. Berikut ini contoh bagian
obligato
yang terdapat di bagian
angkatan
terdapat pada birama 23 :
Gambar 37. Melodi
obligato
yang dimainkan alat musik gitar dan cuk. Dokumentasi: Ashila
Alat musik gitar dan cuk seringkali tak hanya memainkan
obligato
saja, namun terkadang juga memainkan
counter melody
dimana melodi yang bergerak berlawanan dengan melodi utama. Berikut ini contoh melodi bagian conter melodi
yang dimainkan olhe alat musik gitar dan cuk yang terdapat pada birama 45 :
Gambar 38. Melodi bagian
counter melodi
yang dimainkan oleh gitar dan cuk. Dokumentasi: Ashila 2015
Setelah bagian angkatan pada lagu keroncong asli biasanya terdapat bagian yang dinamakan
middle spell
, dalam musik keroncong
middle spell
dimainkan oleh alat musik flute atau biola dengan menggunakan akor V7 yang berisi nada : 5 -7- 2- 4, namun berbeda dengan lgu keroncong yang sudah diransir
ini. Pada lagu keroncong yang sudah diaransemen ini tidak menggunakan
middle spell
namun diganti dengan menggunakan
senggakan
yang harmonis dan
77
membentuk variasi ritmis terdapat pada birama 29 sampai birama 32, jika biasanya digunakaan saat bagian coda disini senggakan digunakan untuk
menggantikan
middle spell
. Berikut ini adalah contoh melodi bagian senggakan yang menggunakan variasi ritmis :
Gambar 39. Bagian
senggakan
yang dimainkan oleh alat musik pengiring. Dokumentasi: Ashila 2015
Di dalam bagian
senggakan
ini menggunakan teknik aransemen variasi ritmis, didalam variasi ritmis ini aranger memberi progresi akor yang kemudian
dimainkan oleh alat musik gitar, cak, cuk, cello dan bass sehingga tercipta harmonisasi yang indah. Bagian
senggakan
ini menandakan bahwa akan mulai bagian
ole-ole
atau bagian refreain lagu, pada bagian refreain lagu ini aransemennya masih sama dengan keroncong asli yang digunakan. Setelah
memasuki bagian
ole-ole
di dalam keroncong asli ada bagian yang dinamakan
overgang
.
Overgang
atau progresi akor yang biasa dimainkan pada setiap akhir melodi dengan progresi akor I pada satu biramayang kemudian disambut akor IV
ke akor V7 dan kembali ke akor I, namun yang membedakan pada
overgang
pada keroncong asli yang sudah diaransir ini terletak padaprogresi akornya yang
78
memainkan akor I- IV- iv- I. Berikut ini adalah contoh melodinya pada birama 43 sampai dengan 45 :
Gambar 40. Melodi bagian
overgang
. Dokumentasi: Ashila 2015
Bagian akhir lagu atau coda atau dalam istilah keroncong disebut senggakan biasanya dimainkna oleh alat musim flute atau biola dengen progresi
akor IV- V- I dan diakhir lagu terkadang pemain keroncong memperlambat tempo permainan secara berangsur-angsur atau di
ritardando
. Namun pada keroncong asli yang sudah diaransemen kali ini senggakan dimainkan oleh alat musik flute
denganprogresi akor VI- ii- V- VI- ii- VI dan diakhiri dengan senggakan kromatis dengan progresi akor VI- III dengan tempo yang sama atau tidak di
ritardando
atau diperlambat, dan bagian akhir lagu ini dimainkan dengan dinamik
forte
atau keras. Berikut ini adalah contoh melodinya yang terdapat pada birama 49 sampai
dengan birama 56 :
Gambar 41. Contoh melodi Bagian
coda
Dokumentasi: Ashila 2015
79
E. Perkembangan Aransemen Musik Keroncong Periode 2015