1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah kebudayaan umat manusia telah membuktikan bahwa seni merupakan salah satu unsur penting yang hidup, tumbuh dan berkembang seiring
dengan perkembangan budaya kehidupan manusia. Seni berkembang membentuk keragaman menjadi suatu cabang-cabang seni, bentuk-bentuk seni tersebut sangat
beragam, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni sastra. Menurut pendapat Sedyawati tujuan orang melakukan kegiatan seni ialah sebagai sasaran langsung
ataupun sebagai sasaran antara, adalah untuk menghadirkan keindahan 2012: 127.
Dari beragam cabang seni yang ada, seni musik merupakan salah satu cabang kesenian yang mengalami pekembangan sangat cepat. Di Negara kita Seni
musik tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan juga pengaruh-pengaruh dari kebudayaan luar, hal tersebut yang
mengakibatkan proses akulturasi terjadi, akulturasi merupakan percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Akulturasi
musik di Indonesia menimbulkan munculnya berbagai jenis-jenis musik seperti, Pop, Jazz, RnB, Dangdut, Blues, Hip Hop, Regae,Campur Sari, dan Keroncong
Musik keroncong adalah salah satu contoh musik Indonesia yang mengalami proses akulturasi atau percampuran kebudayaan antara kebudayaan
Bangsa Portugis dan kebudayaan Indonesia . Dikatakan demikian karena bermula
2
dari alat musik yang dibawa oleh para pelaut Portugis yang bernama ukulele atau cuk yang kemudian populer dikalangan penduduk pribumi, pada awalnya
penduduk pribumi merasa aneh mendengar suara instrumen cuk atau ukulele, karena penduduk pribumi terbiasa mendengar alat musuik yang bernada
pentatonik, sedangkan alat musik ukulele atau cuk bernada diatonik, dan dari sinilah yang menjadi asal mula lahirnya dari musik keroncong. Hal yang
mendefinisikan tentang musik keroncong juga disampaikan oleh Bramantyo 2004: 98 :
“Musik keroncong adalah bentuk musik yang paling populer, yang sejarahnya terlepas dari unsur keagamaan. Begitu populernya musik ini,
sehingga deikenal luas dan dan sangat dihargai di seluruh pulau jawa dan pulau-
pulau lain Bramantyo, 2004: 98”. Sementara itu menurut pendapat Becker dalam Bramantyo 2004: 98,
Keroncong adalah istilah umum untuk populer, lagu-lagu sentimental yang dinyanyikan di seluruh Indonesia dan pada umumnya dipercaya diperkenalkan
oleh Portugis pada sekitar abad ke-16. Frase vokal Eropa dan iringan kordal sederhana yang biasanya dimainkan pada sebuah gitar, inilah yang membedakan
musik keroncong dengan bentuk musik populer pribumi yang lain. Seiring dengan berjalannya waktu musik keroncong berkembang menjadi beberapa jenis antara
lain, keroncong asli, langgam keroncong, keroncong stambul dan keroncong modern, dengan munculnya berbagai jenis-jenis musik keroncong tersebut
semakin menyemarakan kembali warna musik di Indonesia.
Musik keroncong di indonesia semakin populer dengan adanya berbagai media yang turut menyemarakan dunia musik di Indonesia, baik dari media radio
3
maupun media televisi telah banyak menyajikan acara- acara musik yang beraneka ragam. Namun jika diamati pada saat ini keberadaan musik keroncong
tidak sepopuler pada saat dahulu diamana di setiap radio atau stasiun televisi sering menampilkan pertunjukan musik keroncong, hal ini disebabkan oleh
munculnya musik-musik dengan aliran baru yang dimainkan dengan instrumen- intrumen dengan teknologi baru, yang kemudian memunculkan anggapan
khususnya dikalangan generasi muda jika musik keroncong adalah musik yang kuno atau musiknya orang tua, kendati demikian musik keroncong masih tetap
eksis di kalangan para pecinta musik keroncong di Indonesia hal tersebut dibuktikan dengan masih berkembangnya musik keroncong sampai saat ini
meskipun kurangnya media yang mengekspos pertunjukan-pertunjukan musik keroncong.
Kurangnya media masa yang menampilkan pertunjukan musik keroncong menumbuhkan rasa keprihatinan terutama di kalangan para pecinta musik ataupun
komunitas musik keroncong yang berarada di wilayah Borobudur khususnya yang berada di desa Brojonalan. Didesa Brojonalan terdapat beberapa grup keroncong,
namun yang masih menunjukan eksistensinya sampai saat ini ialah grup keroncong yang bernama Puri Rama. Puri Rama terbentuk pada era 80-an, dimana
di era tersebut terdapat sebuah aturan dari pemerintah Magelang untuk setiap kelurahan mempunya sebuah grup kroncong, dengan aturan tersebut kemudian
munculah grup- grup keroncong salah satunya Puri Rama. Namun seiring dengan perkembangan jama musik keroncong mulai ditinggalkan dan aturan tersebut juga
mulai tak diwajibkan, dengan kondisi tersebut musik keroncong mulai berkurang
4
popularitasnya. Hal tersebut kemudian menggugah grup musik keroncong Puri Rama musik dan seniman keroncong yang berada di wilayah Borobudur unuk
membentuk suatu wadah untuk mengembangkan dan menjaga kelestarian musik keroncong di Indonesia khususnya di desa Brojonalan Borobudur.
Salah satu wadah yang dibentuk untuk mengembangkan musik keroncong yaitu dengan membentuk sebuah komunitas keroncong yang
beranggotakan para seniman panpecinta musik keroncong yang berada di wilayah Borobudur. Komunitas keroncong yang masih aktif hingga saat ini khususnya di
wilayah Borojonalan yaitu komunitas yang bernama Gemilang Keroncong Menggema. Gemilang keroncong Menggema beranggotakan para seniman,
pemusik dan pecinta musik keroncong, selain itu orang yang awam tentang musik keroncong dan ingin belajar dan tertarik dengan musik keroncong juga boleh ikut
serta dalam komunitas tersebut. Gemilang keroncong menggema diadakan setiap hari Senin dan Rabu malam, acara tersebut diselenggarakan di pendopo hotel
Pondok Tingal yang berada di desa Brojonalan. Pada isi acara terssbut diselenggarakan tentang tanya jawab musik keroncong dan penampilan-
penampilan musik keroncong dari para anggota komunitas, selain itu juga membahas upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mengembangkan musik
keroncong, salah satunya yaitu dengan mengadakan lomba dan festival keroncong, selain itu juga memberi inovasi-inovasi baru pada permainan musik
keroncong agar bisa dinikmati oleh masyarakat luas khususnya pada generasi muda.
5
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis berniat untuk melakukan penelitian dengan judul
“
Perkambangan Musik Keroncong di Desa Brojonalan Borobudur
”.
B. Identifikasi Masalah