PERKEMBANGAN MUSIK KERONCONG DI DESA BROJONALAN BOROBUDUR MAGELANG.

(1)

i

PERKEMBANGAN MUSIK KERONCONG DI DESA BROJONALAN BOROBUDUR MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh

Ashila Choirunisa 10208241034

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Perkembangan Musik Keroncong di Desa Brojonalan Borobudur Magelang” ini sudah diujikan pada saat ujian pendadaran Dewan

Penguji pada tanggal 13 Oktober 2015 dan ditetapkan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan TandaTangan Tgl Drs. Sritanto, M.Pd. Ketua Penguji ... ...

Dra. Heni Kusumawati, M.Pd. Sekretaris Penguji ... ...

Dr. AM. Susilo Pradoko, M.Si. Penguji I ... ...

Dr. Ayu Niza Machfuazia, M.Pd. Penguji II ... ...

Yogyakarta, 19 Oktober 2015 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Widyastuti Purbani, M. A NIP 196105 24 199001 2 001


(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Nama : Ashila Choirunisa NIM : 10208241034

Program Studi : Pendidikan Seni Musik

Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian- bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 30 September 2015 Penulis


(5)

v MOTTO

A dream is a wish your heart makes


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini Kapada kedua orang tuaku tercinta

Mudrick Ridlo (Ayahanda) dan Rachmi Supriatni (Ibunda) Atas kasih sayang dan doa, yang meberikan semangat serta


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan innyah-Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perkembangan Musik Keroncong Di Borobudur Magelang” ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari bebagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih secara tulus kepada :

1. Dr. Ayu Niza Machfuazia, M. Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dengan sabar dan teliti, serta memberikan petunjuk kepada saya untuk lebih banyak belajar lagi mengenai penulisan skripsi, sehingga skripsi ini dapat terwujud dengan baik,

2. Dra. Heni Kusumawati, M. Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan nasehat dan masukan, sehingga membuat saya lebih mudah dalam mengerjakan karya tulis ini;

3. Bapak Adi Panuwun selaku ketua OK. Puri Rama yang telah mengijinkan saya untuk meneliti keroncong di Borobudur;

4. Teman- teman Jurusan Pendidikan Seni Musik angkatan 2009 dan 2010, yang telah memberikan dukungan dan bantuannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik; dan

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada saya, sehingga skripsi ini dapat terwujud.

Skripsi ini tentu masih belum baik dan sempurn. Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya saran dan masukan agar dapat lebih baik lagi. Semoga sekripsi ini dapat berguna bagi para pembacanya.

Yogyakarta, 30 September 2015 Hormat Saya,


(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. I

HALAMAN PENGESAHAN ……….. Ii

HALAMAN PERNYATAAN ………... Iii HALAMAN MOTTO ……….... Iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... V

KATA PENGANTAR ………... Vi

DAFTAR ISI ...………. Vii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR TABEL ...……….. DAFTAR LAMPIRAN………..

Xi xii

ABSTRAK ………. Xii

i BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… B. Identifikasi Masalah ………... C. Fokus Penelitian ………. D. Tujuan Penelitian ………... E. Manfaat Penelitian ……….

1 5 5 5 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 7

A. Musik Keroncong ………..

B. Perkembangan Musik Keroncong ……….. C. Permainan Musik keroncong ………. D. Alat Musik Dalam Permainan Musik Keroncong ………….. E. Aransemen ………. F. Penelitian yang Relevan ………. G. Pertanyaan Penelitian ……….

7 9 17 19 26 29 30

BAB III METODE PENELITIAN ………... 31 A. Pendekatan Penelitian ………

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……… C. Data Penelitian ………... D. Informan dan Objek Penelitian ………... E. Tahapan Penelitian ………. F. Instrumen Penelitian ……….. G. Teknik Pengumpulan Sumber ………....

H. Kritik Sumber ………

I. Interpretasi Sumber ……… J. Historiografi ………

31 32 32 32 33 36 37 42 43 46 BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 49 A. Perkembangan musik keroncong …. .………... 49


(9)

ix

B. Perkembangan Musik Keroncong periode 2005 …………... C. Perkembangan Musik Keroncong Periode 2015 …………... D. Perkembangan Aransemen Musik Keroncong Periode 2005 E. Perkembangan Aransemen Musik Keroncong Periode 2015

F. Pembahasan ………

51 57 66 79 88 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……….. 92

A. Simpulan ………

B. Saran ………..

92 93 DAFTAR PUSTAKA ………... 94


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Partitur Lagu Kr. Senandung Nusantara ... 11

Gambar 2 : Skem Progresi Akor Lagu Kr. Senandung Nusantara ... 11

Gambar 3 : Partitur Lagu Lgm. Putri Ngayogyakarta ... 12

Gambar 4 : Skema Progresi Akor Lagu Lgm. Putri Ngayogyakarta …… 13

Gambar 5 : Partitur Lagu Stb.I Jampang ………... 14

Gambar 6 : Skema Progresi Akor Lagu Stb.I Jampang ... 14

Gambar 7 : Partitur Lagu Stb.II Lambang kehidupan ... 15

Gambar 8 : Skema Progresi Akor Stb.II Lambang kehidupan ... 15

Gambar 9 : Contoh Irama Engkel ... 18

Gambar 10 : Contoh Irama Doubel ... 19

Gambar 11 : Contoh Irama Petikan ... 19

Gambar 12 : Contoh Permainan Melodi Biola Pada Musik Keroncong ... 20

Gambar 13 : Contoh Permainan Melodi Flute Pada Musik Keroncong ... 21

Gambar 14 : Contoh Permainan Cuk Pada Musik Keroncong ... 22

Gambar 15 : Contoh Permainan Cuk Pada Musik Keroncong ... 22

Gambar 16 : Contoh Permainan Cak Pada Musik Keroncong ... 23

Gambar 17 : Contoh Permainan Melodi Gitar Pada Musik Keroncong ... 24

Gambar 18 : Contoh Permainan Cello Pada Musik Keroncong ... 25

Gambar 19 : Contoh Permainan Bass Pada Musik Keroncong ... 25

Gambar 20 : Diskusi Acara Gemilang Keroncong Menggema ... 53

Gambar 21 : Penampilan Puri Rama ……… 56

Gambar 22 : Penampilan Puri Rama Saat Berkolaborasi ... 57

Gambar 23 : Penampilan Grup Keroncong Rewo-Rewo ... 62

Gambar 24 : Penampilan Puri Rama Di Acara Tribute To Rohani …... 63

Gambar 25 : Penampilan Puri Rama Dengan Salah Satu Wisatawan ... 64

Gambar 26 : Penampilan Puri Rama Saat Menghibur Wisatawan ... 65

Gambar 27 : Penampilan Puri Rama Berkolaborasi ……… 66

Gambar 28 : Partitur Lagu yang Masih Menggunakan Notasi angka……... 88

Gambar 29 : Pengghargaan Arenasemen Terbaik Tingkat Provinsi Jawa Tengah …………... 69

Gambar 30 : Introduksi I yang Dimainkan Dengan Irama Engkel ……… 73

Gambar 31 : Teknik Legato dan Glisando Dimainkan di Introduksi lagu ………. 73

Gambar 32 : Introduksi I yang Dimainkan Dengan Irama Engkel ……... 74

Gambar 33 : Teknik Grambyangan yang Dimainkan Oleh Alat musik Gitar….………... 75

Gambar 34 : Voorspell I yang dimainkan Biola Dengan Teknik Petik………...………... 75

Gambar 35 : VoorspellI yang dimainkan Biola dan flute ……... 75

Gambar 36 : Melodi Angkatan yang Melodi Utamanya Dimainkan Oleh Flute ………... 76


(11)

xi

Gambar 37 : Melodi Obligato yang Dimainkan Alat Musik Gitar dan Cuk………...

76 Gambar 38 : Melodi Bagian Counter Melodi yang Dimainkan Oleh gitar

dan Cuk ………... 77 Gambar 39 :

Gambar 40 : Ganbar 41 : Gambar 42 : Gambar 43 : Gambar 44 : Gambar 45 : Gambar 46 : Gambar 47 : Gambar 48 : Gambar 49 : Gambar 50 :

Bagian Senggakan yang Dimainkan oleh Alat Musik Pengiring ………... Melodi Bagian Overgang………... Contoh Melodi Bagian Coda ………... Penampilan Puri Rama Dengan Formasi Mini Orkestra... Melodi Filer yang Dimainkan Alat Musik Biola... Melodi Filler yang Dimainkan Biola Dan Flute... Melodi Intro yang Dimainkan Secara Bersama yang Dimainkan Oleh Alat Musik Biola, Flute dan Cello... Melodi Utama Introduksi yang Dimainkan Oleh Alat Musik Flute………... Melodi Bagian Angkatan yang Dinyanyikan Oleh Vokal... Melodi Bagian Middle Spell yang Dimainkan Oleh Alat Musik Biola, Flute dan Cello…... Melodi Permainan Bagian Overgang…... Melodi Bagian Coda………...

77 78 79 80 81 81 84 85 85 86 87 88


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Contoh Alat Musik Keroncong Dalam Pembawaan Alat Musik Karawitan ... 17 Tabel 2 : Contoh Istilah-Istilah Dalam Musik Keroncong ... 28 Tabel 3 : Pedoman Wawancara ... 39 Tabel 4 :

Tabel 5 :

Perbedaan Keroncong yang Belum Diaransemen dan Sudah Diaransemen periode 2005... Perbedaan Keroncong yang Belum Diaransemen dan Sudah Diaransemen periode 2015...

70 82


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 97 Lampiran 2 Pedoman Observasi ... 98 Lampiran 3 Transkrip Wawancara ... 99 Lampiran 4

Lampiran 5 Lampiran 6

Partitur Kr. Lambaian Sang Merah Putih ... Partitur Kr. Fajar yang Indah.. ... Surat Perijinan...

113 126 131


(14)

xiv

PERKEMBANGAN MUSIK KERONCONG DI DESA BROJONALAN BOROBUDUR MAGELANG

Oleh : Ashila Choirunisa NIM 10208241034

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan Borobudur Magelang; dan (2) perkembangan aransemen musik keroncong di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode historiografi. Penelitian ini difokuskan pada perkembangan musik keroncong. Data dalam penelitian diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik pengumpulan sumber data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu (1) kritik sumber (2) interpretasi, (3) historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan Borobudur pada periode 2005 sampai 2015 pada dasarnya masih berkembang meskipun perkembanganya fluktuativ, hal tersebut terjadi karena munculnya jenis – jenis baru yang mengakibatkan kurangnya ketertarikan untuk mengenal dan mengembangkan musik keroncong (2) perkembangan di dalam hal aransemen dari tahun ke tahun semakin berkembang dikarenakan adanya aplikasi media dalam pembuatan aransemen yang memudahkan para pengaransemendalam menciptakan aransemen baru.


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah kebudayaan umat manusia telah membuktikan bahwa seni merupakan salah satu unsur penting yang hidup, tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan budaya kehidupan manusia. Seni berkembang membentuk keragaman menjadi suatu cabang-cabang seni, bentuk-bentuk seni tersebut sangat beragam, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni sastra. Menurut pendapat Sedyawati tujuan orang melakukan kegiatan seni ialah sebagai sasaran langsung ataupun sebagai sasaran antara, adalah untuk menghadirkan keindahan (2012: 127).

Dari beragam cabang seni yang ada, seni musik merupakan salah satu cabang kesenian yang mengalami pekembangan sangat cepat. Di Negara kita Seni musik tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan juga pengaruh-pengaruh dari kebudayaan luar, hal tersebut yang mengakibatkan proses akulturasi terjadi, akulturasi merupakan percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Akulturasi musik di Indonesia menimbulkan munculnya berbagai jenis-jenis musik seperti, Pop, Jazz, RnB, Dangdut, Blues, Hip Hop, Regae,Campur Sari, dan Keroncong

Musik keroncong adalah salah satu contoh musik Indonesia yang mengalami proses akulturasi atau percampuran kebudayaan antara kebudayaan Bangsa Portugis dan kebudayaan Indonesia . Dikatakan demikian karena bermula


(16)

2

dari alat musik yang dibawa oleh para pelaut Portugis yang bernama ukulele atau cuk yang kemudian populer dikalangan penduduk pribumi, pada awalnya penduduk pribumi merasa aneh mendengar suara instrumen cuk atau ukulele, karena penduduk pribumi terbiasa mendengar alat musuik yang bernada pentatonik, sedangkan alat musik ukulele atau cuk bernada diatonik, dan dari sinilah yang menjadi asal mula lahirnya dari musik keroncong. Hal yang mendefinisikan tentang musik keroncong juga disampaikan oleh Bramantyo (2004: 98) :

“Musik keroncong adalah bentuk musik yang paling populer, yang sejarahnya terlepas dari unsur keagamaan. Begitu populernya musik ini, sehingga deikenal luas dan dan sangat dihargai di seluruh pulau jawa dan pulau-pulau lain (Bramantyo, 2004: 98)”.

Sementara itu menurut pendapat Becker dalam Bramantyo (2004: 98), Keroncong adalah istilah umum untuk populer, lagu-lagu sentimental yang dinyanyikan di seluruh Indonesia dan pada umumnya dipercaya diperkenalkan oleh Portugis pada sekitar abad ke-16. Frase vokal Eropa dan iringan kordal sederhana yang biasanya dimainkan pada sebuah gitar, inilah yang membedakan musik keroncong dengan bentuk musik populer pribumi yang lain. Seiring dengan berjalannya waktu musik keroncong berkembang menjadi beberapa jenis antara lain, keroncong asli, langgam keroncong, keroncong stambul dan keroncong modern, dengan munculnya berbagai jenis-jenis musik keroncong tersebut semakin menyemarakan kembali warna musik di Indonesia.

Musik keroncong di indonesia semakin populer dengan adanya berbagai media yang turut menyemarakan dunia musik di Indonesia, baik dari media radio


(17)

3

maupun media televisi telah banyak menyajikan acara- acara musik yang beraneka ragam. Namun jika diamati pada saat ini keberadaan musik keroncong tidak sepopuler pada saat dahulu diamana di setiap radio atau stasiun televisi sering menampilkan pertunjukan musik keroncong, hal ini disebabkan oleh munculnya musik-musik dengan aliran baru yang dimainkan dengan instrumen-intrumen dengan teknologi baru, yang kemudian memunculkan anggapan khususnya dikalangan generasi muda jika musik keroncong adalah musik yang kuno atau musiknya orang tua, kendati demikian musik keroncong masih tetap eksis di kalangan para pecinta musik keroncong di Indonesia hal tersebut dibuktikan dengan masih berkembangnya musik keroncong sampai saat ini meskipun kurangnya media yang mengekspos pertunjukan-pertunjukan musik keroncong.

Kurangnya media masa yang menampilkan pertunjukan musik keroncong menumbuhkan rasa keprihatinan terutama di kalangan para pecinta musik ataupun komunitas musik keroncong yang berarada di wilayah Borobudur khususnya yang berada di desa Brojonalan. Didesa Brojonalan terdapat beberapa grup keroncong, namun yang masih menunjukan eksistensinya sampai saat ini ialah grup keroncong yang bernama Puri Rama. Puri Rama terbentuk pada era 80-an, dimana di era tersebut terdapat sebuah aturan dari pemerintah Magelang untuk setiap kelurahan mempunya sebuah grup kroncong, dengan aturan tersebut kemudian munculah grup- grup keroncong salah satunya Puri Rama. Namun seiring dengan perkembangan jama musik keroncong mulai ditinggalkan dan aturan tersebut juga mulai tak diwajibkan, dengan kondisi tersebut musik keroncong mulai berkurang


(18)

4

popularitasnya. Hal tersebut kemudian menggugah grup musik keroncong Puri Rama musik dan seniman keroncong yang berada di wilayah Borobudur unuk membentuk suatu wadah untuk mengembangkan dan menjaga kelestarian musik keroncong di Indonesia khususnya di desa Brojonalan Borobudur.

Salah satu wadah yang dibentuk untuk mengembangkan musik keroncong yaitu dengan membentuk sebuah komunitas keroncong yang beranggotakan para seniman panpecinta musik keroncong yang berada di wilayah Borobudur. Komunitas keroncong yang masih aktif hingga saat ini khususnya di wilayah Borojonalan yaitu komunitas yang bernama Gemilang Keroncong Menggema. Gemilang keroncong Menggema beranggotakan para seniman, pemusik dan pecinta musik keroncong, selain itu orang yang awam tentang musik keroncong dan ingin belajar dan tertarik dengan musik keroncong juga boleh ikut serta dalam komunitas tersebut. Gemilang keroncong menggema diadakan setiap hari Senin dan Rabu malam, acara tersebut diselenggarakan di pendopo hotel Pondok Tingal yang berada di desa Brojonalan. Pada isi acara terssbut diselenggarakan tentang tanya jawab musik keroncong dan penampilan-penampilan musik keroncong dari para anggota komunitas, selain itu juga membahas upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mengembangkan musik keroncong, salah satunya yaitu dengan mengadakan lomba dan festival keroncong, selain itu juga memberi inovasi-inovasi baru pada permainan musik keroncong agar bisa dinikmati oleh masyarakat luas khususnya pada generasi muda.


(19)

5

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis berniat untuk melakukan penelitian dengan judul “Perkambangan Musik Keroncong di Desa Brojonalan Borobudur”.

B.Identifikasi Masalah

Mengenai uraian yang telah disampaikan pada latar belakang masalah maka permasalahan yang muncul berkaitan dengan perkembangan musik keroncong di Borobudur Magelang, dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan 2. Perkembangan aransemen musik keroncong

C. Fokus Penelitian

Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang diteliti, maka penelitian ini difokuskan pada masalah perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan Borobudur dan juga perkembangan dari segi aransemen musik.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap lebih jauh perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan yang berada di wilayah Borobudur dan melihat perkembangan dari segi aransemen musik.


(20)

6 E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis

1. Secara Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap pengetahuan tentang sejarah dan perkembangan musik keroncong khususnya di desa Brojonalan Borobudur.

b. Memberikan pengetahuan tentang perkembangan keroncong ditinjau dari segi aransemen.

2. Secara praktis

a. Memotivasi para pecinta musik keroncong agar senantiasa menjaga dan melestarikan musik keroncong, musik asli bangsa Indonesia.

b. Memberikan motivasi kepada kalangan muda dan masyartakat umum supaya senentiasa menjaga kelestarian dan mengembangkan musik keroncong agar lebih menarik sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas.


(21)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Musik keroncong

Sebelum membahas lebih jauh tentang apa itu musik keroncong, akan lebih baik jika di mengerti terlebih dahulu tentang apakah musik itu sendiri. Musik adalah gambaran (reflesksi) kehidupan masyarakat yang dinyatakan melalui bunyi-bunyian dari sesuatu alat yang memiliki unsur melodi, ritme, harmoni, dann membentuk suatu irama yang teratur, sedangkan definisi musik menurut Soeharto (1996: 58) yaitu cetusan hati nurani atau daya cipta dalam bentuk suara, suatu penjelmaan dan pencerminan yang nyata yang didasarkan atas pemikiran dan adat istiadat dalam kehidupan masyarakat. Hal senada juga diungkapkan oleh Soenardi (1996: 58) :

“Musik selalu mengandung keindahan dan merupakan hasil daya cipta yang bersumber pada ketinggian budi dari jiwa yang menjelmakan musik tersebut, sehingga musik selalu dijadikan tolak ukur dari tinggi-rendahnya nilai-nilai dan karakter (watak) bangsa yang bersangkutan’’ Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa musik adalah bunyi-bunyian yang teratur yang memmbentuk suatu irama yang muncul dari dalam hati dan menjadi tolak ukur suatu bangsa.

Ragam musik ada bermacam-macam, dari musik tradisional hingga musik moderen dan salah satu musik asli dari bangsa Indonesia yaitu musik keroncong. Musik keroncong adalah sebuah kelompok musik, sepeti band, musik dangdut, dan sebagainya, namun yang membedakan musik keroncong dengan


(22)

8

kelompok musik yang lain yaitu dari bentuk lagu dan alat musik yang dipakai untuk mengiringi.

Di antara berbagai musik di Indonesia, sampai saat ini musik keroncong merupakan satu jenis musik yang digemari, terutama di kalangan orang-orang tua, hal ini dikarenakan musik keroncong sudah berkembang sejak beberapa puluh tahun silam. Kira-kira permulaan abad ke-20 musik keroncong sudah lahir di tengah-tengah msyarakat bangsa Indonesia. Hal tersebut juga dinyataka oleh Ernest (Ernest Heins dalam Harmunah 1994: 9) :

“Asal mula nama Keroncong kurang begitu jelas, ada yang berpendapat bahwa nama keroncong berasal dari terjemahan bunyi alat musik semacam gitar kecil dari Polynesia atau sering di sebut dengan sebutan Ukulele yang berate lima. Di kemudian hari alat keroncong ini (Ukulele) dapat diciptakan sendiri oleh orang-orang keturunan Portugis yang tinggal di kampong Tugu, dan hanya bertali empat dan musik yang diperoleh dari orkes dengan iringan keroncong atau ukulele inilah yang kemudian dinamakan dengan “Musik Keroncong”.

Becker (Judith Becker dalam Harmunah, 1994: 9) juga berpendapat bahwa:

“Nama keroncong ini berasal dari bunyi gelang kaki penari Ngremo (tarian dari Madura). Penari ini berpakaian seperti pelaut Madura dengan dengan ditambah sepasang gelang kelinting di matakakinya’’

Ada juga yang berpendapat bahwa asal kata keroncong berasal dari Bahasa Portugis itu sendiri (Van Ness dalam Harmunah, 1994: 9)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa asal dari nama Keroncong masih sangat kabur dengan adanya beberapa pendapat yang berlainan. Namun dari beberapa pendapat tersebut yang peling mendekati dari asal mula musik keroncong ialah pendapat pertama, yaitu pendapat tentang musik keroncong bersasal dari terjemahan bunyi Ukulele yang dimainkan secara


(23)

9

arpeggio, dan menimbulkan bunyi : crong, crong yang akhirnya timbulah istilah “Keroncong”.

B.Perkembangan Musik Keroncong

Musik keroncong adalah salah satu jenis musik yang berkembang di Indonesia seperti halnya musik dangdut, musik pop, musik jazz, musik rock, dan musik-musik yang lain. Menurut Ensiklopedi Musik Indonesia, musik keroncong adalah musik tradisional dengan tata nada diatonik yang merupakan bentuk baku dari sebuah orkestra, nyanyian vokal dengan iringan alat musik berdawai (Ensiklopedi Musik Indonesia, 1985: 69). Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa musik keroncong terdiri atas alat musik gitar melodi, ukulele, cello, dan alat musik bass yang dimainkan secara Pizzicato atau dimainkan dengan cara dipetik, dalam isitilah permainan musik keroncong sering disebut dengan teknik kendhangan atau meniru efek bunyi kendhang, kemudian ditambah dengan alat musik lainya seperti biola dan flute yang digunakan untuk meperkaya melodi maupun ritme dari musik keroncong yang dimainkan.

Dengan berkembangnya musik keroncong di Indonesia, maka munculah beberapa jenis musik keroncong, antara lain:

a. Keroncong asli b. Langgam c. Stambul d. Lagu ekstra


(24)

10

Untuk mengetahui secara lebih jauh bentuk dan jenis lagu-lagu keroncong, maka akan diuraikan sebagai berikut:

a. Keroncong Asli

Keroncong asli adalah musik keroncong yang belum mengalami perubahan dan belum tercampur oleh kebudayaan musik lain. Musik keroncong asli masih menggunakan pakem atau pokok-pokok aturan permainan musik keroncong, hal tersebut juga disampaikan oleh Agoes (2007:42) :

“Keroncong Asli ialah musik keroncong yang belum mengalami perubahan ataupun percampuran dengan musik lain. Keroncong asli menggunakan sukat 4/4, terdiri dari 28 birama dan mempunyai 3 bagian kalimat lagu, yaitu lagu bagian A, bagian B, dan bagian C. Dalam pola lagu keroncong asli berkesinambungan diawali dari introduksi (vroospel).”

Vroospel mempunyai tiga bagian yaitu bagian pertama disambut dengan bunyi serempak rall panjang dalam akor tonika, bagian kedua disambut serempak mengejutkan dalam akor dominan septim, sedangkan pada bagian ketiga disambut dalam akor tonika kemudian masuk dalm tempo irama keroncong, (Budiman,1979: 4).

Kemudian disusul kembali oleh alat musik flute dan biola yang memainkan tema melodi dari kalimat awal bentuk lagu bagian C. Untuk memainkan vroospel ini bukan hanya pemain biola saja, malainkan flute atau pemain gitar melodi secara bergantian, sebagai contoh bagian pertama dimainkan oleh alat musik biola, bagian ketiga dimainkan oleh instrumen flute, kemudian dimainkan oleh gitar melodi, dilanjutkan intro yang merupakan bagian melodi dari lagu. Hal tersebut dijabarkan lebih jelas oleh Soeharto (1996: 81) :


(25)

11

“Di dalam bentuk kalimat keroncong terdapat lagu keroncong bagian A terdiri dari (8 birama) disebut angakatan, musik tengah disebut dengan midlenspel, bentuk lagu bagian B terdiri dari (10 birma) disebut ole-ole atau refrain tengah, bentuk lagu bagian C terdiri dari (8 birama) disebut dengan senggakan. kata kata dalam syair lagu keroncong asli yaitu berupa pantun yang dimainkan 2x 28 Bar”

Contoh melodi keroncong asli (Soeharto, 1996: 114) :

Gambar 1. Partitur lagu Kr. Senandung Nusantara (Dokumentasi: Ashila 2015)

Sementara progresi akor yang digunakan dalam lagu Senandung Nusatara sebagai berikut:

I ... | I ... | V ... | V ... | II ... | II ... | V ... | V ... | V .. | V ... | IV ... | IV ... | IV ... | IV . V . | I ... | I ... | V ... | V ... | I ... | IV ... | I ... | IV . V . | I ... | I ... | V ... | V ... | I ... | I ...Coda Gambar 2. Skema progresi akor lagu Kr. Senandung Nusantara.


(26)

12 a. Langgam Keroncong

Menurut Harmunah (1994: 19) langgam adalah musik keroncong dalam tangga nada mayor dan tangga nada yang diarahkan dari musik daerah, sedangkan menurut Herry (20013: 16) musik langgam keroncong meski memiliki bentuk yang baku, namun pada perkembangganya memiliki irama yang lebih bebas. Dari beberpa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa langgam adalah musik keroncong yang mengadaptasi dari musik-musik daerah yang berkembang contohnya seperti lagu keroncong yang mengadaptasi dari musik campur sari, bagian-bagian dari lnggam dijabarkan jelas oleh Soeharto (1996: 82) :

“Bentuk langgam keroncong menggunakan sukat 4/4, terdiri atas 32 birama dengan bentuk A-A’-B-A’. Adapun bentuk tersebut di dalam teori musik disebut song from. Pola penyajian langgam keroncong secara berkesinambungan diawali dengan introduksi, yang diambil dari 4 birama melodi vokal dimainkan oleh biola atau flute. Lagu biasanya dibawakan dua kali, ulangan kedua bagian kalimat A – A dibawakan secara instrumental, vokal dimulai pada bagian kalimat B, dan dilanjutkan A. intro lagu biasanya diambilkan dari empat birama terakhir dari lagu langgam tersebut, sedangkan coda berupa kadens lengkap dan syair lagu yang digunakan dalam keroncong langgam biasanya bahasa daerah setempat”.

Contoh melodi keroncong langgam (Soeharto, 1996: 118)

Gambar 3. Partitur lagu Lgm. Putri Ngayogyakarta. (Dokumentasi Ashil)


(27)

13

Sementara progresi akor yang digunakan dalam lagu Lgm. Putri Ngayogyakarta sebagai berikut:

I ... | IV. V . | I ... | I ... | V ... | V ... | I ... | I ... | I ... | IV . V . | I ... | I ... | V ... | V ... | I ... | I ... | IV ... | IV ... | I ... | I ... |

II ... | II ... | V ... | V ... | V ... | I ... | IV . V . | I ... | I ... |

V ... | V ... | I ... | I ... Coda Gambar 4. Skema progresi akor lagu Lgm. Putri Ngayogyakarta.

(Dokumentasi: Ashila 2015) b. Stambul

“Istilah Stambul berasal dari kata “istambul” ialah rombongan Opera dari Istambul yang mengadakan pertunjukan di Indonesia.Untuk menarik penonton, maka Opera ini menggunakan selingan dan bahkan bagian-bagian dari drama itu sendiri diiringi dengan irama/ lagu-lagu keroncong, sehingga masyarakat merasa tertarik karena dalam Opera tersebut mengandung unsur musik keroncong, kemudian Opera dari istambul tersebut disebut “Teater Rakyat Komedi Istambul”. Oleh karena lagu-lagu yang diperdengarkan seringkali berirama syahdu melancholis maka lagu-lagu jenis yang demikian itu seringkali disebut dengan lagu jenis stambul (Soeharto, 1996: 84)”

Bagian bagian lagu dari keroncong Stamabul II dan II telah dijabarkan oleh Anton (2009: 27) :

“Dalam lagu keroncong stambul dibagi menjadi stambul I dan stambul II dengan mempunyai bentuk yang sama, yaitu bentuk lagu dua bagian, namun jumalh birama pada lagu stambul II mempunyai kelipatan dari jumlah birama pada lagu stambul I. Lagu stambul I terdiri atas 16 birama dan mempunyai bentuk lagu dua bagian, yaitu A, dan A’. Pola penyajian lagu keroncong stambul I secara berkesinambungan diawali dari introduksi dengan urutan bentuk lagu bagian A, kemudian bentuk lagu bagian A’.Introduksi pada lagu keroncong stambul diawali dengan permainan melodi yang dimainkan oleh alat musik gitar melodi kemudian istirahat setelah itu vokal mulai masuk mgengisi. Bentuk lagu bagian A terdiri atas 8 birama yang diisi oleh vokal, sedangkan bentuk lagu bagian A’sama dengan bentuk lagu bagian A, yaitu terdiri atas 8 birama yang diisi vocal.”


(28)

14

Contoh melodi keroncong stambul I (Soeharto, 1996: 115)

Gambar 5. Partitur lagu Stb. I Jampang (Dokumentasi: Ashila 2015)

Sementara progresi akor yang digunakan dalam lagu stb. I Jampang sebagai berikut:

IV ... | IV ... | I ... | I ... | V ... | V ... | I ... | I ... | IV ... | IV ... | I ... | I ... | V ... | V ... | I ... | I ... Coda Gambar 6. Skema progresi akor lagu Stb. I Jampang.

(Dikumentasi: Ashila 2015)

Kemudian Menurut Anton (2009: 27) pada lagu keroncong stambul II terdiri dari : “32 birama namun hanya 16 birama yang diulang sehingga mempunyi lagu dua bagian, yaitu bentuk lagu bagian A dan B. Pola penyajian lagu stambul II secara berkesinambungan diawali dari introduksi, bentuk lag bagian A, kemudian bentuk lagu bagian B. Pada bagian introduksi diawali dengan permainan melodi oleh alat musik gitar kemudian dilanjutkan vokal yang dinyanyikan secara recitative. Recitative ialah suatu bagian kalimat lagu yang dimainkan secara deklamasi, contohnya seperti nyanyian dalam drama opera dan dinyanyikan dengan ritme yang bebas. Bentuk lagu bagian A terdiri atas birama yang diisi oleh vokal. Bentuk lagu bagian B terdiri atas birama yang diisi juga oleh vokal dan penyajiannya dinyanyikan dua kali penuh.”


(29)

15

Gambar 7. Partitur lagu Stb II Lambang kehidupan (Dokumentasi: Ashila 2015)

Sementara progresi akor yang digunakan dalam lagu stb II. Lambang Kehidupan sebagai berikut:

IV ... | IV ... | IV .V. |

I ... | IV .V. | I ... | I ... | V ... | V ... | V ... | V ... | I ... | IV .V. | I ... | I ... | Dua birama seperti tersebut di atas terus masuk coda

Gambar 8. Skema progresi akor lagu Stb. II Lambang Kehidupan (Dokumetasi: Ashila 2015)

c. Lagu Ekstra

Pengertian ekstra menurut Soeharto adalah khusus untuk menampung semua jenis irama keroncong yang bentuknya menyimpang dari ketiga jenis keroncong yang telah diuraikan (Soeharto, 1996: 83).Bentuk lagu ekstra bersifat merayu, riang gembira, jenaka, dan sangat terpengaruh oleh lagu lagu tradisional dan lagu- lagu modern.Contoh lagu ekstra antaralain, Jali-jali, Walang Kekek, Kala Cinta Menggoda (Chrisye), dan sebagainya.


(30)

16

Pada masa sekarang musik keroncong sudah banyak berkembang dengan mengadopsi barbagai aliran musik lain sehingga tidak lagi murni sebagai musik keroncong. (Lisbijanto, 2013: 19). Musik keroncong seringkali bekolaborasi dengan jenis musi rock, musik dangdut, musik rap, bahkan dengan musik mandarin dan yang lainya.

Musik keroncong saat ini sudah megalami banyak perkembangan, baik dari irama musik, tema lagu maupun alat musik yang mengirinya. Walaupun masih berpegang pada patokan musik keroncong , namun seniman musik keroncong saat ini sudah banyak melakukan inovasi terhadap irama musik keroncong, hal ini dilakukan agar musik keroncong bisa dinikmati oleh generasi muda yang kurang menggemari jenis musik ini. Dengan beberapa inovasi pada aransemen lagu dan alat musik yang digunakan, syair-syair lagu keroncong lama di daur ulang kembali dengan lagu keroncong versi baru.


(31)

17 C.Permainan musik keroncong

Menurut Susilo (1993: 91) dalam berolah musik keroncong, permainan secara berkelompok lebih ke arah pembawaan dalam kelompok musik karawitan, karena di dalam alat musik keroncong menirukan peran pembawaan pada alat musik karawitan, dalam pembagian sebagai berikut ini di rangkum dalam sebuah tabel:

Tabel 1. Contoh alat musik keroncong dalam pembawaan alat musik karawitan.

No Alat musik keroncong Alat musik karawitan

1 Biola Rebab

2 Flute Seruling

3 Cuk Kethuk dan Kenong

4 Cak Bonang penerus dan Bonang barung yang dimainkan secara imbal.

5 Gitar Gambang dan Gender penerus

6 Cello Kendang

7 Bass Gong

Sedangakan dalam musik keroncong terdapat istilah-istilah musik yang dipakai dalam pembawaan musik keroncong tidak terlepas dari pola permainan keroncong yang merupakan ciri dalam permainan musik keroncong, seperti halnya pada musik-musik barat yang mempunyai rhythm pattern atau biasa disebut dengan pola irama. Menurut Supanggah (2009: 248) pola adalah istilah generik untuk menyebut satuan tabuhan dengan ukuran panjang tertentu dan yang telah memiliki kesan atau karakter tertentu.


(32)

18

Pembawaan musik keroncong tidak terlepas dari pola permainan keroncong yang merupakan ciri dalam permainan musik keroncong, seperti halnya pada musik-musik barat yang mempunyai rhythm pattern atau biasa disebut dengan pola irama. Menurut Supanggah (2009: 248) pola adalah istilah generik untuk menyebut satuan tabuhan dengan ukuran panjang tertentu dan yang telah memiliki kesan atau karakter tertentu.

Menurut Agoes (2007: 32)

“Pada dasarnya, pembawaan alat musik dalam musik keroncong dapat disimak melalui pola permainan pada setiap alat musiknya. Kendati demikian, pola permainan alat musik cuk (ukulele), cak (banjo), dan cello sangat identik dengan corak khas sebagai gaya musikal keroncong”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa pola permainan adalah suatu pokok permainan yang digunakan untuk menampilkan ke khasan atau keunikan dari karya seni itu sendiri.

Di dalam musik keroncong ada beberapa pola parmainan yang biasa dimainkan yaitu:

1. Irama tunggal/ engkel

Pada umumnya irama engkel dipakai pada putaran atau koplet yang pertama, irama engkel yang menjadi dasar teknik ini terbentuk. Pola petikan gitar yang digunakan biasanya mempunyai nilai notasi seperdelapanan, dan seperenambelasan. Irama engkel merupakan pengolahan brockenchord, dan menjadi dasar dalam memainkan gitar keroncong, irama engkel biasanya dipakai pada bagian bait- bait awal lagu/ birama awal sebelum coda” (Roesmegawaty, 1992: 40)

Berikut contoh irama engkel

Gambar 9. Contoh irama Engkel (Dokumentasi Ashila)


(33)

19 1. Irama ganda/ doble

Sama seperti irama engkel, irama dobel juga terbentuk dari irama dobel yang merupakan tingkat 2 atau 2 kali dari cara pukulan engkel. Biasanya dipakai pada putaran atau koplet kedua sampai lagu selesai. irama dobel

memberikan keleluasaan bagi pemain gitar dalam

berimprovisasi.(Roesmegawaty, 1992: 40) Berikut contoh irama dobel :

Gambar 10. Contoh irama Dobel (Dokumentasi: Ashila) 2. Irama petikan / kothek

Irama petikan atau kothek digunakan saat pemain cello, cak, dan cuk memainkan irama petikan yang juga disebut irama klasik. Gitar keroncong dipetik dengan cara mengurai akor, dan biasanya melakukan teknik strumming untuk mengawali teknik kothek. Irama petikan biasanya dipakai pada saat bait- bait awal lagu keroncong (Roesmegawaty, 1992: 41)

Berikut contoh irama petikan:

Gambar 11. Contoh irama petikan (Dokumentasi: Ashila 2015)

D.Alat Musik Dalam Permainan Musik Keroncong

Berikut ini akan dipaparkan alat musik yang sering digunakan dalam permainan musik keroncong orkes keroncong.

a. Biola

Biola termasuk dalam instrument gesek yang mempunyai empat dawai bernada g-d-a1-e1. Teknik-teknik permainan biola klasik barat sangat diperlukan untuk mendukung gaya permaian biola pada musik keroncong, dengan memperhatikan gaya pada musik keroncong, yamg


(34)

20

menunjukan ciri khas dari musik keroncong itu sendiri yaitu, cengkok, gregel, embat, nggandul, dan mbesut. Menurut Agoes (2007: 32)

Pada umumnya ciri khas permainan nada yang berdurasi panjang, pembawaan pada permaina alat musik biola sengaja mengambil nada yang sedikit rendah. Frekuensinya dari laras (tunning) yang berlaku secara universal,

kemudian nada tersebut dikembalikan atau dinaikan ke nada yang berfrekuensi sesuai larasnya dengan teknik permainan yang disebut glissando.

Dengan mengutamakan gaya keroncong yang ngroncongi atau dapat diartikan bermain dengan ekspresif dalam mebawakan musik keroncong. Dengan demikian beberapa teknik perminan biola menirukan teknik pada pembawaan vokal yang menggunakan teknik dan gaya yang sama, yaitu cengkok, gregel, dan embat. Adapun sebagai contoh permainan pada bagian introduksi (Voorspel) yang menampakan ciri musik keroncong dalam permainan alat musik biola adalah sebgai berikut : (Budiman, 1979: 6)

Gambar 12. Contoh permaina melodi biola dalam musik keroncong (Dokumentasi: Ashila)


(35)

21

Di dalam permainan flute, alat musik ini juga bermain sesuai dengan teknik yang menjadi ciri khas musik keroncong, yaitu cengkok, gregel, nggandul, dan embat. Selain teknik permainan glissando, ciri khas yang dimainkan oleh alat musik flute pada umumnya memainkan rangkaian melodi dengan tekanan nada yang berwilayah nada (register) bawah dan tekanan pada nada yang berwilayah nada atas dimainkan dengan durasi pada nada nada pendek (staccato)( Agoes, 2007: 33). Adapun sebagai contoh permainan pada bagian voorspel yang menampakan ciri khas permainan musik keroncong dalam permainan alat musik flute adalah sebagai berikut: (Budiman, 1979: 7)

Gambar 13. Contoh permamainan melodi flute dalam musik keroncong (Dokumentasi: Ashila 2015)

c. Ukulele (cuk)

Semula permainan alat musik tersebut dengan teknik permainan yanag disebut resgueado dan pola permainannya bersahaja. Namun disekitar tahun 1941-1942, Abdulrzak telah mengembangkan pola permainan alat musik cuk dengan menggunakan teknik yang disebut thrill (Agoes, 2007: 34). Rasgueado


(36)

22

dimainkan pada pukulan tertentu yaitu pukulan pertama dan ketiga. Iramanya tenang dan ajeg, dengan kebebasan perkembangan akor sedikit ( Harmunah, 1994: 26). Dalam permainan musik keroncong, pada dasarnya pola permainan cuk masih dapat dikembangkan menurut permainan para pemainnya. Adapun sebagai contoh pola ritme iringan yang menjukan ciri khas musik keroncong dalam permainan alat musik cuk adalah sebagai berikut: (Budiman, 1979: 23)

Contoh 1:

Gambar 14. Contoh permainan cuk dalam musik keroncong. Contoh 2:

Ganbar 15. Contoh permainan cuk dalam musik keroncog (Dokumentasi: Ashila 2015)

d. Cak

Permainan alat musik banjo (cak) dengan teknik permainan yang disebut rasgueado dan pola permaina alat musik cal berfungisi sebagai pengisi anatara ritmis (berlawanan) atau lebih condong jatuh pada ketukan sinkop, dan alat musik


(37)

23

ini di stem nada g’’- b’’ – e’’ yang disebut cak stem E, serta berperan sebagai pewarna musik keroncong. Sering alat ini mempergunakan satu senar saja, yang dipetik satu-satu dengan maksud untuk mengimbangi pukulan ukulele yang dimainkan secara rasgueado (Harmunah, 1994: 26).

Adapun sebagai contoh pola ritme iringan yang menunjukan ciri khas musik keroncong dalam permainan alat musik cak adalah sebagai berikut: (Budiman, 1979: 19)

Gambar 16. Contoh permainan cak dalam musik keroncong (Dokumentasi: Ashila 2015)

e. Gitar melodi

Pembawaan dari alat musik gitar mengikuti tangga nada lompatan sedikit naik atau sedikit turun, artinya lebih kurang diatonic (Harmunah, 1994: 25). Pola permainan alat musik gitar merupakan rangkaian melodi yang bergerak ke arah atas dan bawah sebagai jabaran dari akor yang dimainkan dengan nilai nada 1/8-an untuk irama tunggal (irama engkel) atau 1/16-an untuk irama ganda (irama rangkep atau double) (Agoes, 2007: 36). Di dalam istilah musik karawitan, gaya permainan alat musik gitar seperti pada saat permainan gitar memainkan melodi vroospel bag ketiga yang kemudian masuk ke irama keroncong sering disebut grambyangan.


(38)

24

Adapun sebagai contoh melodi yang menunjukan ciri musik keroncong dalam permainan alat musik gitar adalah sebagai berikut : (Budiman, 1979: 21)

Gambar 17. Melodi permainan gitar pada musik keroncong (Dokumentasi: Ashila 2015)

f. Cello gedhok

Alat music cello gedhog merupakan alat music gesek, namun di dalam keroncong dimainkan dengan dipetik dimainkan dengan cara dipetik (pizzicato) untuk memberikan warna khas pada musik keroncong. Nada- nada yang dimainkan oleh cello berlandaskan jabaran dari akor yang dimainkan (Agoes, 2007: 37).Pembawaan alat ini menirukan suara pukulan kendang batangan, dan mengisi kekosongan diantara pukulan ritmis alat musik bass. Cello memainkan uraian nada dari akor yang sedang dibawakan (Harmunah, 1994: 27).


(39)

25

Adapun sebagai contoh pola ritme iringan yang menunjukan ciri khas musik keroncong dalam permainan alat musik cello adalah sebagai berikut: (Budiman, 1979: 19)

Gambar 18. Permainan cello pada musik keroncong (Dokumentasi: Ashila 2015)

g. Bass betot

Alat musik bass dimainkan dengan cara dipetik seperti halnya permainan pada alat musik cello. Alat musik ini berfungsi untuk memberikan penekanan progresi akor yang dimainkan serta berperan sebagai pembentukan ketepatan ritme pada kekuatan irama keroncong (Agoes 2007: 38). Dapat pula terjadi bass memainkan filler, yaitu mengisi pada istirahat, terutama pada peralihan akor tonika ke sub dominan, atau ke dominan (Harmunah, 1994: 27). Adapun sebagai contoh pola ritme iringan yang menunjukan ciri khas musik keroncong dalam permaian alat musik bass adalah sebagai berikut: (Budiman, 1979: 21)

Gambar 19. Contoh permainan bass pada musik keroncong (Dokumentasi: Ashila)


(40)

26 E.Aransemen

Aransemen adalah pengungkapan ciptaan musik atau lagu dari jenis atau suatu susunan pengungkapan yang lain (Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus: 257). Menurut Soeharto aransemen adalah suatu usaha yang dilakukan terhadap sebuah karya musik untuk suatu pergelaran. Pengerjaanya bukan sekedar perluasan teknis, namun juga menyangkut pencapaian nilai artistik yang dikandungya (2008: 4). Sedangkan pada musik keroncong, aransemen merupakan versi yang baru dengan menginovasi dari harmoni, irama, ritme dan filler-filler. Peran arranger atau komponis dalam aransemen ialah menulis lagu dan dan membuat harmoninya serta memberikan kebebasan sepenuhnya kepeda arranger lewat media penyajian dan orkestrasi dengan memperhatikan harmoni dan ritmis.

Menurut Kawakami (1957:14) unsur-unsur pokok yang dapat diolah dalam aransemen adalah:

a) Melodi

Dengan membuat variasi pada sebuah melodi karakter pada sebuah aransemen akan ikut berubah pula. Melodi dapat diolah dan divariasikan dengan 2 macam cara yaitu:

1) Variasi ritmis

Variasi ritmis dilakukan dengan membuat antisipasi, sinkopisasi, pemisahan, artau penggabungan nada. Ada tiga cara melakukan variasi ritmis yaitu dengan antisipasi, suspense dan penggabungan keduanya.


(41)

27 2) Filler

Filler diklasifikasikan menjadi dua yaitu melodic filler dan rhythmic filler. Melodic filler yaitu melodi yang bergerak disaat melodi asli diam atau berupa nada panjang. Ritmik filler mempunyai pengertian yang hampir sama dengan melodic filler. Yang mebedakan adalah ritmik filler terfokus pada nilai nada sehingga tampilan yang dihasilkan adalah nada dengan satuan nilai tertentu yang menghasilkan ritmis dan bergerak mengikuti harmoni dari tema pokok.

3) Counter Melody

Counter Melody mempunyai pengertian yaitu melodi yang bergerak berlawanan dengan melodi utama. Meskipun gerak melodinya berlawanan dengan melodi utama, namun counter melody ini menyokong melodi utama. Hal tersebut dikarenakan counter melody memperkuat kesan harmoni dan juga memberikan sentuhan individual pada aransemen.

4) Obligato

bligato yaitu melodi kedua yang mengiringi melodi utama dalam beberapa bagian tidak hanya ketika melodi utama diam atau berupa nada panjang saja.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aransemen adalah suatu penggubahan suatu lagu yang telah ada ke dalam bentuk baru tanpa menghilangkan tema utama lagu yang didukung oleh unsur-unsur aransemen yaitu melodi, ritme, harmoni dan style.


(42)

28

Dalam musik keroncong terdapat istilah istilah musik yang hanya dipakai pada musik keroncong saja, berikut ini dirangkum dalam tabel ( Yeremia, 2014: 51):

Tabel 2. Contoh istilah-istilah dalam musik keroncong. Nama Istilah Penjelasan

Voorspel Permainan solo sebelum masuk dalam intro lagu

keroncong asli

Angkatan Permainan irama keroncong yang dimainkan setelah

voorspel yang mempunyai progresi akord sub dominan ke dominan

Middel Spel Interlude dalam musik keroncong yang biasanya

dimainkan oleh pemain flute atau biola dengan progresi akor dominan septim selama tiga birama sebelum masuk ke musik tengah. Selain itu, fungsi dari permainan middle spel adalah menjembatani vokalis menuju refrain.

Ole-ole Reffrain dalam lagu keroncong

Overgang Lintas akor atau progresi akor yang biasanya dimainkan pada setiap akhir melodi dengan akor tonika satu birama yang kemudian disambut akor subdominan ke akor dominan septim dan kembali ke akor tonika. Pada musik diatonis barat istilah overgang disebut sebagai kadensa.


(43)

29

Senggakan Coda atau bagian akhir dalam lagu keroncong, melodi

dimainkan oleh biola atau flute yang mempunyai progresi akor subdominan, dominan, tonika. Pada akor tonika yang terakhir terkadang pemain memperlambat tempo permainan secara berangsur-angsur atau ritardando.

F. Penelitian yang Relevan

Adapaun penelitian relevan yang pernah dilakukan sebelumnya dan digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah:

1.“Perkembangan Musik Keroncong” (R. Suryo, 2014). Penelitian tentang perkembangan musik keroncong ini lebih difokuskan perkembangan musik keroncong di Indonesia , antara lain membahas tentang sejarah awal mula masuknya musik keroncong di Indonesia dan penyebanrannya hingga berkembang sampai saat ini, dengan hasil temu bahwa pekembangan musik keroncong di indonesia cukup baik terutama di wilayah Surakarta dengan ditandai dengan masih banyak grup-grup keroncong yang masih aktif.

2. “Analisis Teknik Permainan Gitar dalam Irama Keroncong Pada HAMKRI Surakarta” ( Nugroho, 2015 ). Teknik permainan gitar keroncong terbentuk dari irama keroncong yang dibawakan, yaitu teknik engkel, dobel, dan kothek. Daasar dari permainan gitar keroncong merupakan brockenchord yang diolah dalam ritmis dan gaya berbeda. Improvisasi setiap pemain gitar keroncong


(44)

30

berbeda-beda dan dipengaruhi jenis musik lain yang didengarkannya. Pada penelitian ini yang relevan dengan penelitian perkembangan musik keroncong di Borobudur ialah pada bagian pembahasan aransemen dimana pada penelitian Nugroho juga membahas tentanng analisi perbedaan musik keroncong Asli yang belum dan yang sudah diaransemen.

G.Pertanyaan Penelitian

Untuk memberikan arahan bagi peneliti agar sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini disusun beberapa fokus pertanyaan. 1. Seperti apakah sejarah perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan

Magelang ?

2. Bagaimanakah perkembangangan musik keroncong melihat dari segi aransemen?


(45)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dikarenakan variabel penelitian merupakan objek yang tidak perlu menggunakan pengukuran dan proses statistik, namun dalam penelitian ini peneliti lebih spesifik menggunakan metode historiografi atau metode penelitian sejarah. Menurut Kuntowijoyo dalam Abdurahman (2007: 13), peristiwa sejarah itu mencakup segala hal yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia, sedangkan pengertian Metode penelitian sejarah dalam pengertiannya yang umum adalah peyelidikan atas suatu masalah dengan mengaplikasikan jalan pemecahnya dari perspektif historis (Aburahman, 2007: 53). Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk megumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif (Gilbert dalam Abdurahman, 2007: 53). Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian sejarah merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang didapatkan melalui pendekatan historikal.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan sejarah perkembangan musik keroncong yang ada di desa Brojonalan Borobudur dan perkembangan dari segi aransemen musik. Data yang dinalisis adalah dari wawancara kepada sumber-sumber yang berpengaruh terhadap perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan Borobudur Magelang dan dibantu juga dengan buku-buku penunjang tentang sejarah musik keroncong.


(46)

32 B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Brojonalan Kabupaten Borobudur Magelang Jawa Tengah. Penelitian tentang perkembangan keroncong ini dilakukan dalam waktu 2 bulan yang akan dimulai pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan April 2015.

C. Data Penelitian

Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif yang diambil dari observasi, wawancara dan dokumentasi tentang perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan Borobudur. Observasi dilaksanakan pada saat grup musik keroncong Puri Rama mengisi acara di hotel Pondok Tingal, sedangkan wawancara dilakukan kepada informan yang mempunyai pengetahuan lebih tentang perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan Borobudur. Data yang berasal dari hasil dokumentasi atau studi kepustakaan berbentuk berupa tulisan, sedangkan data dari hasil wawancara dan observasi berupa rekaman dan catatan tertulis.

D. Informan dan Objek Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah pemain musik Puri Rama, yaitu pemusik keroncong yang berada di dsea Brojonalan Borobudur, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah perkembangan musik keroncong yang ada di desa Brojonalan Borobudur ditinjau dari sejarah musik keroncong dan perkembangan musik keroncong dari segi aransemen musik.


(47)

33 E. Tahapan Penelitian

Melakukan penelitian terdapat tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dan menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian, dan pada akhirnya memberikan gambaran tentang keseluruhan perancanaan penelitian. Tahapan dalam penelitian kualitatif salah satu ciri pokonya peneliti berperan sebagai alat penelitian. Menurut Moleong (2007:127) tahapan penelitian terdiri dari tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Sedangkan menurut Djam’an (2014: 83) tahapan penelitian yaitu meliputi memilih topik kajian yaitu hal pertama yang harus dilakukan oleh peneliti untuk memilih topik yang akan diteliti. Menurut bodgan dalam Djam’an (2014: 80) daalam melakukan penelitian terdapat tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dan menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian, dan pada akhirnya memberikan gambaran tentang keseluruhan perancanaan penelitian.

Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai tahapan penelitian: 1. Tahapan pra-lapangan

Pada tahapan pra-lapangan menurut Moleong (2007;127) terdapat tujuh tahap yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya:

a. Menyusun rancangan penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan penelitian berupa metode yang akan dilakukan yaitu metode penelitian sejarah. Selanjutnya peneliti berusaha memahami dan mempelajari tentang metode penelitian sejarah atau historiografi, kemudian dilanjutkan dengan menyusun proposal penelitian tentang perkembangan musik keroncong di Borobudur Magelang.


(48)

34 b. Memilih lapangan penelitian

Tempat penelitian peneliti tidak terlalu kesulitan karena objek yang di teliti adalah perkembangan musik keroncong di wirlayah Borobudur yang ditinjau dari sejerah dan perkembangnya sebuah grup keroncong yang ada di wilayah Borobudur, sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah sebuah kelompok musik yang bernama Puri Rama.

c. Mengurus perizinan

Pada proses mengurus perizinan, agar penelitian berjalan lancar tanpa halangan suatu apapun, adapun tahapan untuk mengurus surat perizinan dimulai dari dikeluarkannya surat izin penelitian oleh pihak Universitas Negeri Yogyakarta, Faklutas Bahasa dan Seni dengan menyertakan proposal penelitian. d. Menjajaki dan menilai lapangan

Menjajaki dan menilai lapangan merupakan kegiatan dimana peneliti melihat kondisi dan pengenalan lingkungan obyek penelitian sebelum peneliti benar-benar mengambil data penelitian. Peneliti mengambil lokasi di kecamatan Borobudur sebagai lapangan penelitian karena peneliti tinggal di dekat wilayah tersebut sehingga peneliti ingin mengenal lebih jauh tentang perkembangan keroncong di wilayah Borobudur.

e. Memilih dan memanfaatkan informan

Dalam penelitian ini memilih informan dari kalangan tokoh, pecinta, pemusik dan penikmat musik keroncong di Borobudur dan juga memanfaatkan informan untuk diajak wawancara tentang perkembangan musik keroncong di Borobudur.


(49)

35 f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Dalam melakukan penelitian diperlukan perlengkapan yang digunakan untuk mendukung jalannya proses penelitian. perlengkapan yang disiapkan berupa pedoman wawancara, buku untuk mencatat, alat perekam, kamera untuk mengambil gambar.

g. Persoalan etika penelitian

Pada tahap ini peneliti berusaha untuk menyesuaikan diri terhadap situasi sosial yang ada lingkungan objek penelitian, hal ini dimaksudkan agar terjadi hubungan yang positif antara peneliti dengan objek penelitian tanpa ada jarak diantara peneliti dan objek penelitian dan juga sumber informan.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan menurut Moleong (2007:137) dibagi menjadi tiga bagian, di antaranya memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperanserta sambil mengumpulkan data. Pada tahap ini peneliti mengambil beberap dokumen berupa gambar atau foto, vidio, dan mewawancarai berbagai narasumber yang mempenyai pengetahuan lebih tentang apa itu musik keroncong dan perkembangan musik keroncong yang ada di wilayah Borobudur. Narasumber- narasumber tersebut antara lain:

1. Adi Panuwun, beliau adalah ketua dari organisasi gemilang keroncong menggema.

2. Fajar, beliau adalah ketua dari komunitas Kogma


(50)

36

4. Trisno Wibowo, beliau adalah salah satu anggota dari komunitas Kogma. serta vokalis dari OK. Puri Rama.

5. Anang Sanjtaka, beliau adalah pemain flute dari OK. Puri Rama, serta arangger lagu-lagu yang dibawakan oleh OK. Puri Rama.

6. Rudi Supranansis, beliau merupakan seniman keroncong serta anggota dari OK. Puri Rama.

Wawancara dilaksanakan di rumah para narasumber serta di tempat kegiatan Gemilang Keroncong Menggema berlangsung yaitu di pendopo hotel Pondok Tinggal yang berada di wilayah Borobudur. Pengambilan data penelitian berupa wawancara ini dilaksanakan mulai tanggal 7 Maret 2015 hingga 5 Mei 2015. Pokok-pokok pertanyaan yang di tanyakan antara lain :

1. Bagaimanakah perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan pada saat ini?

2. Seperti apakah perkembangan musik keroncong dilihat dari segi aransemen?

F. Instrumen Penelitian

instrumen penelitian kualittif adalah “human instrument” atau manusia sebagai informan maupun yang mencari data dan instrumen utama penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak pengumpil data (Djam’an, 2014: 90). Dalam penelitian ini fokus penelitian pada perkembangan musik keroncong di wilayah Borobudur, dimana diwilayah tersebut kesenian


(51)

37

musik keroncong masih berkembang. Langkah selanjutnya yaitu pengumpulan data atau sumber yang dilakukan pada waktu grup musik keroncong Puri Rama tampil dan dirumah para narasumber. Setelah sumber terkumpul peneliti melakukan analisis data dari setiap sumber yang telah didapatkan. Langkah terakhir adalah peneliti membuat kesimpulan dan pelaporan atas hasil penelitian yang didapatkan.

G. Teknik Pengumpulan Sumber

Dalam penelitian ini sumber primer yang berbentuk dokumern tidak ditemukan, oleh karena itu menggunakan sumber primer lisan berupa wawancara dan sumber primer non lisan yang dilakukan dengan observasi dan dokumentasi. 1. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati musik keroncong di Borobudur Magelang secara langsung untuk mendapatkan data yang penting tentang perkembangan musik keroncong sesuai dengan topik penelitian. Observasi juga dilakukan untuk memperoleh dokumen menganai musik keroncong, untuk itu digunakan alat foto dan dan tape recorder. Menurut Hadi (1994: 136) pengertian observasi adalah proses pengambilan data melalui pengamatan dan pencatatan dengan Sistema fenomena- fenomena yang diselidiki.

Peneliti telah melakukan observasi pada tanggal 19 November di Hotel Pondok Tingal Borobudur. Peneliti telah terjun langsung dalam objek penelitin dan secara langsung telah memperhatikan, mengamati objek penelitian untuk mendapatkan data yang terpercaya.


(52)

38 2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik atau cara pengumpulan data dengan Tanya jawab lansung terdiri dari dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, tetapi dalam kedudukan yang berbeda, yaitu antara peneliti sebagai pewawancara dengan subjek penelitian yang telah ditentukan yaitu narasumber, yang meliputi praktisi dan pemerhati musik keroncong. Menurut Moleong (2009: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Pokok permasalahan yang ditanyakan meliputi motivasi anggota untuk ikut dalam kelompok dan sejarah terbentuknya Puri Rama, usaha yang dilakukan dalam rangka melestarikan musik keroncong dan perkembangan musik tersebut.

Wawancara dalam penelitian ini dilandasi kerja sama yang baik antara peneliti dan subjek penelitian, agar proses pelaksanaanya dapat berlangsung lancar dan dapat memberikan keterbukaan antara peneliti dan informan. Informan dalam wawancara ini diambil dari anggota musik keroncong Puri Rama dan pemerhati keroncong setempat.

Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, untuk membuat kerangka dan susunan mengenai pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara, agar pokok-pokok yang akan direncanakan dapat tercakup seluruhnya. Pelaksanaan wawancara, urutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dalam pelaksanaan wawancara sesungguhnya.


(53)

39

Wawancara ini disusun untuk mengetahui perkembangan musik keroncong yang ada di wilayah Borobudur dari beberapa segi. Wawancara dilakukan kepada anggota Puri Rama dan pemerhati keroncong di Borobudur Magelang dimulai pada tanggal 7 Maret. Adapun aspek-aspek yang terkait dengan rumusan masalah penelitian. Adapun aspek tersebut sebagai berikut :

Tabel 2. Pedoman wawancara

Aspek yang diamati Inti pertanyaan 1. 1. Sejarah

2.

2.Perkembangan

a. Latar belakang sejarah terbentuknya music keroncong

a. Perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan Borobudur

b. Perkembangan musik keroncong dari segi aransemen.

Adapun pokok-pokok pertanyaan yang dinyatakan dalam penelitian ini sesuai dengan aspek tersebut adalah:

a. Seperti apakah perkembangan musik keroncong yang ada di desa Brojonalan Boroudur?

b. Seperti apakah perkembangan musik keroncong dilihat dari segi aransemen musik?

Dalam penelitian ini wawancara dimulai pada bulan Maret sampai April, disaat melakukan wawancara dilakukan pengumpulan dokumentasi-dokumntasi tertulis berupa buku-buku sebagai sumber sekunder yang membantu proses intrepretasi.


(54)

40

Pada tanggal 7 Maret diadakan wawancara dengan Bapak Adi Panuwun, beliau merupakan seniman dan pemimpin orkes keroncong Puri Rama yang masih aktif hingga sekarang. Peneliti sudah menyiapkan instrumen wawancara berupa daftar pertanyaan untuk wawancara dan hasil wawancara tersebut mengenai perkembangan musik keroncong di desa BrojonalanBorobudur dan perkembangan dari segi aransemen.

Pada tanggal 14 Maret diadakan wawancara dengan Bapak Rudi Supranansis, beliau merupakan seniman dan pemerhati keroncong. Setelah wawancara didapatkan hasil yaitu funsi keberadaan kesenian musik keroncong bagi masyarakat di desa Brojonalan Borobudur.

Pada tanggal 25 Maret diadakan wawancara dengan Bapak Trisno Wibowo. Dari wawancara tersebut didapatkan usaha yang dapat dilakukan untuk mengembangkan musiik keroncong di desa Brojonalan Borobudur.

Pada tanggal yang sama yaitu 25 Maret dialnjutkan wawancara dengan Bapak Rochyan, beliau merupakan seniman dan pecinta musik keroncong. Hasil yang didapat dari wawancara tersebut adalah uasaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan musik keroncong di desa Brojonalan Borobudur supaya lenih dikenal oleh masyarakat khususnya generasi muda.

Pada tanggal, 26 Maret diadakan wawancara dengan Bapak fajar, beliau merupakan ketua dari komunitas Kogma atau Komunitas Keroncong Magelang. Hasil dari wawancara tersebut adalah usaha yang dilakukan pemerintah dan komunitas keroncong untuk mengembangkan musik keroncong di Kabupaten Magelang.


(55)

41

Pada tanggal yang sama, 26 Maret diadakan wawancara dengan Bapak anang, beliau merupakan arramger dan pencipta lagu-lagu keroncog dari grup keroncong Puri Rama. Hasil wawancara tersebut ialah aranncongsir-aransir yang dilakukan dalam usaha mengembangkan dan meberikan inovasi baru pada musik keroncong.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah penyelidikan yang ditunjukan pada penguraian dan penjelasan penyimpanan apa yang telah lalu melaui dokumentasi (Winarno, 1982: 93). Dokumentasi adalah simpanan kumpulan bukti-bukti keterangan di bidang ilmu pengetahuan, seperti gambar, kutipan, guntingan koran, naskah, surat-surat dan referensi lainya. Dengan demikian metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen yang berupa surat-surat naskah, dan bahan referensi lainya sebagai bukti kebenaran data.

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa tahapan yaitu pengumpulan data melaui observasi, wawancara atau interview, yang mempunyai peran yang sangat penting sebagai bahan dalam penyusunan data penelitian. Namun data tersebut akan lebih kuat lagi dan sempurna serta valid apabila disertai foto, gambar, dan buku-buku kajian pustaka dalam mendukung penelitian ini. Oleh karena itu, data pelengkap dengan teknik dokumentasi ini juga diperlukan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini metode dokumentasi dilakukan dengan memngumpulkan berbagai data berntuk tulisan dari berbagai buku sejarah tentang perkembangan musik keroncong di indonesia dan foto dan vidio mengenai musik


(56)

42

keroncong yang berada di desa Brojonalan Borobudur. Dokumentasi telah dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

a. Pada saat grup musik keroncong Puri Rama tampil

b. Pada saat berlangsungnya wawancara yang dilakukakan di kecamatan Borobudur

c. Pada saat acara Gemilang Keroncong Menggema berlangsung

H. Kritik Sumber

Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya terkumpul, tahap berikutnya adalah verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahan sumber (Abdurahman, 2007: 68). Sumber primer yang dapat dipercaya yaitu sumber lisan yang berasl dari hasil wawancara dengan informan-informan yang manyaksikan peristiwa perkembangan musik keroncong di desa Brojonalan Borobudur. Dalam penelitian ini kritik sumber primer (sumber lisan) secara internal dilakukan pada hasil wawancara terhadap para informan, mencari kesamaan informasi yang diperoleh antara informan yang satu dengan yang lainnya. Hasil wawancara tersebut kemudian dapat dinyatakan valid dan kredibel untuk dipakai dalam proses historigrafi (penulisan sejarah). Dalam penelitian ini kritik sumber dilakukan pada sumber lisan terhadap hal-hal yang dicari pada latar belakang dikarenakan peninggalan-peninggalan fisik yang dapat memgunggkap sejarah musik keroncong dan mengungkap perkembangan musik keroncong yang berada di desa Brojonalan Borobudur.


(57)

43

Kritik internal sumber sekunder dilakukan pada data dokumentasi berupa buku-buku yang berfungi sebagai tinjauan pustaka. Kritik sumber tersebut dilakukan dengan memeriksa keakuratan dan kesalahan dalam pernyataan terdapat dalam sumber. Peneliti mencocokan kesesuaian antar sumber sehingga dapat terungkap kebenaran dalam sumber tersebut.

Setelah melalui langkah-langkah pengumpulan sumber atau sering disebut heuristik yang telah di paparkan dalam penelitian maka langkah selanjutnya dalam metode penelitian sejarah ini adalah dengan melakukan kritik pada sumber yang telah didapatkan. Dalam penelitian ini peninggalan fisik yang dapat mengungkap kepastian lahirnya musik keroncong tidak dapat ditemukan, oleh karena itu kritik sumber dilakukan pada sumber lisan kepada pada informan terhadap hal-hal yang dipertanyakan pada latar belakang masalah penelitian ini.

I. Interpretasi Sumber

Interpretasi sejarah sering disebut juga dengan analisis sejarah. dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis berarti menyatukan. Analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu intepretasi yang menyeluruh (Berkhofer, dikutip dalam Abdurahman 2007: 73). Dalam kegiatan interpretasi penulis berusaha menganalisis sumber-sumber yang ada kemudian menyusun sumber-sumber-sumber-sumber tersebut dalam bentuk tulisan skripsi. Tahap interpretasi dibagi dalam dua langkah yaitu analisis dan


(58)

44

sintetis. Analisis merupakan kegiatan untuk menguraikan sedangkan sisntetis berarti menyampaikan.

Asal mula musik keroncong tidak terlepas dari cerita sumber yang menjelaskan tentang sejarah awal mula masuknya musik keroncong. Contohnya seperti musik yang awalnya di bawa oleh tentara Portugis pada tahun 1500 yang kemudian tmbuh dan berkembang di masyarakat pribumi. Sejarah perkembangan musik keroncongpada era reformasi, permainan alat musiknya musik keroncong masih dimainkan dengan cara permainannya. Awalnya musik keroncong haya dimainkan oleh para tawanan Portugis di sela- sela waktu istirahat setelah mereka bekerja dan bertan., Sedangkan setelah reformasi musik keroncong berfungsi sebgai hiburan dan pengisi di berbagai acara seperti sykuran, perkawinan dan acara-acara penting yang lain. Pementasanya pun hanya dari desa ke desa. Namun pada saat itu musik keroncong masih sangat populer di kalangan masyarakat dan menjadi hiburan yang sangat ditunggu-tunggu.

Pada era 80-an musik keroncong semakin berkembang dan tumbuh dengan pesat. Pemerintah pada saat itu juga ikut serta dalam usaha mengembangkan musik keroncong salah satunya dengan mengadakan berbagai lomba dan membuat suatu aturan untuk mengadakan kelompok musik keroncong di setiap Kelurahan. Usaha pemerintah tersebut menjadikan generasi muda pada tahun 80-an tertarik dan mencoba untuk memainkan musik keroncong. Musik keroncong yang pada mulanya dimainkan dengan pola irama yang sederhana kemudian diaransir dengan pola irama yang berbeda tanpa meninggalakan ciri khas atau pakemnya musik keroncong itu sendiri. Dengan mengaransir lagu-lagu


(59)

45

keroncong yang dulunya terkesan lemah lembut setelah diaransir terkesan lebih berwana dan lebih energik.

Banyak perkembangan yang terjadi pada musik keroncong setelah era reformasi yaitu dari segi fungsi musik keroncong tidak hanya hiburan pada saat syukuran antar desa saja namun menjadi hiburanuntuk mengisi di berbagai acara, misalnya mengisi acara konser musik keroncong di sebuah televisi yang bisa ditonton oleh seluruh penonton di Indonesia, dan menghibur tamu undangan di acara pernikahan. Di Kabupaten Magelang yang merupakan salah satu wilayah yang terdapat banyak musisi keroncong dan menjadi salah satu alasan mengapa musik keroncong masih berkembang hingga saat ini. Pengaruh para seniman keroncong yang memberikan inovasi-inovasi baru pada permainan musik keroncong menjadikan daya tarik para generasi muda untuk mempelajari musik jeroncong lebih dalam lagi. Salah satu seniman keroncong yang sangat berpengaruh pada perkembangan musik keroncong di Kabupaten Magelang yaitu Bapak Rochani Adisutrisno, beliau telah menciptakan kurang lebih 200 lagu langgam keroncong.

Wilayah Borobudur merupakan wilayah dimana sentral wisata Kabupaten Magelang. Di sana terdapat beberapa hotel dan tempat-tempat penggung terbuka yang disediakan untuk siapa saja yang akan menampilkn kretifitasnya salah satunya hotel Pondok Tingal yang berada di desa Brojonalan. Disana diadakan berbaga acara di setiap malam seperti pertunjukan tari-tarian tradisional, pertunjukan wayang kulit dan salah satunya pertinjukan musik keroncong. Setiap hari Senin dan Rabu malam selalu kumpul komunitas pecita


(60)

46

musik keroncong yang dinamakan Gemilang keroncong Menggema dan juga diadakan pertunjukan musik keroncong, tidak hanya itu saja pada acara tersebut juga diadakan diskusi tentang musik keroncong. Anggota dari acara tersebut tidak hanya para pemain dan seniman keroncong saja namun penikmat dan pecinta keroncong, bahkan oarang yang tidak bisa main alat musik pun boleh ikut serta dalam acara tersebut. Acara tersebut diselenggarakan dengan tujuan menjaga kelsetarian musik keroncong dana mengembangkan musik keroncong, karena pada saat ini musik keroncong pada saat ini dirasa mulai berkurang popularitasnya dan kurang perkembangannya mulai menurun seiring dengan munculnya musik-musik dengan aliran baru yang lebih modern.

J. Hitoriografi

Menurut Abdurahman (2007:76) historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang perkembangan musik keroncong ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Data yang telah terkumpul diverifikasi selama penelitian berlangsung , sehingga didapat kesimpulan yang menjamin kredibilitas dan obyektifitas. Artinya data-data yang terkumpul selama penelitian masih perlu dicocokan antara data-data yang diperoleh peneliti saat observasi, wawancara, maupun dokumnetasi. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian dengan obyek penelitian ada relevansinya atau hubungan kebenaran kesamaanya, dengan demikian akan diperoleh catatan yang sistematis dan bermakna. Interpretasi sumber adalah data-data yang terkumpul dianalisis dengan


(61)

47

membandingkan data atau sumber sampai pada satu kesimpulan yang dapat dituliskan dengan kalimat sebab akibat.

Terkait dengan penelitian ini, maka uraian tentang cara penulisan atau pelaporan (historiografi) dilaporkan sebagai berikut:

a. Abstrak

b. Bab I Pendahuluan terdiri atas : 1) Latar Belakang

2) Identifikasi Masalah 3) Fokus Penelitian 4) Tujuan Penelitian 5) Manfaat Penelitian

c. Bab II Kajian Pustaka terdiri atas : 1) Musik Keroncong

2) Perkembangan Musik Keroncong 3) Permainan Musik Keroncong

d. Bab III Metode Penelitian terdiri atas : 1) Pendekatan Penelitian

2) Tempat dan Waktu Penelitian 3) Informan dan Objek Penelitian 4) Tahapan Penelitian

5) Instrument Penelitian

6) Teknik Pengumpulan Sumber 7) Kritik Sumber


(62)

48 8) Interpretasi Sumber

9) Historiografi

e. Bab IV Perkembangan Musik Keroncong di Desa Brojonalan Borobudur Magelang terdiri atas:

1) Perkembangan Musik Keroncong

2) Perkembangan Musik Keroncong Periode 2005 3) Perkembangan Musik Keroncong Periode 2015

4) Perkembangan Aransemen Musik Keroncong Periode 2005 5) Perkembangan Aransemen Musik Keroncong Periode 2015 f. Bab V Sesimpulan dan Saran terdiri atas :

1) Simpulan 2) Saran


(63)

49 BAB IV

PERKEMBANGAN MUSIK KERONCONG DI DESA BROJONALAN BOROBUDUR MAGELANG

A.Perkembangan Musik Keroncong

Musik keroncong yang ada pada saat ini merupakan jenis musik yang sudah mengalami banyak perkembangan. Pada mulaya musik keroncong dibawa oleh para pelaut Portugis yang datang ke Indonesia. Musik keroncong pada pada saat itu tumbuh dan berkembang dengan baik terutama di daerah Indonesia bagian timur, seperti pulau Maluku yang kemudian tumbuh dan berkembang sampai di pulau Jawa.

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Wibowo, perkembangan musik keroncong di Jawa Tengah khususnya di Borobudur juga mengalami perkembangan yang sangat baik pada tahun 80-an, dimana pada saat itu diadakan wajib keroncong di setiap kelurahan. Hal tersebut disampaikan Bapak. Wibowo pada wawancara tanggal 25 Maret 2015, menyatakan ;

“Dulu pas tahun 80-an musik keroncong berkembang dengan baik, soalnya pemerintah pada saat itu mewajibkan untuk setiap kelurahan yang ada di kabupaten Magelang mempunyai grup-grup keroncong jadi kalau ada acara dikampung koyo tujuh belasan grup-grup itu ikut serta mengisi acara, ora koyo saiki mbak, jarang sekali saya melihat grup keroncong tampil di acara tujuh belasan di desa- desa pol mentok ya paling ogan tunggal to”.

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa di tahun 80-an musik keroncong mengalami perkembangan yang sangat baik, dilihat dari munculnya beberapa grup-grup keroncong baru di setiap kelurahan.


(64)

50

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Rochyan, musik keroncong pada tahun 80-an begitu populer di kalangan masyarakat Borobudur. Wujud kepopuleran musik keroncong pada saat itu yaitu musik keroncong menjadi salah satu hiburan yang selalu ditampilkan di setiap acara, seperti hajatan, pernikahan dan syukuran. Hal tersebut disampaikan Bapak Rochyan pada wawancara 25 Maret 2015, menyatakan:

kalau saya lihat, jaman dulu itu musik keroncong sangat digemari bahkan anak-anak pun hafal dengan lagu keroncong nah apalagi pertunjukanya sangat ditunggu-tunggu oleh warga, bahkan setiap ada acara-acara penting yo koyo nikahan, supitan, syukuran lairan, tujuh belasan mesti menampilke keroncong”.

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa di tahun 80- an musik keroncong masih sangat digemari oleh masyarakat luas, tak hanya dikalangan generasi tua saja musik keroncong juga digemari oleh anak-anak hal ini disebabkan karena pada tahun 80-an musik keroncong sering tampil di berbagai acara yang diadakan oleh masyarakat sebagai musik hiburan.

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Adhi, perkembangan musik keroncong di Borobudur juga sangat dipengaruhi oleh para generasi-genasi muda pada tahun 80-an, karena pada saat itu minat dan keingin tahuan generasi muda terhadap musik keroncong masih sangat menggelora. Hal tersebut disampaikan Bapak Adhi pada wawancara 7 Maret 2015, menyatakan :

“Perkembangan keroncong di wilayah ini sangat dipengaruhi oleh anak-anak muda di tahun 80-an, karena musik keroncong dianggap musik yang sangat populer pada masa itu, rasa keingin tahuan dan ketertarikan anak muda terhadap musik keroncong tersebut yang

menginspirasi para generasi muda utuk menginovasi dan


(65)

51

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan musik kerocong pada tahun 80- an juga dipengaruhi oleh peran serta para generasi muda di era tersebut, salah satu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan musik keroncoong yaitu dengan menginovasi dan mengembangkan musik keroncong agar lebih menarik.

B.Perkembangan Musik Keroncong Periode 2005

Setelah memasuki era modernisasi musik keroncong lambat laun mulai berkurang popularitasnya salah satu faktor yang mempengaruhinya ialah munccuknya musik-musik jenis baru yang lebih modern. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Adhi, setelah memasuki era moderenisasi musik keroncong dirasa kurang berkembang dengan baik dibandingkan pada saat tahun 80-an dimana musik keroncong tumbuh dan berkembang dengan pesat dan bahkan banyak melahirkan para seniman keroncong muda seperti Koko Tole dan Budiman B.J. Kurangnya minat generasi muda pada saat ini terhadap musik keroncong salah satunya dipengaruhi oleh munculnya musik-musik jenis baru yang kemudian memunculkan anggapan bahwa musik keroncong adalah musiknya orang tua atau musik kuno. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Adhi pada 7 Maret 2015 menyatakan :

“Pada jaman sekarang anak-anak muda hanya tertarik pada musik-musik modern saja dan kurang berminat untuk mengenal dan mencoba memainkan musik keroncong, karena anggapan anak muda terhadap musik keroncong adalah musik yang kuno musiknya orang-orang tua, yang membuat ngantuk kalo didengarkan. Kalo pas jaman saya dulu musik keroncong itu sangat populer di kalangan anak muda bahkan banyak seniman muda keroncong seperti Koko Tole dan Budiman B.J.


(66)

52

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa musik keronconng semakin lama semakin ditinggalkan dikarenakan arus modernisasi.

Melihat kondisi tersebut munculah ide dan gagasan para seniman-seniman keroncong yang ada di Borobudur mempunyai untuk menggemakan dan memperkenalkan kembali musik keroncong di masyarakat khususnya dikalangan generasi muda. Salah satu usaha yang dilakukan yaitu dengan mengadakan suatu acara komunitas grup keroncong yang diberi nama Gemilang keroncong Menggema. Puri Rama pertama kali dibentuk pada 28 November 2005 dan salah satu grup keroncong pencetus dan penngerak dari terbentuknya komunitas ialah grup keroncong Puri Rama yang bersal dari desa Brojonalan. Komunitas tersebut dibentuk karena kecintaanya terhadap musik keroncong dan rasa keprihatinan para seniman dan pemusik keroncong melihat kondisi pada saat itu dimana musik keroncong mulai dilupakan oleh generasi muda, kemudian munculah ide-ide untuk menginovasi musik keroncong sedemikian rupa agar lebih menarik, hal tersebut merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk mengenalkan musik keroncong kepada generasi muda dan usaha untuk menjaga kelestarian musik keroncong supaya tidak terlupakan dan tersaingi oleh musik-musik dengan modern.

Isi dari acara Gemilang keroncong Menggema yaitu diskusi tentang keroncong, atau saling tukar ide dan gagasan yang berhubungan dengan musik keroncong. Berikut ini adalah dokumentasi pada saat acara Gemilang Keroncong Menggema berlangsung, para anggota komunitas keroncong sedang mengadakan diskusi membahas tentanng musik keronocong


(67)

53

Gambar 20. Diskusi acara gemilang keroncong menggema (Dokumentasi: Ashila 2015)

Bagi orang yang awam tentang musik keroncong dan igin mempelajari musik keroncong di acara tersebut juga akan diberi arahan pengetahuan oleh para seniman keroncong, karena anggota dari acara tersebut tidak hanya para seniman keroncong saja namun bagi siapa saja yang ingin belajar musik keroncong bahkan untuk mereka yang tidak bisa main alat musik sama sekali. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Adhi pada 7 Maret 2015:

“Di acara Gemilang keroncong menggema anggotanya tidak harus yang bisa main keroncong atau seniman keroncong, tapi orang yang tidak bisa main musik ba bar blas juga boleh ikut dalam acara tersebut, yang penting mereka suka sama musik keroncong,dan umur tidak dibatasi dari anak muda sampai orang tua juga boleh ikut.

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta dari gemilang keroncong menggema tidak hanya boleh diikuti oleh para seniman keroncong atau orang- orang yang mahir dalam bermain alat musik keroncong, namun acara tersebut semua orang yang tertarik dan ingin belajar keroncong meskipun tidak bisa memainkan alat musik sekalipun boleh ikut, dan tidak dibatasi oleh umur


(68)

54

karena dari anak muda sampai orang tua juga boleh ikut. hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak. Rudi pada 14 maret 2015:

“Pada acara gemilang keroncong menggema siapapun boleh tampil untuk mengisi acara arep pemuala opo rung lancar main e ya rapopo. Hal ini dilakukan untuk menginterpretasi para seniman keroncong yang lain untuk melihat bagaimana karakter permainan keroncong pada setiap grup”.

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pada acara komunitas gemilang keroncong menggema tidak hanya dilakukan diskusi saja namun juga diselingi dengan penampilan grup-grup keroncong yang ikut dalam komunitas tersebut, meskipun para pemain masih pemula atau pun permainan belum lancar tidak dimasalahkan, hal tersebut dilakukan untuk mengintepretasi para semiman keroncong supaya tau kelebihan dan kekurangan tiap grup-grup keroncong, dengan begitu diharapkan para angggota komunitas bisa saling belajar dan mngajarkan.

Dengan diadakannya acara Komunitas Gemilang keroncong menggema kemudian diadakanlah berbagai pertunjukan musik keroncong, lomba dan festival musik keroncong di lingkungan kecamatan Borobudur, meskipun diadakan di wilayah Borobudur namun para peserta lomba dan festival tak hanya dari ruang lingkup Borobudur saja. Festival dan lombaa ini juga diikuti dari berbagai wilayah kota Magelang, contohnya seperti grup musik keroncong Putra kasih yang berasal dari wilayah Muntilan. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Adi pada tanggal 7 Maret 2015:

“Dari acara komunitas itu terbentuklah pemikiran untuk mengadakan acara festival dan lomba yan didakan untuk mengenalkan komunitas gemilang keroncong menggema dan menambah anggta komunitas agar


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)