Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan merupakan cara, teknik atau gaya yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerjasama mencapai tujuan yang ditentukan Harbani, 2013:5. Pemimpin berarti harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengikut atau bawahannya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini berarti pemimpin juga harus memiliki kemampuan untuk mengayomi dan membimbing bawahannya selama proses mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oeh para pemimpin, yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau orang yang dipimpinnya. Menurut Euis Soliha dan Hersugondo 2008:85 fungsi kunci seorang pemimpin sendiri yaitu membangun visi organisasi dan mengkomunikasikan kepada bawahan. Menurut Veithzal 2003: 117 beberapa sifat yang juga diidentifikasi berhubungan dengan kepemimpinan yaitu kecerdasan, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, keterampilan teknik dalam bidangnya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, kestabilan emosi dan kontrol pribadi, keterampilan perencanaan dan pengorganisasian, keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan, kemampuan untuk menggerakkan kelompok, kemampuan untuk berbuat efektif, efisien, dan tegas. Pemimpin juga harus memiliki integeritas dan dedikasi yang tinggi terhadap apa yang sedang 2 dikerjakan. Senada dengan Veithzal, James M.K dan Barry Z.P 2008: 10 mengatakan bahwa sebuah kelompok tidak dapat mencapai kinerja terbaik dalam keadaan terisolasi. Hal penting yang perlu diterapkan dalam sebuah kelompok adalah kebersamaan dan kerjasama. Salah satu faktor untuk mencapai kesuksesan dalam jabatan tertinggi suatu organisasi adalah relasi dengan bawahan. Hal ini berati pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik terhadap bawahan memiliki kemungkinan sukses yang lebih besar. Tujuan yang telah ditetapkan harus mampu dipegang teguh oleh seorang pemimpin tanpa melupakan keadaan anggotanya. Menurut Ordway Tead Kartini Kartono, 2006: 47 seorang pemimpin yang baik akan mampu untuk dekat dan berbaur dengan anggota namun tetap dihormati juga dihargai. Namun pada saat ini banyak pemimpin yang melupakan sifat-sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Ada beberapa pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan otoriter, hal ini memang tidak selamanya buruk. Namun ketika pemimpin hanya mendengarkan dan membenarkan pendapat sendiri itulah yang menjadi kesalahan dari seorang pemimpin. Menurut Veithzal 2003: 53 kepemimpinan dalam sebuah kelompok berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompokorganisasi terebut. Hal itu berarti juga bahwa pemimpin ada di dalam situasi organisasi. Pemimpin memberikan pengaruh kepada orang yang dipimpinnya dan memberikan pengaruh pada situasi yang terjadi di lingkungan organisasi tersebut. Veithzal 2003: 148 menyatakan peran kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang 3 diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin di dalam organisasi mempunyai peranan dalam setiap tujuan dan harapan dalam mengatur perilaku anggotanya. Dari penelitian Rosemary Maellaro 2013: 234 mengungkapkan mengenai tugas-tugas yang ada dalam teori Kalb, salah satu keberhasilan yang dapat dicapai dari teori tersebut adalah membangun sebuah jembatan antara pelajaran sederhana mengenai kepemimpinan dengan memasukkan ilmu kepemimpinan dalam praktik dasar teori pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa siswa dapat menggunakan apa yang mereka pelajari guna mempraktikan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat praktik kepemimpinan yang efektif. Mereka dapat menghubungkan mengenai yang telah mereka pelajari disekolah guna menggunakan dan mempraktikan pengetahuan tersebut di tempat kerja. Menurut Kartini Kartono 2005: 267 kemajuan bangsa Indonesia di kemudian hari akan ditentukan oleh kaum muda yang mampu mengembangkan diri dalam bidang keilmuan dan kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan hendaknya ditanamkan sejak dini dalam diri individu dan didukung oleh lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah, maupun teman bermain. Sekolah merupakan tempat individu menimba ilmu baik dalam hal pengetahuan maupun mengembangkan keperibadian, salah satunya mengembangkan jiwa kepemimpinan. Menurut Anthony C. Andenoro 2013: 5 kualitas seorang kepemimpinan penting untuk mengatur masa depan bangsa. Tanggung jawab untuk mengembangkan pemimpin yang kuat 4 didasarkan pada nilai-nilai, perspektif, dan kompetisi dalam mengatasi masalah. Ada beberapa contoh kepemimpinan positif yang ada di sekolah seperti seorang ketua OSIS, ketua ekstrakurikuler, dan ketua kelas. Contoh kepemimpinan negatif yang ada di sekolah seperti seorang ketua gank. Saat ini sudah banyak sekolah yang mengembangkan sifat kepemimpinan muridnya sejak dini dengan berbagai cara seperti SMA Negeri 1 Pakem. Alasan penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Pakem, berdasarkan pengamatan ketika penulis melakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan PPL disana, salah satu program untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dalam diri setiap siswanya adalah setiap bulan diadakan pergantian pengurus kelas. Adanya pergantian kelas ini sudah dilaksanakan sejak tahun ajaran 20122013. Siswa yang sudah menjadi pengurus inti pada bulan itu tidak boleh kembali menjadi pengurus inti pada bulan-bulan berikutnya. Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan dengan guru BK, hal ini bertujuan melatih semua siswa untuk mampu memimpin dan dipimpin juga untuk memahamkan siswa tentang kepemimpinan. Siswa harus mampu untuk memimpin teman-teman di kelasnya dan bertanggung jawab akan tugas dan kewajiban sebagai pengurus kelas. Namun di lain waktu nanti siswa juga harus mampu menjadi seorang yang dipimpin oleh orang lain. Ini membantu siswa untuk menghargai dan menghormati siapapun pemimpin yang memimpinnya Wawancara, tanggal 27 Maret 2015. Selama ini untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 1 Pakem, guru BK menerapkan metode bimbingan klasikal yaitu 5 dengan materi kepemimpinan di dalam kelas dengan metode ceramah. Menurut guru BK kegiatan ini kurang maksimal karena guru BK di sekolah hanya satu orang sehingga bimbingan klasikal rutin menjadi sulit dilakukan. Maka dari itu sekolah membuat peraturan dimana mewajibkan siswa di SMA Negeri 1 Pakem untuk melakukan pergantian kepengurusan kelas setiap sebulan sekali. Kebijakan ini diharapkan secara tidak langsung siswa dapat belajar bagaimana berorganisasi dan bagaimana menjadi seorang pemimpin kelas. Setiap pergantian kepengurusan setiap bulannya akan ada penilaian mana kelas yang berprestasi dan mana kelas yang kurang berprestasi. Semua itu dilihat dari laporan setiap kelas, dan mekanisme kelas selama sebulan. Memang tidak ada hadiah tapi ini dapat menjadi motivasi kelas mana yang paling berprestasi diantara kelas yang lainnya. Pada dasarkan diadakannya kegiatan itu untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa secara menyeluruh agar pada saat siswa keluar dari konteks kelas, siswa mampu lebih mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang dia telah pelajari saat menjadi ketua kelas maupun pengurus inti kelas. Ada beberapa tanggapan dari siswa sekolah mengenai kegiatan ini baik tentang kelebihan maupun kekurangan dari program sekolah ini. YK siswa kelas XI beranggapan bahwa adanya pengurus kelas yang bergantian setiap bulannya itu bagus untuk siswa, karena banyak siswa yang akhirnya mengerti bagaimana menjadi seorang pemimpin dan orang yang dipimpin. Tugas seorang ketua kelas layaknya seorang pemimpin yang memiliki tanggung jawab, seperti bila ada anggota kelas melakukan kesalahan, orang yang dilihat 6 dan dicari pertama kali pastilah ketua kelas. Apalagi jika kelas yang dipimpin oleh seorang ketua kelas kurang bertanggung jawab dalam tugas yang baru di jalaninya, kelas yang harusnya dia tingkatkan akan mengalami penurunan dalam hal kekompakan dan keyakinan terhadap ketua kelas karena kurangnya tanggung jawab dari seorang pemimpin kelas. Kesimpulan dari pendapat YK bahwa beberapa ketua kelas kurang bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya seperti kurang bisa menjaga kekompakan kelas. Sehingga masih memiliki kekurangan dalam keterampilan perencanaan dan pengorganisasian, keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan, dan kemampuan untuk menggerakkan kelompok itu dilihat dari sifaf kepemimpinan Veithzal Wawancara, tanggal 25 Maret 2015. Senada dengan YK, siswa yang bernama FA siswa kelas XI berpendapat bahwa pengurus kelas yang berganti setiap bulannya memang membantu siswa dalam mengembangkan bakat yang sebelumnya tidak terlihat, akan tetapi karena pergantian yang terlalu cepat yaitu satu bulan setiap pengurus kelas membuat kinerja yang ingin di capai kurang efektif, seharusnya jangka yang diberikan setiap pengurus kelas setidaknya tiga bulan. Selama ini FA melihat bahwa dari beberapa ketua kelas yang sudah dipilih, ada yang bagus ada yang kurang bagus untuk menjadi ketua kelas yang ideal. FA juga mengatakan bahwa masih ada beberapa ketua kelas yang kurang mampu menggerakkan teman-teman dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan. Hal ini berdampak kepada kepengurusan kelas yang kurang teorgansir. Pemilihan ketua kelas dipilih oleh Majelis Perwakilan Kelas 7 MPK yang dicalonkan yang belum pernah menjadi pengurus kelas. Dari pendapat yang diungkapkan FA hasil kinerja kepengurusan kelas yang dicapai kurang efektif karena pergantian pengurus kelas terlalu cepat. Selain itu beberapa ketua kelas kurang mampu menggerakkan pengurus dalam melaksanakan tugas. Hal itu berdampak kepengurusan yang kurang terorganisir. Jika dilihat dari sifat kepemimpinan Veithzal, pemimpin kelas masih kurang dalam hal perencanaan, pengorganisasian, dan kemampuan untuk menggerakkan kelompok Wawancara, 31 Maret 2015. Tak jauh berbeda dengan kedua temannya, siswa yang bernama BR siswa kelas XII beranggapan bahwa adanya pergantian pengurus setiap bulannya itu dapat membantu siswa yang kurang dalam berkomunikasi di depan forum menjadi lebih bisa berbicara di depan umum, sehingga mengakibatkan rasa percaya dirinya lebih meningkat. Kebanyakan siswa yang diajukan sebagai ketua kelas adalah siswa yang introvert, karena siswa yang ekstrovert sudah banyak dilibatkan dalam kegiatan OSIS. Ada kelas yang memiliki kebijakan dengan evaluasi pengurus setiap minggunya. Dengan adanya evaluasi setiap minggunya orang yang belum bisa menyesuaikan sebagai ketua kelas dapat dibantu dari situ. Kekurangannya adalah periode menjadi ketua kelas yang pendek menyebabkan belum terlihatnya kelebihan dalam memimpin kelas. Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa adanya program dari sekolah yang mewajibkan siswa untuk menjadi pengurus kelas dapat membantu mengembangkan keterampilan kepemimpinan siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri khususnya pada siswa yang introvert supaya 8 lebih siap jika suatu saat menjadi seorang pemimpin di luar kelas maupun sekolah. Akan tetapi pergantian pengurus yang terlalu cepat menyebabkan belum terlihatnya kelebihan siswa dalam memimpin kelas wawancara, 25 Maret 2015. Tanggapan dari salah satu ketua kelas saat ini yang bernama Y bahwa pergantian kepengurusan setiap bulannya positif dikarenakan seluruh anggota kelas dapat merasakan bagaimana rasanya diberi tanggung jawab dalam mengelola kelas dan belajar berorganisasi. Y juga mengatakan bahwa program ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian baik dibidang pribadi, sosial, maupun kemampuan berorganisasi. Salah satu contohnya ketika ada siswa yang nakal menjadi ketua kelas maka dia harus mampu mengontrol dirinya guna menjalankan tugasnya sebagai ketua kelas. Adapun negatifnya adalah kurang efektif dikarenakan siswa yang sudah mendapat jabatan dan memiliki kerja bagus tidak dapat menjabat lagi dan dianggap kurang efisien karena kebanyakan pengurus saat ini kurang berani berbicara dan saat bekerja tidak bisa bekerja cepat. Kesimpulan dari pendapat Y bahwa pergantian pengurus tiap bulannya mampu membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian dalam bidang pribadi dan sosial. Kurang efektifnya pergantian kepengurusan setiap bulannya dikarenakan siswa yang pernah menjadi pengurus kelas tidak dapat menjadi pengurus kelas lagi sehingga pemimpin di bulan bulan akhir kurang memiliki keterampilan dalam bidangnya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain Wawancara, 31 Maret 2015. 9 Observasi dilakukan dengan masuk di kelas yang sedang melakukan diskusi kelompok dan pemimpin diskusi kelompok yaitu guru mata pelajaran. Setiap kelompok terdiri dari 10-11 siswa dan ada 3 kelompok diskusi. Dari hasil observasi jalannya diskusi kurang efektif karena siswa yang mengutarakan pendapat sedikit dan banyak siswa yang melakukan aktifitas lain masih banyak dijumpai disetiap kelompok. Setiap siswa tidak tahu peran yang harus dilakukan. Saat diminta mengutarakan hasil dari diskusi masih saling lempar siapa yang mengutarakannya di depan kelas. Dengan kondisi yang demikian, peneliti tertarik untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. Upaya untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan ada beberapa cara, salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan metode buzz group. Metode buzz-group dipilih karena melalui metode ini siswa dapat memupuk keterampilan kepemimpinan ketika kegiatan diskusi berlangsung. Dalam diskusi akan dipimpin oleh seorang ketua di kelompok kecil tetapi tidak menutup kemungkin bagi anggota kelompok untuk menjadi pemimpin dalam diskusi tersebut. Pemimpin yang dimaksud yaitu pemimpin ketika proses pemecahan masalah melalui diskusi berlangsung. Buzz group atau kelompok diskusi merupakan diskusi kelas yang di dalamnya dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan diskusi singkat tentang suatu problem. Sebagaimana dijelaskan oleh roestiyah 2001:9 Buzz group yaitu suatu kelompok besar dibagi menjadi dua sampai delapan kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar. Menurut Triantoro 10 2007:22 buzz group sebagai suatu kelompok aktif yang terdiri dari 3-6 siswa untuk mendiskusikan ide siswa pada materi pelajaran. Slameto 2001: 2001 melihat kelebihan metode buzz group sendiri yaitu: mendorong siswa yang malu-malu agar dapat bertukar pendapat, menciptakan suasana yang menyenangkan, memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan, menghemat waktu, memupuk kepemimpinan, memungkinkan pengumpulan pendapat, dapat dipakai bersama metode lain, dan memberi variasi. Senada dengan Trianto, Sudjana 2005:122 mengatakan teknik kelompok buzz digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang didalamnya mengandung bagian-bagian khusus masalah itu. Adapun langkah-langkah dalam metode buzz group adalah: a Pendidik bersama peserta didik memilih dan menentukan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan perlu dipecahkan dalam kegiatan belajar; b Pendidik membagikan bagian-bagian masalah pada masing-masing kelompok kecil; c Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan; d Apabila waktu ditentukan telah selesai, pendidik mengundang kelompok-kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok besar, kemudian ia mempersilahkan para pelapor dari masing- masing kelompok kecil secara bergiliran; e Seorang peserta didik mencatat pokok-pokok laporan yang telah disampaikan; f Pendidik dapat menugaskan beberapa orang peserta didik untuk merangkum hasil pembahasan akhir laporan itu; g Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kemungkinan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasaran hasil diskusi 11 dan melakukan evaluasi Sudjana, 2005: 123. Jadi buzz-group dapat diartikan diskusi kelompok yang dipimpin oleh salah satu siswa di dalam kelas dengan tujuan untuk membantu ketua kelompok kecil dalam memecahkan masalah atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya di setiap kelompok kecil terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota dimana setiap siswa telah diberi tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan perannya. Pada penelitian ini, pelaksanaan buzz group diawali dengan pemilihan pemimpin kelompok oleh peneliti. Selanjutnya pemimpin kelompok membagi kelas tersebut menjadi beberapa kelompok kecil dan memilih salah satu ketua disetiap kelompok kecil berdasarkan hasil dari pre-test yang nantinya akan menjadi kelompok dalam proses buzz-group. Setelahnya ketua kelompok kecil memilih salah satu dari anggota untuk menjadi sekretaris di dalam kelompok kecil sesuai intruksi pemimpin. Pemimpin memberikan topik pembahasan kepada masing-masing kelompok untuk dibahas. Peneliti akan memilih tema yang sama yaitu tentang kepemimpinan, termasuk didalamnya penerapan kepemimpinan disekolah, masalah tentang kepemimpinan, dan beberapa hal lainnya. Beberapa sifat yang juga diidentifikasi berhubungan dengan kepemimpinan yaitu kecerdasan, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, keterampilan teknik dalam bidangnya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, kestabilan emosi dan kontrol pribadi, keterampilan perencanaan dan pengorganisasian, keinginan yang kuat utnuk menyelesaikan pekerjaan, kemampuan untuk menggerakkan kelompok, kemampuan untuk berbuat efektif, efisien, dan tegas. Proses pembahasan berlangsung selama 5- 12 15 menit. Setelah selesai membahas lalu kelompok-kelompok kecil tersebut kembali bergabung dan masing-masing perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi dari kelompok kecil. Selama proses pemaparan hasil diskusi ketua meminta salah satu siswa untuk mencatat hasil diskusi yang kemudian akan dipakai sebagai bahan evaluasi kegiatan. Metode ini memungkinkan peneliti untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa, karena tema yang akan diambil meliputi kepemimpinan, penerepan kepemipinan di sekolah, serta masalah yang terjadi selama ini. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menemukan solusi untuk permasalahan yang ada dan dapat berbagi pengetahuan mengenai kepemimpinan yang akan bermanfaat ketika mereka kembali menjadi pemimpin di kelas maupun organisasi yang diikuti. Efektifitas Buzz Group ditinjau dari penelitian terdahulu seperti yang d ilakukan oleh Sutartini “Upaya Meningkatkan Partisipasi Siswa dan Prestasi Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Kelas XI MAN II Yogyakarta 20092010” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi tipe Buzz Group dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar biologi siswa sebanyak d ua siklus. Selain itu Devi Rohmawati “Peningkatan Kecerdasan Emosi Melalui Diskusi Kelompok Buzz Group pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 BERBAH” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi kelompok Buzz Group dapat meningkatkan kecerdasan emosi, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya skor rata-rata kecerdasan emosi siswa pada tiap 13 siklusnya, yaitu skor pre-test adalah 96, pro-test I adalah 114, dan pro-test II adalah 136. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang dimiliki seseorang, khususnya untuk siswa SMA Negeri 1 Pakem agar memiliki keterampilan kepemimpinan yang ideal untuk menjadi seorang pemimpin. Hal ini diperlukan mengingat adanya program sekolah tentang pergantian pengurus kelas setiap bulan dan mewajibkan setiap siswa untk pernah menjadi pengurus inti di kelas. Keterampilan kepemimpinan ini termasuk bagian dari bidang layanan Bimbingan dan Konseling yaitu pada bidang pribadi-sosial khususnya berkaitan dengan keterampilan siswa menjadi pemimpin bagi dirinya dan terpimpin dalam kelompok sosialnya. Beberapa aspek tersebut penting untuk dikembangkan sehingga diperlukan peran serta berbagai pihak, khususnya guru bimbingan dan konseling yang memiliki tugas mengembangkan potensi dan kemampuan siswa. Pembahasan terkait keterampilan kepemimpinan disini dalam penelitian ini berfokus pada kepemimpinan pada diri remaja dalam menjalankan organisasi kelas khususnya siswa di SMA Negeri 1 Pakem.

B. Identifikasi Masalah