MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK KECIL (BUZZ-GROUP)PADA SISWA SMA KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 1 PAKEM.

(1)

i

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN MELALUI

DISKUSI KELOMPOK KECIL (BUZZ-GROUP) PADA SISWA

KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 1 PAKEM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Romadlona Komarudin NIM 11104244024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Bersikap baiklah selalu, karena semua orang yang kau temui punya masalah berat mereka sendiri-sendiri. (Plato)

Kekuatan atau kekuasaan yang besar menciptakan tanggung jawab yang besar pula. (S Tan Lee)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Tugas akhir skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak, Ibu, dan Adikku.

2. Program Studi Bimbingan dan Konseling yang kubanggakan. 3. Agama, Nusa dan Bangsa.


(7)

vii

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK KECIL (BUZZ-GROUP) PADA SISWA SMA KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 1 PAKEM

Oleh

Romadlona Komarudin NIM 11104244024

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan

keterampilan kepemimpinan siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pakem dengan menggunakan buzz-group.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pakem. Kegiatan buzz-group dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Kegiatan yang dilakukan adalah menyelesaikan masalah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala keterampilan kepemimpinan, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah apabila 24 (75%) siswa memiliki keterampilan kepemimpinan sedang atau diatas 112,5 pada seluruh aspek keterampilan kepemimpinan. Prosedur pelaksanaannya yaitu: (1) Pemilihan pemimpin diskusi, (2) Pembentukan kelompok kecil, (3) Pemilihan ketua kelompok kecil dan sekretaris kelompok, (4) Pembahasan permasalahan disetiap kelompok kecil, (5) Pembahasan di kelompok besar.

Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata skala keterampilan kepemimpinan siswa pada Pratindakan sebesar 100, dan setelah tindakan meningkat menjadi 126,5. Hasil tersebut juga didukung dengan hasil observasi dan wawancara yang menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih berminat menjadi pemimpin, bersosialisasi dengan orang lain, kemampuan untuk mengarahkan, memiliki kepercayaan, berfikir strategis, dan kestabilan emosi setelah mengikuti tindakan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Kepemimpinan Melalui Diskusi

Kelompok Kecil (Buzz-Group) Pada Siswa Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pakem” dengan baik. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Prodi BK UNY

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan persetujuan untuk melakukan penelitian.

4. Ibu Eva Imania Eliasa, M. Pd. dan Bapak Nanang Erma Gunawan, M. Ed. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi pada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak, Ibu dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan wawasan, ilmu dan pengalaman.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pakem yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Batasan Masalah ... 14

D. Rumusan Masalah ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang keterampilan kepemimpinan ... 17

1. Pengertian Kepemimpinan ... 17

2. Keterampilan Kepemimpinan ... 18

3. Efektivitas Kepemimpinan ... 20

4. Strategi-strategi meningkatkan keterampilan kepemimpinan ... 21

B. Kajian tentang Remaja ... 22

1. Pengertian Remaja ... 22


(11)

xi

3. Kepemimpinan Remaja ... 23

C. Kajian tentang Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 25

1. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 25

2. Aplikasi Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 26

3. Langkah-langkah Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 27

4. Siapa yang bisa memakai Diskusi Kelompok Kecil (buzz group) ... 30

5. Tujuan Penggunaan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) ... 31

6. Kelebihan dan Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil ... 32

7. Diskusi Kelompok Kecil untuk Kepemimpinan ... 35

D. Buzz-Group dapat Meningkatkan Keterampilan Kepemimpinan Siswa SMA Negeri 1 Pakem ... 35

E. Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41

B. Rencana Tindakan ... 43

C. Skenario Siklus ... 44

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

E. Subjek Penelitian ... 46

F. Metode Pengumpulan Data ... 47

1. Skala ... 47

2. Observasi ... 47

3. Wawancara ... 48

G. Instrumen Penelitian ... 49

1. Skala Keterampilan Kepemimpinan ... 49

2. Pedoman Observasi ... 51

3. Pedoman Wawancara ... 52

H. Teknik Analisis Data ... 53

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55


(12)

xii

2. Deskripsi Waktu Penelitian ... 55

3. Deskripsi Subjek Penelitian ... 55

4. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

B. Pembahasan ... 104

C. Keterbatasan Penelitian ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Skala Keterampilan Kepemimpinan... 49

Tabel 2. Pedoman Observasi Keterampilan Kepemimpinan... 51

Tabel 3. Pedoman Wawancara Siswa... 52

Tabel 4. Pedoman Wawancara Guru... 53

Tabel 5. Kriteria Kategorisasi Skor... 54

Tabel 6. Hasil skor pre-test pratindakan... 57

Tabel 7. Daftar kelompok siklus I... 62

Tabel 8. Prosentase Hasil Observasi Siklus I... 70

Tabel 9. Pengelompokan Siklus II... 76

Tabel 10. Perbandingan Hasil Observasi Siklus II... 82

Tabel 11. Prosentase Hasil Post-test... 92

Tabel 12. Hasil pre-test dan post-test... 93


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Berfikir... 39 Gambar 2. Model Kemmis dan Mc Taggart... 42 Gambar 3. Hasil Pre-test skala keterampilan kepemimpinan... 58 Gambar 4. Hasil Pre-test dan Post-test skala keterampilan


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Skala Keterampilan Kepemimpinan... 120

Lampiran 2. Hasil Pre-test... 123

Lampiran 3. Hasil Post-test... 125

Lampiran 4. Hasil Reliabilitas... 127

Lampiran 5. Hasil Uji Beda... 128

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Siklus I... 130

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Siklus II... 133

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Siklus III... 136

Lampiran 9. Hasil Observasi Pratindakan... 139

Lampiran 10. Hasil Observasi Siklus I... 151

Lampiran 11. Hasil Observasi Siklus II... 163

Lampiran 12. Hasil Observasi Siklus III... 175

Lampiran 13. Hasil Wawancara Guru BK... 187

Lampiran 14. Hasil Wawancara Siswa... 188

Lampiran 15. Hasil Validitas... 200

Lampiran 16. Foto-foto Kegiatan... 202


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan merupakan cara, teknik atau gaya yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerjasama mencapai tujuan yang ditentukan (Harbani, 2013:5). Pemimpin berarti harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengikut atau bawahannya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini berarti pemimpin juga harus memiliki kemampuan untuk mengayomi dan membimbing bawahannya selama proses mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oeh para pemimpin, yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau orang yang dipimpinnya. Menurut Euis Soliha dan Hersugondo (2008:85) fungsi kunci seorang pemimpin sendiri yaitu membangun visi organisasi dan mengkomunikasikan kepada bawahan.

Menurut Veithzal (2003: 117) beberapa sifat yang juga diidentifikasi berhubungan dengan kepemimpinan yaitu kecerdasan, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, keterampilan teknik dalam bidangnya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, kestabilan emosi dan kontrol pribadi, keterampilan perencanaan dan pengorganisasian, keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan, kemampuan untuk menggerakkan kelompok, kemampuan untuk berbuat efektif, efisien, dan tegas. Pemimpin juga harus memiliki integeritas dan dedikasi yang tinggi terhadap apa yang sedang


(17)

2

dikerjakan. Senada dengan Veithzal, James M.K dan Barry Z.P (2008: 10) mengatakan bahwa sebuah kelompok tidak dapat mencapai kinerja terbaik dalam keadaan terisolasi. Hal penting yang perlu diterapkan dalam sebuah kelompok adalah kebersamaan dan kerjasama. Salah satu faktor untuk mencapai kesuksesan dalam jabatan tertinggi suatu organisasi adalah relasi dengan bawahan. Hal ini berati pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik terhadap bawahan memiliki kemungkinan sukses yang lebih besar. Tujuan yang telah ditetapkan harus mampu dipegang teguh oleh seorang pemimpin tanpa melupakan keadaan anggotanya. Menurut Ordway Tead (Kartini Kartono, 2006: 47) seorang pemimpin yang baik akan mampu untuk dekat dan berbaur dengan anggota namun tetap dihormati juga dihargai. Namun pada saat ini banyak pemimpin yang melupakan sifat-sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Ada beberapa pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan otoriter, hal ini memang tidak selamanya buruk. Namun ketika pemimpin hanya mendengarkan dan membenarkan pendapat sendiri itulah yang menjadi kesalahan dari seorang pemimpin.

Menurut Veithzal (2003: 53) kepemimpinan dalam sebuah kelompok berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi terebut. Hal itu berarti juga bahwa pemimpin ada di dalam situasi organisasi. Pemimpin memberikan pengaruh kepada orang yang dipimpinnya dan memberikan pengaruh pada situasi yang terjadi di lingkungan organisasi tersebut. Veithzal (2003: 148) menyatakan peran kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang


(18)

3

diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin di dalam organisasi mempunyai peranan dalam setiap tujuan dan harapan dalam mengatur perilaku anggotanya.

Dari penelitian Rosemary Maellaro (2013: 234) mengungkapkan mengenai tugas-tugas yang ada dalam teori Kalb, salah satu keberhasilan yang dapat dicapai dari teori tersebut adalah membangun sebuah jembatan antara pelajaran sederhana mengenai kepemimpinan dengan memasukkan ilmu kepemimpinan dalam praktik dasar teori pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa siswa dapat menggunakan apa yang mereka pelajari guna mempraktikan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat praktik kepemimpinan yang efektif. Mereka dapat menghubungkan mengenai yang telah mereka pelajari disekolah guna menggunakan dan mempraktikan pengetahuan tersebut di tempat kerja.

Menurut Kartini Kartono (2005: 267) kemajuan bangsa Indonesia di kemudian hari akan ditentukan oleh kaum muda yang mampu mengembangkan diri dalam bidang keilmuan dan kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan hendaknya ditanamkan sejak dini dalam diri individu dan didukung oleh lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah, maupun teman bermain. Sekolah merupakan tempat individu menimba ilmu baik dalam hal pengetahuan maupun mengembangkan keperibadian, salah satunya mengembangkan jiwa kepemimpinan. Menurut Anthony C. Andenoro (2013: 5) kualitas seorang kepemimpinan penting untuk mengatur masa depan bangsa. Tanggung jawab untuk mengembangkan pemimpin yang kuat


(19)

4

didasarkan pada nilai-nilai, perspektif, dan kompetisi dalam mengatasi masalah. Ada beberapa contoh kepemimpinan positif yang ada di sekolah seperti seorang ketua OSIS, ketua ekstrakurikuler, dan ketua kelas. Contoh kepemimpinan negatif yang ada di sekolah seperti seorang ketua gank. Saat ini sudah banyak sekolah yang mengembangkan sifat kepemimpinan muridnya sejak dini dengan berbagai cara seperti SMA Negeri 1 Pakem.

Alasan penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Pakem, berdasarkan pengamatan ketika penulis melakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) disana, salah satu program untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dalam diri setiap siswanya adalah setiap bulan diadakan pergantian pengurus kelas. Adanya pergantian kelas ini sudah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2012/2013. Siswa yang sudah menjadi pengurus inti pada bulan itu tidak boleh kembali menjadi pengurus inti pada bulan-bulan berikutnya. Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan dengan guru BK, hal ini bertujuan melatih semua siswa untuk mampu memimpin dan dipimpin juga untuk memahamkan siswa tentang kepemimpinan. Siswa harus mampu untuk memimpin teman-teman di kelasnya dan bertanggung jawab akan tugas dan kewajiban sebagai pengurus kelas. Namun di lain waktu nanti siswa juga harus mampu menjadi seorang yang dipimpin oleh orang lain. Ini membantu siswa untuk menghargai dan menghormati siapapun pemimpin yang memimpinnya (Wawancara, tanggal 27 Maret 2015).

Selama ini untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 1 Pakem, guru BK menerapkan metode bimbingan klasikal yaitu


(20)

5

dengan materi kepemimpinan di dalam kelas dengan metode ceramah. Menurut guru BK kegiatan ini kurang maksimal karena guru BK di sekolah hanya satu orang sehingga bimbingan klasikal rutin menjadi sulit dilakukan. Maka dari itu sekolah membuat peraturan dimana mewajibkan siswa di SMA Negeri 1 Pakem untuk melakukan pergantian kepengurusan kelas setiap sebulan sekali. Kebijakan ini diharapkan secara tidak langsung siswa dapat belajar bagaimana berorganisasi dan bagaimana menjadi seorang pemimpin kelas. Setiap pergantian kepengurusan setiap bulannya akan ada penilaian mana kelas yang berprestasi dan mana kelas yang kurang berprestasi. Semua itu dilihat dari laporan setiap kelas, dan mekanisme kelas selama sebulan. Memang tidak ada hadiah tapi ini dapat menjadi motivasi kelas mana yang paling berprestasi diantara kelas yang lainnya. Pada dasarkan diadakannya kegiatan itu untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa secara menyeluruh agar pada saat siswa keluar dari konteks kelas, siswa mampu lebih mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang dia telah pelajari saat menjadi ketua kelas maupun pengurus inti kelas.

Ada beberapa tanggapan dari siswa sekolah mengenai kegiatan ini baik tentang kelebihan maupun kekurangan dari program sekolah ini. YK (siswa kelas XI) beranggapan bahwa adanya pengurus kelas yang bergantian setiap bulannya itu bagus untuk siswa, karena banyak siswa yang akhirnya mengerti bagaimana menjadi seorang pemimpin dan orang yang dipimpin. Tugas seorang ketua kelas layaknya seorang pemimpin yang memiliki tanggung jawab, seperti bila ada anggota kelas melakukan kesalahan, orang yang dilihat


(21)

6

dan dicari pertama kali pastilah ketua kelas. Apalagi jika kelas yang dipimpin oleh seorang ketua kelas kurang bertanggung jawab dalam tugas yang baru di jalaninya, kelas yang harusnya dia tingkatkan akan mengalami penurunan dalam hal kekompakan dan keyakinan terhadap ketua kelas karena kurangnya tanggung jawab dari seorang pemimpin kelas. Kesimpulan dari pendapat YK bahwa beberapa ketua kelas kurang bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya seperti kurang bisa menjaga kekompakan kelas. Sehingga masih memiliki kekurangan dalam keterampilan perencanaan dan pengorganisasian, keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan, dan kemampuan untuk menggerakkan kelompok itu dilihat dari sifaf kepemimpinan Veithzal (Wawancara, tanggal 25 Maret 2015).

Senada dengan YK, siswa yang bernama FA (siswa kelas XI) berpendapat bahwa pengurus kelas yang berganti setiap bulannya memang membantu siswa dalam mengembangkan bakat yang sebelumnya tidak terlihat, akan tetapi karena pergantian yang terlalu cepat yaitu satu bulan setiap pengurus kelas membuat kinerja yang ingin di capai kurang efektif, seharusnya jangka yang diberikan setiap pengurus kelas setidaknya tiga bulan. Selama ini FA melihat bahwa dari beberapa ketua kelas yang sudah dipilih, ada yang bagus ada yang kurang bagus untuk menjadi ketua kelas yang ideal. FA juga mengatakan bahwa masih ada beberapa ketua kelas yang kurang mampu menggerakkan teman-teman dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan. Hal ini berdampak kepada kepengurusan kelas yang kurang teorgansir. Pemilihan ketua kelas dipilih oleh Majelis Perwakilan Kelas


(22)

7

(MPK) yang dicalonkan yang belum pernah menjadi pengurus kelas. Dari pendapat yang diungkapkan FA hasil kinerja kepengurusan kelas yang dicapai kurang efektif karena pergantian pengurus kelas terlalu cepat. Selain itu beberapa ketua kelas kurang mampu menggerakkan pengurus dalam melaksanakan tugas. Hal itu berdampak kepengurusan yang kurang terorganisir. Jika dilihat dari sifat kepemimpinan Veithzal, pemimpin kelas masih kurang dalam hal perencanaan, pengorganisasian, dan kemampuan untuk menggerakkan kelompok (Wawancara, 31 Maret 2015).

Tak jauh berbeda dengan kedua temannya, siswa yang bernama BR (siswa kelas XII) beranggapan bahwa adanya pergantian pengurus setiap bulannya itu dapat membantu siswa yang kurang dalam berkomunikasi di depan forum menjadi lebih bisa berbicara di depan umum, sehingga mengakibatkan rasa percaya dirinya lebih meningkat. Kebanyakan siswa yang diajukan sebagai ketua kelas adalah siswa yang introvert, karena siswa yang ekstrovert sudah banyak dilibatkan dalam kegiatan OSIS. Ada kelas yang memiliki kebijakan dengan evaluasi pengurus setiap minggunya. Dengan adanya evaluasi setiap minggunya orang yang belum bisa menyesuaikan sebagai ketua kelas dapat dibantu dari situ. Kekurangannya adalah periode menjadi ketua kelas yang pendek menyebabkan belum terlihatnya kelebihan dalam memimpin kelas. Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa adanya program dari sekolah yang mewajibkan siswa untuk menjadi pengurus kelas dapat membantu mengembangkan keterampilan kepemimpinan siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri khususnya pada siswa yang introvert supaya


(23)

8

lebih siap jika suatu saat menjadi seorang pemimpin di luar kelas maupun sekolah. Akan tetapi pergantian pengurus yang terlalu cepat menyebabkan belum terlihatnya kelebihan siswa dalam memimpin kelas (wawancara, 25 Maret 2015).

Tanggapan dari salah satu ketua kelas saat ini yang bernama Y bahwa pergantian kepengurusan setiap bulannya positif dikarenakan seluruh anggota kelas dapat merasakan bagaimana rasanya diberi tanggung jawab dalam mengelola kelas dan belajar berorganisasi. Y juga mengatakan bahwa program ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian baik dibidang pribadi, sosial, maupun kemampuan berorganisasi. Salah satu contohnya ketika ada siswa yang nakal menjadi ketua kelas maka dia harus mampu mengontrol dirinya guna menjalankan tugasnya sebagai ketua kelas. Adapun negatifnya adalah kurang efektif dikarenakan siswa yang sudah mendapat jabatan dan memiliki kerja bagus tidak dapat menjabat lagi dan dianggap kurang efisien karena kebanyakan pengurus saat ini kurang berani berbicara dan saat bekerja tidak bisa bekerja cepat. Kesimpulan dari pendapat Y bahwa pergantian pengurus tiap bulannya mampu membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian dalam bidang pribadi dan sosial. Kurang efektifnya pergantian kepengurusan setiap bulannya dikarenakan siswa yang pernah menjadi pengurus kelas tidak dapat menjadi pengurus kelas lagi sehingga pemimpin di bulan bulan akhir kurang memiliki keterampilan dalam bidangnya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain (Wawancara, 31 Maret 2015).


(24)

9

Observasi dilakukan dengan masuk di kelas yang sedang melakukan diskusi kelompok dan pemimpin diskusi kelompok yaitu guru mata pelajaran. Setiap kelompok terdiri dari 10-11 siswa dan ada 3 kelompok diskusi. Dari hasil observasi jalannya diskusi kurang efektif karena siswa yang mengutarakan pendapat sedikit dan banyak siswa yang melakukan aktifitas lain masih banyak dijumpai disetiap kelompok. Setiap siswa tidak tahu peran yang harus dilakukan. Saat diminta mengutarakan hasil dari diskusi masih saling lempar siapa yang mengutarakannya di depan kelas.

Dengan kondisi yang demikian, peneliti tertarik untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. Upaya untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan ada beberapa cara, salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan metode buzz group. Metode buzz-group dipilih karena melalui metode ini siswa dapat memupuk keterampilan kepemimpinan ketika kegiatan diskusi berlangsung. Dalam diskusi akan dipimpin oleh seorang ketua di kelompok kecil tetapi tidak menutup kemungkin bagi anggota kelompok untuk menjadi pemimpin dalam diskusi tersebut. Pemimpin yang dimaksud yaitu pemimpin ketika proses pemecahan masalah melalui diskusi berlangsung. Buzz group atau kelompok diskusi merupakan diskusi kelas yang di dalamnya dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan diskusi singkat tentang suatu problem. Sebagaimana dijelaskan oleh roestiyah (2001:9) Buzz group yaitu suatu kelompok besar dibagi menjadi dua sampai delapan kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar. Menurut Triantoro


(25)

10

(2007:22) buzz group sebagai suatu kelompok aktif yang terdiri dari 3-6 siswa untuk mendiskusikan ide siswa pada materi pelajaran. Slameto (2001: 2001) melihat kelebihan metode buzz group sendiri yaitu: mendorong siswa yang malu-malu agar dapat bertukar pendapat, menciptakan suasana yang menyenangkan, memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan, menghemat waktu, memupuk kepemimpinan, memungkinkan pengumpulan pendapat, dapat dipakai bersama metode lain, dan memberi variasi.

Senada dengan Trianto, Sudjana (2005:122) mengatakan teknik kelompok buzz digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang didalamnya mengandung bagian-bagian khusus masalah itu. Adapun langkah-langkah dalam metode buzz group adalah: a) Pendidik bersama peserta didik memilih dan menentukan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan perlu dipecahkan dalam kegiatan belajar; b) Pendidik membagikan bagian-bagian masalah pada masing-masing kelompok kecil; c) Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan; d) Apabila waktu ditentukan telah selesai, pendidik mengundang kelompok-kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok besar, kemudian ia mempersilahkan para pelapor dari masing-masing kelompok kecil secara bergiliran; e) Seorang peserta didik mencatat pokok-pokok laporan yang telah disampaikan; f) Pendidik dapat menugaskan beberapa orang peserta didik untuk merangkum hasil pembahasan akhir laporan itu; g) Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kemungkinan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasaran hasil diskusi


(26)

11

dan melakukan evaluasi (Sudjana, 2005: 123). Jadi buzz-group dapat diartikan diskusi kelompok yang dipimpin oleh salah satu siswa di dalam kelas dengan tujuan untuk membantu ketua kelompok kecil dalam memecahkan masalah atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya di setiap kelompok kecil terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota dimana setiap siswa telah diberi tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan perannya. Pada penelitian ini, pelaksanaan buzz group diawali dengan pemilihan pemimpin kelompok oleh peneliti. Selanjutnya pemimpin kelompok membagi kelas tersebut menjadi beberapa kelompok kecil dan memilih salah satu ketua disetiap kelompok kecil berdasarkan hasil dari pre-test yang nantinya akan menjadi kelompok dalam proses buzz-group. Setelahnya ketua kelompok kecil memilih salah satu dari anggota untuk menjadi sekretaris di dalam kelompok kecil sesuai intruksi pemimpin. Pemimpin memberikan topik pembahasan kepada masing-masing kelompok untuk dibahas. Peneliti akan memilih tema yang sama yaitu tentang kepemimpinan, termasuk didalamnya penerapan kepemimpinan disekolah, masalah tentang kepemimpinan, dan beberapa hal lainnya. Beberapa sifat yang juga diidentifikasi berhubungan dengan kepemimpinan yaitu kecerdasan, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, keterampilan teknik dalam bidangnya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, kestabilan emosi dan kontrol pribadi, keterampilan perencanaan dan pengorganisasian, keinginan yang kuat utnuk menyelesaikan pekerjaan, kemampuan untuk menggerakkan kelompok, kemampuan untuk berbuat efektif, efisien, dan tegas. Proses pembahasan berlangsung selama


(27)

5-12

15 menit. Setelah selesai membahas lalu kelompok-kelompok kecil tersebut kembali bergabung dan masing-masing perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi dari kelompok kecil. Selama proses pemaparan hasil diskusi ketua meminta salah satu siswa untuk mencatat hasil diskusi yang kemudian akan dipakai sebagai bahan evaluasi kegiatan. Metode ini memungkinkan peneliti untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa, karena tema yang akan diambil meliputi kepemimpinan, penerepan kepemipinan di sekolah, serta masalah yang terjadi selama ini. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menemukan solusi untuk permasalahan yang ada dan dapat berbagi pengetahuan mengenai kepemimpinan yang akan bermanfaat ketika mereka kembali menjadi pemimpin di kelas maupun organisasi yang diikuti.

Efektifitas Buzz Group ditinjau dari penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Sutartini “Upaya Meningkatkan Partisipasi Siswa dan Prestasi Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Kelas XI MAN II Yogyakarta 2009/2010” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi tipe Buzz Group dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar biologi siswa sebanyak dua siklus. Selain itu Devi Rohmawati “Peningkatan Kecerdasan Emosi Melalui Diskusi Kelompok (Buzz Group) pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 BERBAH” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi kelompok (Buzz Group) dapat meningkatkan kecerdasan emosi, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya skor rata-rata kecerdasan emosi siswa pada tiap


(28)

13

siklusnya, yaitu skor pre-test adalah 96, pro-test I adalah 114, dan pro-test II adalah 136.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang dimiliki seseorang, khususnya untuk siswa SMA Negeri 1 Pakem agar memiliki keterampilan kepemimpinan yang ideal untuk menjadi seorang pemimpin. Hal ini diperlukan mengingat adanya program sekolah tentang pergantian pengurus kelas setiap bulan dan mewajibkan setiap siswa untk pernah menjadi pengurus inti di kelas.

Keterampilan kepemimpinan ini termasuk bagian dari bidang layanan Bimbingan dan Konseling yaitu pada bidang pribadi-sosial khususnya berkaitan dengan keterampilan siswa menjadi pemimpin bagi dirinya dan terpimpin dalam kelompok sosialnya. Beberapa aspek tersebut penting untuk dikembangkan sehingga diperlukan peran serta berbagai pihak, khususnya guru bimbingan dan konseling yang memiliki tugas mengembangkan potensi dan kemampuan siswa. Pembahasan terkait keterampilan kepemimpinan disini dalam penelitian ini berfokus pada kepemimpinan pada diri remaja dalam menjalankan organisasi kelas khususnya siswa di SMA Negeri 1 Pakem. B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas ditemui jika:

1. Belum munculnya keterampilan kepemimpinan pada beberapa siswa di SMA Negeri 1 Pakem.


(29)

14

2. Beberapa pemimpin kurang dapat memimpin dengan baik.

3. Upaya dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa belum maksimal.

4. Belum dilakukannya diskusi kelompok (Buzz Group) dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan di SMA Negeri 1 Pakem.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini membatasi pada masalah penggunaan metode diskusi kelompok kecil (buzz group) untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa SMA Negeri 1 Pakem.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui metode diskusi kelompok kecil (buzz group) dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pakem.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan melalui buzz group pada siswa SMA Negeri 1 Pakem.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan kerjasama antara peneliti, konselor, sekolah, siswa SMA Negeri 1 Pakem. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:


(30)

15 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan dalam bidang bimbingan, khususnya metode pelatihan keterampilan kepemimpinan. Kajian ilmu ini dapat dikembangkan untuk penelitian-penelitian lanjutan dengan topic yang sama maupun berbeda dalam bidang bimbingan melalui buzz group untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Konselor Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pada guru BK dalam memilih metode bimbingan dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan pada siswa SMA Negeri 1 Pakem.

b. Bagi Siswa

Sebagai salah satu uapaya untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bekal siswa untuk terjun dalam keorganisasian, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat arti yang luas.

c. Bagi Sekolah

Dapat membantu guru dan tenaga kependidikan dalam mengatasi masalah pembelajaran dengan metode buzz-group, serta diharapkan dapat meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan.


(31)

16 d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai pemahaman buzz group, serta diharapkan dapat menemukan metode baru guna meningkatkan keterampilan kepemimpinan.


(32)

17 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang keterampilan kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kata-kata “pemimpin” mengandung beberapa arti, yang erat kaitannya dengan pengertian memelopori berjalan dimuka, menuntun, membimbing, mendorong, mengambil langkah/prakasa pertama, bergerak lebih awal, berbuat lebih dahulu memberi contoh, menggerakkan orang lain melalui pengaruh-pengaruh dan sebagainya. Dalam Bahasa Indonesia “pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Kepemimpinan diartikan sebagai berfungsinya pemimpin, bawahan, kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok dalam rangka mencapai sesuatu tujuan (Kartini, 2011:57). Dapat dikatakan pula bahwa kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi dengan petuntuk atau perintak agar orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan perubahan positif.

Menurut Nawawi (2006: 33) kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain untuk mencapai tujuan secara antusias melalui kerjasama yang efektif. Dengan kata lain pemimpin harus dapat memberi inspirasi, membujuk, mempengaruhi dan memotivasi untuk meningkatkan kerjasama dan dukungan diantara bawahan dan pemimpin agar tujuan organisasi dapat tercapai.


(33)

18

Kepemimpinan merupakan sesuatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam factor, baik faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern (Winardi, 2000: 47). Maka seorang pemimpin harus memiliki kekuatan dinamis untuk memotivasi dan mengoordinasikan anggota dalam situasi apapun dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Dari berbagai sumber diatas dapat di simpulkan bahwa kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain untuk menciptakan perubahan dengan kemampuan komunikasi yang sudah melekat dari seorang pemimpin melalui kerjasama yang efektif untuk mencapai tujuan yang sudah di tentukan sejak awal. Seorang remaja akan memainkan peran sebagai pemimpin bergantung pada kelompok yang mereka ikuti dibandingkan dengan sifat yang dia miliki. Selama seorang remaja dapat memenuhi kebutuhan kelompok, mereka akan diterima sebagai seorang pemimpin, sebaliknya jika seorang remaja tidak mampu atau tidak mau memenuhi kebutuhan kelompok, maka akan dipaksa untuk melepaskan peran kepemimpinannya.

2. Keterampilan Kepemimpinan

Keterampilan kepemimpinan seorang pemimpin mempengaruhi cara mereka berkomunikasi dengan anggotanya, penciptaan situasi dan kondisi, dan strategi pencapaian tujuan. Masih banyak pemimpin yang belum cakap atau terampil memimpin sesuai dengan situasi dan kondisi


(34)

19

yang sedang dipimpinnya. Artinya memimpin tanpa konsep, kurang memperhatikan tingkat kesiapan, kemampuan, kematangan anggota yang dipimpinnya, memberi intruksi tanpa petujuk dan arahan yang jelas dan kurang berkomunikasi secara intensif.

Menurut Veithzal (2003: 117) beberapa sifat yang juga diidentifikasi berhubungan dengan kepemimpinan yaitu kecerdasan, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, keterampilan teknik dalam bidangnya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, kestabilan emosi dan kontrol pribadi, keterampilan perencanaan dan pengorganisasian, keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan, kemampuan untuk menggerakkan kelompok, kemampuan untuk berbuat efektif, efisien, dan tegas. Pemimpin juga harus memiliki integeritas dan dedikasi yang tinggi terhadap apa yang sedang dikerjakan. Ngalim Purwanto (2005: 55) mengemukakan adanya 6 sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan yaitu: rendah hati dan sederhana, bersifat suka menolong, sabar dan memiliki kestabilan emosi, percaya pada diri sendiri, jujur, adil dan dapat dipercaya, serta memiliki keahlian dalam jabatan. Sedangkan George R Terry (Wahyu, 2011:19) ada sepuluh sifat yang merupakan karakter kunci dalam memimpin yaitu: kekuatan (jasmani dan rohani), stabilitas emosi, mempunyai pengetahuan tentang relasi insani, kejujuran, objektif, dorongan pribadi (kesediaan untuk muncul sebagai pemimpin dari diri sendiri), keterampilan berkomunikasi, kemampuan


(35)

20

mengajar, membagi pengetahuan untuk tujuan bersama, dan keterampilan sosial (kecakapan teknis atau kecakapan managerial).

Beberapa karakter kepemimpinan yang telah disebutkan bertujuan untuk memberikan gambaran beberapa keterampilan kepemimpinan secara efektif. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat melakukan kepemimpinan yang efektif, yaitu: adanya minat untuk menjadi pemimpin, kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, kemampuan untuk mengarahkan orang lain, memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain serta dipercaya orang lain, memiliki kemampuan untuk berfikir strategis dalam proses pengambilan keputusan, dan memiliki kestabilan emosi.

3. Efektivitas Kepemimpinan

Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya diukur dari produktifitas dan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Bila produktifitas naik dan semua tugas dilaksanakan dengan efektif, maka ia disebut sebagai pemimpin yang berhasil, Kartini Kartono (2005: 228).

Menurut Gary Yukl (2010: 10) efektivitas pemimpin kadang diukur berdasarkan kontribusi pemimpin pada kualitas proses kelompok yang dirasakan oleh para pengikut atau pengamat dari luar. Apakah pemimpin mampu meningkatkan kohesivitas anggota kelompok, kerjasama anggota, motivasi anggota, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, dan mendamaikan konflik antar anggota.


(36)

21

Unsur kepemimpinan yang efektif menurut Hadari Nawawi (2004:15) yaitu: adanya seorang pemimpin, adanya orang yang dipimpin, adanya kegiatan yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran dan tingkah lakunya, adanaya tujuan yang akan dicapai, dan berlangsung berupa proses kelompok atau organisasi.

Jadi efektivitas pemimpin itu dilihat dari bagaimana pemimpin dapat melaksanakan tugas-tugas secara efektif, selain itu juga dilihat dari kontribusi dan kualitas kerjasama kelompok dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan secara menyeluruh.

4. Strategi-strategi meningkatkan keterampilan kepemimpinan

Beberapa orang menyatakan, seorang pemimpin sejati itu dilahirkan untuk memimpin, karena ia membawa bakat-bakat kepemimpinan sejak lahir. Berbeda dengan sejarah manusia yang membuktikan bahwa berdirinya perguruan, binaan, pesantren dan padepokan, jelas dimaksudkan untuk mendidik, mempengaruhi, dan mengubah sikap anak manusia, melalui pembentukan pengertian dan pembiasaan diri. Dalam lembaga-lembaga pendidikan tersebut anak-anak muda dipersiapkan untuk menjadi pemimpin-pemimpin di berbagai bidan kehidupan, baik bagi masa dekat maupun masa-masa mendatang, Kartini kartono (2005: 227-228). Dari situ kita bisa lihat bahwa pemimpin itu harus dimulai dari belajar dan mengasah kepemimpinan melalui bidang-bidang yang kita sukai, pemimpin perlu belajar untuk menjadi seorang pemimpin yang baik dan benar. Seorang pemimpin yang dilahirkan belum


(37)

22

bisa memperlihatkan kepemimpinannya jika tidak ada wadah yang memberinya pengalaman untuk menjadi seorang pemimpin.

B. Kajian Tentang Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja, antara lain : (a) puberteit, puberty dan (b) adolescentia. Istilah puberty (bahasa ingris) berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Pubescence dari kata, pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pda daerah kemaluan (genitan), maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan. Jadi remaja (adolescence) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya pertumbuhan aspek fisik, psikis dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini bekisar antara usia 12/13-20 tahun (Agoes Dariyo, 2004: 13). 2. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (1980 : 87) a) Mampu menerima keadaan fisiknya.

b) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

d) Mencapai kemandirian emosional. e) Mencapai kemandirian ekonomi.


(38)

23

f) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

g) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.

h) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

i) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

j) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Agoes Dariyo, 2004: 78)

a) Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis.

b) Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun perempuan. c) Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainnya.

d) Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

e) Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis. 3. Kepemimpinan Remaja

Remaja memiliki banyak keunggulan dimana salah satunya untuk mempersiapkan kaderisasi kepemimpinan untuk sebuah bangsa. Tentunya kaderisasi ini tercipta karena proses yang tidaklah sebentar melainkan melalui beberapa proses yang panjang. Selain itu dalam proses itu harus


(39)

24

ditanamkan dengan kepemimpinan pancasila. Kepemimpinan pancasila merupakan produk asli bangsa indonesia yang memiliki kaitan dengan sejarah perjuangan bangsa. Kepemimpinan yang unggul dicetak berdasarkan proses panjang dalam sebuah organisasi. Menurut Gusti Ngurah A. A. M & Ratna Artha W (2013:1) Organisasi mampu menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga orang yang berada dalam organisasi memiliki sikap, pandangan, maupun pemikiran untuk mencapai tujuan organisasi yang tertuang dalam visi dan misi organisasi. Pada kehudipan masyarakat sendiri ada yang namanya organisasi pemuda yang lebih dikenal dengan Karang Taruna disana remaja dapat mengembangkan keterampilan kepemimpinanya. Selain itu, dapat dengan organisasi remaja disekolah dengan berbagai wadah yang berbeda-beda. Remaja akan lebih dapat mengembangkan dan mengasah keterampilan kepemimpinannya untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal.

Kepemimpinan remaja memang sudah melekeat ditubuh seorang remaja dimana sekarang ini sudah banyak sekali organisasi yang dipimpin oleh remaja. Organisasi dalam kehidupan sehari-hari remaja telah memberi dampak yang baik dalam perkembangan kepemimpinan remaja karena lebih bisa memberi ruang kepada remaja untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinannya.


(40)

25

C. Kajian tentang Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group) 1. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil (Buzz-Group)

Diskusi kelompok merupakan percakapan yang terencana antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan yang terpimpin. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang bertugas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok dapat tercapai Tatiek Romlah (2006:28). Dengan kata lain diskusi kelompok ialah percakapan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang jelas dan terencana.

Buzz group yaitu suatu kelompok besar dibagi menjadi dua sampai delapan kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar (Roestiyah, 2001: 9). Maka buzz group yaitu kelompok besar yang dibagi menjadi kelompok kecil untuk melakukan pembahasan yang sudah ditentukan yang pada akhir pembahasan di laporkan ke dalam kelompok besar.

Teknik kelompok buzz-group digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang didalamnya mengandung bagian-bagian khusus masalah itu (Sudjana, 2001:122). Dapat dikatakan buzz group merupakan kegiatan yang masuk kedalam jam belajar yang memiliki tujuan khusus untuk memecahan masalah.

Dapat di simpulkan bahwa diskusi kelompok kecil (buzz group) merupakan kegiatan dalam jam belajar mengajar yang di huni oleh


(41)

26

kelompok siswa dan dari suatu kelompok besar dibagi menjadi tiga orang atau lebih untuk melakukan pembahasan dengan tujuan yang jelas dan terencana, dengan seorang pemimpin dan di akhir diskusi pembahasan di laporkan ke dalam kelompok besar.

2. Aplikasi Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group)

Yulianda, Dwi P. (2012:2) menyatakan bahwa metode diskusi jenis buzz group diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama dan mengambil satu alterntaif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Metode diskusi kelompok kecil (Buzz Group) sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti dari mahasiswa UIN yang bernama Sutartini “Upaya Meningkatkan Partisipasi Siswa dan Prestasi Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Kelas XI MAN II Yogyakarta 2009/2010” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi tipe Buzz Group dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar biologi siswa kelas XI MAN II Yogyakarta. Banyaknya siklus pembelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan partisipasi dan prestasi belajar biologi siswa sebanyak dua siklus. Peningkatan partisipasi siswa yang muncul adalah: membaca buku


(42)

27

referensi meningkat 41,6%, membaca selain buku referensi meningkat 66,7%, mengamati meningkat 54,1%, mendengarkan meningkat 45,8%, menerima pendapat teman satu kelompok meningkat 25,0%, menjawab pertanyaan guru meningkat 33,3%, menjawab pertanyaan satu kelompok meningkat 50,0%, bertanya pada guru meningkat 33,3%, bertanya pada teman satu kelompok meningkat 41,6%, presentasi meningkat 12,5%, menanggapi guru meningkat 29,2%, menanggapi teman satu kelompok meningkat 20,8%, dan menanggapi pendapat teman beda kelompok meningkat 33,3%. Peningkatan prestasi belajar diperoleh effect size sebesar 1,41.

Selain itu ada juga dari Devi Rohmawati dengan judul penelitian “ Peningkatan Kecerdasan Emosi Melalui Diskusi Kelompok (Buzz Group) pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 BERBAH” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi kelompok (buzz group) dapat meningkatkan kecerdasan emosi, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya skor rata-rata kecerdasan emosi siswa pada tiap siklusnya, yaitu skor pre-test adalah 96, pro-test I adalah 114, dan post test II adalah 136. Siswa yang memiliki kategori tinggi sebelum tindakan ada 2 (6%), setelah siklus I meningkat sebanyak 11 (34%) siswa, dan meningkat kembali pada siklus II dengan jumlah 29 (91%) siswa.

3. Langkah-langkah diskusi kelompok

Menurut J. J. Hasibun dan Moedjiono (2006: 24) langkah diskusi kelompok, sebagai berikut:


(43)

28

a) Guru memberi pengarahan pada siswa terkait dengan masalah yang akan didiskusikan beserta cara pemecahannya dengan jelas agar dapat dipahami siswa. Masalah tersebut juga dapat ditentukan bersama antara guru dan siswa.

b) Guru memimpin siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua, penulis, dan pelapor), mengatur pOSISi duduk, ruangan, dan sarana prasarana.

c) Ketika tiap-tiap kelompok berdiskusi, guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain (jika lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban, memberi dorongan dan bantuan agar anggota kelompok dapat aktif berdikusi.

d) Setelah selesai diskusi, tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya dalam kelompok besar ( kelompok kelas) dan siswa dari kelompok lain dapat memberikan tanggapan. Guru memberikan penjelasan terkait laporan tersebut. Siswa mencatat hasil diskusi dan hasil laporan dikumpulkan pada guru.

Menurut Sudjana (2005: 123) langkah-langkah penggunaan teknik kelompok buzz group, yaitu:

a) Pendidik, bersama peserta didik, memilih dan menentukan masalah dan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan perlu dipecahkan dalam kegiatan belajar.

b) Pendidik menujuk beberapa peserta didik untuk membentuk kelompok kecil. Jumlah kelompok yang akan dibentuk dan banyaknya peserta


(44)

29

dalam setiap kelompok kecil sesuai dengan jumlah bagian masalah yang akan dibahas.

c) Pendidik membagikan bagian-bagian masalah kepada masin-masing kelompok kecil. Satu kelompok membahas satu bagian masalah. d) Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus

dilakukan, waktu pembahasan (biasanya 5-15 menit), pemilihan pelaor, dan lain sebagainya.

e) Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan. Para peserta didik dalam kelompok kecil itu memperjelas bagian masalah, serta memberikan saran-saran untuk pemecahannya.

f) Apabila waktu yang ditentukan telas selesai, pendidik mengundang kelompok, kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok besar, kemudian ia mempersilahkan para pelapor dari masing-masing kelompok kecil secara bergiliran untuk menyampaikan laporan kepada kelompok besar.

g) Pendidik atau seorang peserta didik ditunjuk,mencatat pokok-pokok laporan yang telah disampaikan. Selanjutnya para peserta didik diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu. h) Pendidik dapat menugasakan salah seorang atau beberapa orang


(45)

30

i) Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kembali kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan selanjutnya melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok kecil, dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya

4. Siapa yang bisa memakai Diskusi Kelompok Kecil (buzz group)

Pada saat ini guru lebih dominan dikelas daripada siswa, maka pada tahun 2013 pemerintah menggunakan K13 dengan tujuan agar siswa lebih aktif. Guru dapat mengurangi dominasinya dikelas dengan cara memberikan siswa ikut bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar (cara belajar siswa aktif), hal ini dapat dilakukan dengan metode diskusi kelompok kecil (buzz group). Buzz group memmberikan peran guru sebagai koordinator belajar, perencanaan tugas bersama, promotor, penghubung antara informasi dengan siswa, sebagai nara sumber, serta sebagai penilai bersama kemajuan siswa. Dalam menjalankannya guru diharapkan mampu memberi doroangan kepada siswa sehingga siswa merasa mempunyai kebebasan untuk berfikir, berbuat, serta bereaksi


(46)

31

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. J. J. Hasibun (2000: 64).

5. Tujuan Penggunaan Diskusi Kelompok Kecil (buzz group)

Tujuan penggunaan diskusi kelompok menurur Roestiyah (2012:6), yaitu:

a) Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebagai sarana untuk memecahkan masalah, saat proses diskusi kelompok akan banyak ditemukan perbedaan pendapat antar siswa, dari situlah siswa akan belajar berfikir logis untuk menentukan pendapat mana yang mendekati kebenaran.

b) Melatuh siswa untuk lebih demokratis dengan menyampaikan pendapatnya sendiri secara lisan.

c) Membantu siswa belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan dari pendapat Roestiyah diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari diskusi kelompok adalah untuk melatih siswa agar dapatberfikir logis dalam menyampaikan pendapat sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam pembicaraan yang sedang berlangsung dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimilikinya.

Jacobsen Eggen, Kauchak, dan Dulaney (dalam Tatiek Romlah, 2006: 89) juga mengatakan bahwa metode diskusi kelompok dapat digunakan dengan tujuan, yaitu: (a) mengembangkan keterampilan kepemimpinan, (b) merangkum pendapat kelompok; (c) guna mencapai


(47)

32

suatu persetujuan kelompok; (d) belajar menjadi pendengar aktif; (e) mengatasi perbedaan-perbedaan dengan tepat; (f) mengembangkan keterampilan untuk memparafrase; (g) belajar mandiri; dan (h) mengembangkan kemampuan menganalisis, mensintesis, dan menilai. Jadi tujuan dari diskusi kelompok diatas adalah metode diskusi kelompok dapat membantu mengembangkan berbagai keterampilan, dari keterampilan memimpin, mendengar, mengatasi perbedaan, menyampaikan pendapat, menarik kesimpulan, mandiri, menganalisis, dan menilai.

6. Kelebihan dan Kelemahan Diskusi Kelompok (Buzz Group)

Kelebihan diskusi kelompok (buzz group) Sudjana (2005:124), yaitu:

a) Peserta didik yang kurang biasa menyampaikan pendapat dalam kelompok belajar seolah-olah dipaksa untuk berbicara dalam kelompok kecil.

b) Menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang lain dan mungkin akan menyenangkan.

c) Dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah dalam waktu singkat.

d) Dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini bervariasi.

Adapun kelemahan dalam diskusi buzz group yaitu :

a) Kemungkinan terjadi kelompok yang terdiri darih orang yang tidak tahu apa-apa.


(48)

33

b) Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat negatif.

c) Perlu belajar apabila ingin memperoleh hasil yang maksimal. d) Kemungkinan mendapatkan pemimpin yang lemah

e) Laporan hasil diskusi kemungkinan tidak tersusun dengan baik

Selain itu pendapat dari J. J. Hasibuan (2000: 70) tentang kelebihan diskusi kelompok:

a) Hasil keputusan kelompok lebih kaya (besar dari berbagai sumber), dari pada hasil pemikiran individu.

b) Anggota kelompok sering dimotivasi oleh kehadiran anggota kelompok lain.

c) Anggota-anggota yang pemalu lebih bebas mengemukakakn pendapat atau pikirannya dalam kelompok kecil.

d) Anggota kelompok lebih merasa terikat dalam melaksanakan keputusan kelompok, karena mereka terlibat di dalam proses pengambilan keputusan.

e) Diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri, maupun pemahaman terhadap orang lain ( meningkatkan kemampuan individu untuk berinteraksi).

Kelemahan diskusi kelompok:

a) Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar biasa.


(49)

34

b) Dapat memboroskan waktu, terutama jika terjadi hal-hal yang negatif, seperti pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut, penyimpangan yang tidak ditegur, penampilan yang kurang baik. c) Anggota yang pendiam atau pemalu sering tidak mendapat kesempatan

mengemukakan pendapatnya. Akibatnya ia dapat menarik diri atau terjadi frustasi.

d) Jika pemimpin kurang bijaksana, diskusi hanya didominasi oleh orang-orang tertentu.

Menurut Slameto (2001: 104) kelebihan dan kekurangan metode buzz group, seperti berikut:

a) Mendorong peserta yang malu-malu b) Menciptakan suasana yang menyenangkan c) Memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan d) Menghemat waktu

e) Memupuk kepemimpinan

f) Memungkinkan pengumpulan pendapat g) Dapat dipakai bersama metode lainnya h) Memberi variasi

Adapun kelemahan dalam diskusi buzz group yaitu :

a) Kemungkinan terjadi kelompok yang terdiri dari orang yang tidak tahu apa-apa

b) Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat negatif


(50)

35

c) Perlu belajar apabila ingin memperoleh hasil yang maksimal d) Kemungkinan mendapatkan pemimpin yang lemah

e) Laporan hasil diskusi kemungkinan tidak tersusun dengan baik. 7. Diskusi Kelompok Kecil Untuk Kepemimpinan.

Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang bertugas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok dapat tercapai Tatiek Romlah (2006:28). Kelebihan Diskusi kelompok sendiri menurut Slameto (2001: 104) adalah untuk memupuk kepemimpinan, dan memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan.

Menurut Nawawi (2006: 33) kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain untuk mencapai tujuan secara antusias melalui kerjasama yang efektif. Dengan kata lain pemimpin harus dapat memberi inspirasi, membujuk, mempengaruhi dan memotivasi untuk meningkatkan kerjasama dan dukungan diantara bawahan dan pemimpin agar tujuan organisasi dapat tercapai. Dari situ dapat disimpulkan bahwa diskusi kepompok kecil memungkinkan dapat untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan.

D. Buzz Group dapat Meningkatkan Keterampilan Kepemimpinan Siswa SMA Negeri 1 Pakem

Masa remaja merupakan fase yang sangat penting, berharga dan merupakan masa transisi dari remaja ke dewasa. Masa remaja juga merupakan periode yang bisa dikatakan labil yang membutuhkan


(51)

36

rangsangan dan arahan positif yang lebih. Rangsangan dan arahan positif salah satunya diwujudkan dalam pendidikan Sekolah Menengah Atas. Pendidikan ini sangat penting dalam membantu siswa mencapai tugas perkembangan dalam bidang pribadi-sosial, dan emosi.

Perkembangan pribadi-sosial siswa merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting untuk diperhatikan pada pendidikan SMA. Hal ini dikarenakan siswa yang sudah mengenal dan memasuki lingkungan sosial yang lebih luas daripada tahapan perkembangan sebelumnya. Memiliki kemampuan pribadi-sosial yang memadai akan membantu siswa memiliki penyesuaian yang baik dan mampu berinteraksi secara positif dengan lingkungan sekitar.

Siswa yang memiliki kemampuan pribadi-sosial yang rendah memiliki ciri-ciri kurangnya respek terhadap diri sendiri dan orang lain, kuragnya rasa tanggung jawab, kurangnya kemampuan berinteraksi sosial, kurangnya kemampuan dalam menyelesaikan konflik, dan kurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. Ciri-ciri tersebut juga merupakan ciri siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan rendah. Hal ini dikarenakan keterampilan kepemimpinan merupakan bagian dari bimbingan pribadi-sosial. Ciri-ciri rendahnya keterampilan kepemimpinan dapat dilihat dari rendahnya minat untuk menjadi pemimpin, rendahnya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, rendahnya kemampuan untuk mengarahkan orang lain, kurangnya kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain serta dipercaya orang


(52)

37

lain, rendanya kemampuan untuk berfikir strategis dalam proses pengambilan keputusan, dan kurangnya kestabilan emosi.

Permasalahan rendahnya keterampilan kepemimpinan yang ada, perlu segera diatasi. Hal ini dikarenakan keterampilan kepemimpinan sangat bermanfaat bagi perkembangan kemampuan pribadi-sosial siswa pada kehidupan selanjutnya, mengingat keterampilan kepemimpinan sangat dibutuhkan siswa dalam berorganisasi ataupun tidak. Selain itu siswa membutuhkan bimbingan pribadi-sosial dalam mengembangkan keterampilan kepemimpinan, karena keberhasilan yang dialami anak dalam mengembangkan keterampilan kepemimpinan ini akan berdampak terhadap aspek perkambangan pribadi, sosial, kematangan berfikir, dan akademis. Hal inilah yang membuat keterampilan kepemimpinan penting untuk dikembangkan pada siswa SMA.

Keterampilan kepemimpinan tidak hanya bermanfaat bagi siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan rendah, siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan sedang dan tinggi akan mendapatkan manfaatnya. Hal ini disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut meliputi faktor biologis, proses kognitif, respon emosional dan karakteristik individu sedangkan faktor eksternalnya adalah faktor budaya masyarakat setempat, pengalaman memimpin, dan faktor situasional.

Sekolah merupakan salah satu faktor eksternal yang berpengaruh pada keterampilan kepemimpinan siswa. Seorang siswa memiliki


(53)

38

kesempatan menjadi seorang pemimpin dimasa depan. Sekolah memiliki peran penting dalam melatih keterampilan kepemimpinan siswa, sehingga salah satu peran sekolah adalah melatih keterampilan kepemimpinan siswa dengan berbagai kegiatan yang ada di sekolah seperti susunan pengurus kelas dan ektrakulikuler. Metode yang dipandang tepat untuk digunakan dalam layanan bimbingan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa SMA Negeri 1 Pakem adalah buzz group. Buzz group adalah kegiatan dalam jam belajar mengajar yang dilakukan oleh kelompok siswa dan dari suatu kelompok besar dibagi menjadi tiga orang atau lebih untuk melakukan pembahasan dengan tujuan yang jelas dan terencana, dengan seorang pemimpin dan di akhir diskusi pembahasan di laporkan ke dalam kelompok besar. Metode ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa, karena salah satu kelebihannya untuk memupuk kepemimpinan dimana di dalamnya termasuk keterampilan kepemimpinan.

Buzz group memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode lain. Kelebihan yang pertama adalah mendorong peserta yang malu-malu yaitu siswa yang pemalu berpendapat dapat lebih berani mengungkapkan pendapatnya di dalam kelompok kecil. Kelebihan yang kedua adalah menciptakan suasana yang menyenangkan karena dengan kelompok kecil dapat mengekplor sesuatu yang diinginkan. Kelebihan yang ketiga adalah memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan yaitu setiap kelompok dapat memilih ketua kelompok sesuai dengan kegiatan


(54)

39

yang sedang berlangsung. Kelebihan yang keempat adalah menghemat waktu dibandingkan dengan kelompok besar. Kelebihan yang kelima yaitu memupuk kepemimpinan adalah dalam berdikusi akan melatih anggota menjadi seorang pemimpin dalam setiap pembahasan yang sedang difikirkan anggota. Kelebihan yang keenam memungkinkan pengumpulan pendapat yaitu dibandingkan dengan pemikiran individu berdiskusi kelompok akan lebih memiliki opsi pendapat yang lebih luas. Kelebihan yang ketujuh dapat dipakai bersama metode lainnya yaitu metode ini dalam pelaksanaannya dapat disisipi oleh metode lain. Kelebihan yang kedelapan adalah memberi variasi yaitu dalam pelaksanaannya dapat bervariasi sesuai dengan suasana yang sedang berlangsung. Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut, maka metode buzz group dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. Visualisasi kerangka berfikir terhadat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Kerangka Berfikir Kondisi Awal

Keterampilan Kepemimpinan

Rendah

Tindakan Menerapkan metode buzz

group.

Kondisi Akhir Keterampilan Kepemimpinan

Meningkat sekolah.


(55)

40 E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan buzz group dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa SMA Negeri 1 Pakem


(56)

41 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan. Penelitian tindakan yang dirangkum oleh Sukardi (2009: 210) menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan merupakan cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasikan suatu kondisi sehingga dapat mempelajari pengalaman dan membuat pengalaman tersebut dapat dipelajari oleh orang lain. Menurut Moh. Nazir (2005: 12), penelitian tindakan adalah penelitian yang dikembangkan bersama-sama antara peneliti dan decision maker tentang variabel-variabel yang dapat dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan pembangunan.

Menurut Reason & Bradbury (dalam Suwarsih 2011: 8) penelitian tindakan adalah proses partisipatori, demokratis yang berkenaan dengan pengembangan pengetahuan praktis untuk mencapai tujuan-tujuan mulia manusia, berdasarkan pandangan dunia partisipatoris yang muncul dan momentum historis sekarang ini. Penelitian ini berusaha untuk memadukan antara tindakan dan refleksi, atau teori dengan praktik, dengan menyertakan pihak-pihak lain, untuk mencari solusi praktis terhadap berbagai macam persoalan, dan lebih umum lagi demi pengembangan individu-individu bersama komunitasnya.

Berdasarkan beberapa definisi penelitian tindakan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan adalah suatu upaya terencana mulai dari analisis masalah, perecangan program, pelaksanaan, pemantauan, hingga


(57)

42

evaluasi dengan mengujicobakan suatu ide ke dalam praktik nyata dalam skala kecil, yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memberbaiki dan meningkatkan kualitas siswa.

Dalam penelitian tindakan ini, model yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suwarsih Madya, 2007: 67) yang menggunakan siklus sistem spiral. Visualisasi model Kemmis & Mc Taggart dapat dilihat pada gambar 2 di bawah.

Gambar 2. Model Kemmis dan Mc Taggart (Sumber: diambil dari Suwarsih Madya, 2007: 67)

Model Kemmis dan Mc Taggart yang terdapat pada Gambar 2 di atas terdiri dari tahap perencanaan, melaksanakan, pengamatan dan refleksi. Desain ini berbentuk siklus sistem spiral dimana setelah refleksi dilakukan, maka akan diputuskan tindakan selanjutnya yaitu mengakhiri siklus jika target telah tercapai atau menambah siklus karena target belum tercapai.


(58)

43 B. Rencana Tindakan

1. Pratindakan

Sebelum melakukan rencana tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa langkah pratindakan agar dalam melaksanakan tindakan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan observasi awal.

b. Peneliti berdiskusi dengan konselor sekolah terkait dengan metode yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa.

c. Peneliti melakukan observasi dan wawancara pada konselor sekolah yang membimbing kelas XI MIA 1 terkait keterampilan kepemimpinan dan sepakat untuk melakukan tindakan peningkatan.

d. Memberikan informasi pada konselor sekolah terkait cara dan langkah pelaksanaan tindakan dan memberikan penjelasan mengenai peran guru dalam pemberian tindakan.

e. Peneliti melakukan pre-test dengan skala untuk mengetahui tingkat keterampilan kepemimpinan subyek sebelum diberi layanan tindakan. f. Peneliti memberitahukan hasil pre-test kepada konselor sekolah dan


(59)

44 C. Skenario Siklus

Skenario siklus yang dilakukan dalam penelitian ini dijabarkan dalam skenario sebagai berikut:

1. Perencanaan.

Sebelum melaksanakan perlu membuat rencana:

a) Peneliti bekerja sama dengan konselor sekolah menciptakan suasana yang dapat mendorong peningkatan keterampilan kepemimpinan siswa.

b) Peneliti dan konselor sekolah mendiskusikan materi pada tindakan yang sesuai dengan permasalahan siswa dan mengatur jadwal kegiatan.

c) Peneliti menyiapkan materi terkait keterampilan kepemimpinan, macam-macam pokok bahasan untuk diskusi kelompok dan kegiatan pendukungnya.

d) Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk merekam proses tindakan.

e) Peneliti menyiapkan waktu, tempat, sarana, dan prasarana untuk pelaksanaan tindakan.

b. Tindakan dan Observasi.

a) Pembukaan oleh guru bimbingan dan konseling. b) Guru memilih pemimpin diskusi.

c) Pemimpin memilih ketua dan sekretaris.


(60)

45

e) Pemimpin membagi siswa ke dalam 6 (enam) kelompok kecil dengan jumlah anggota lima sampai enam siswa perkelompok. f) Tiap-tiap kelompok diberi waktu 15 menit untuk mendiskusikan

kasus.

g) Setelah waktu diskusi selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan di depan kelompok besar. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi pendapat. h) Penutupan, siswa diminta mengungkapkan manfaat yang

didapatkan setelah diberi tindakan. 2. Observasi

Pengamatan dalam proses kegiatan metode buzz-group dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan metode buzz-group, serta sebagai bahan pertimbangan dalam refleksi.

Kegiatan observasi ini mempunyai dua tujuan, yaitu (1) untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana tindakan, (2) melihat seberapa besar keberhasilan metode yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan.

3. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan di akhir tindakan dengan metode wawancara dan skala keterampilan kepemimpinan (post-test). Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tindakan memberikan hasil dan apa saja hambatan yang ditemui. Apabila pada siklus pertama siswa sudah mengalami peningkatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka


(61)

46

penelitian diberhentikan. Namun apabila siklus pertama belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka diteruskan dengan siklus kedua. D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian yaitu SMA Negeri 1 Pakem. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015. E. Subyek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2002: 88) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah suatu benda, hal atau orang tempat data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Jadi subyek merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, karena dari subyek terdapat data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh peneliti. Subyek dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Pakem yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Subyek ini ditentukan dengan teknik purposive sampling dengan arti lain subyek ditentukan berdasarkan tujuan atau pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini adalah:

1. Siswa kelas XI SMA MIA 1. 2. Skala kategori rendah.


(62)

47 F. Metode Pengumpulan Data

1. Skala

Menurut Moh Nazir (2005: 327) skala merupakan teknik sesuatu secara nyata dalam bentuk gradasi (penurunan dari tinggi ke rendah) dalam suatu kontinum. Skala menunjukkan instrumen pengumpulan data yang bentukna sepeti daftar cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang.

Skala yang diberikan kepada subyek bertujuan untuk mengukur kemampuan subyek sebelum dan sesudah diberi tindakan. Skala yang akan dipakai pada penelitian ini adalah skala yang mengungkap keterampilan kepemimpinan pada siswa SMA. Skala penelitian ini akan ditujukan kepada subjek yaitu siswa SMA Negeri 1 Pakem.

2. Observasi

Observasi adalah suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi juga dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnOSIS (Haris Herdiansyah, 2013: 131-170). Guna memudahkan dalam pelaksanaan dan pengamatan, maka peneliti menggunakan observasi sistematis. Pada proses observasi, peneliti yang dibantu oleh observer dapat mengamati setiap siswa yang dikhususkan diberi tindakan. Selain itu, dengan observasi diharapkan gejala ketidakberhasilan serta kekeliruan dalam rencana tindakan dapat diketahui sejak dini, sehingga dapat dilakukan rencana tindakan selanjutnya.


(63)

Gejala-48

gejala yang sekiranya tidak bisa diungkapkan dengan angket, akan bisa dilakukan melalui observasi.

Observasi dilaksanakan pada saat pemberian tindakan, yaitu pada saat diskusi kelompok kecil berlangsung. Untuk mempermudah observasi digunakan pedoman observasi sebagai instrumen.

3. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam seting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan kepercayaan (Haris Herdiansyah, 2013: 32).

Wawancara dilaksanakan setelah pemberian tindakan, fokus utamanya adalah subyek penelitian. Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini merupakan wawancara bebas terpimpin, yaitu suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan dengan maksud mendapat gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Burhan Bungin, 2006: 110). Wawancara bebas terpimpin lebih cocok karena susunan pertanyaan dan kata-kata dapat diubah saat wawancara dilakukan sesuai dengan kebutuhan serta kondisi saat itu.


(64)

49 G. Instrumen Penelitian

1. Skala Keterampilan Kepemimpinan.

Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat skala keterampilan kepemimpinan siswa.

a. Penyusunan definisi operasional

Keterampilan kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin. untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, diperlukan beberapa keterampilan yang dapat mendukung kepemimpinan seseorang. Keterampilan kepemimpinan yang dimaksudkan adalah: minat untuk muncul sebagai pemimpin, kemampuan bersosialisai dengan orang lain, kemampuan mengarahkan orang lain, memiliki kepercayaan, mampu berpikir strategis, dan memiliki kestabilan emosi.

b. Membuat kisi-kisi skala keterampilan kepemimpinan.

Kisi-kisi skala keterampilan kepemimpinan iswa didapat berdasarkan definisi operasional yang sudah disebutkan diatas. Kisi-kisi skala tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Skala Keterampilan Kepemimpinan.

Sub Variabel Indikator No Item

+

No Item -

Jumlah Item Berminat

menjadi pemimpin

Memiliki dorongan pribadi untuk muncul sebagai pemimpin

10 1, 27 3

Bersedia menjadi pemimpin


(65)

50 Bersosialisasi dengan orang lain Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

2,20,25 32,41 5

Kemampuan menyesuaikan diri dengan orang lain

3, 11, 16 24, 42 5 Kemampuan untuk mengarahkan orang lain Kemampuan mengarahkan orang lain

4 23, 30 3

Kemampuan

menggerakkan orang lain

17 43 2

Memiliki kepercayaan

Percaya diri 5, 12, 22 29, 45 5 Dapat dipercaya 6, 21, 31 28, 44 5 Mempercayai orang lain 7,13, 35 36,39 5 Berfikir

strategis

Memiliki inisiatif ide untuk menyelesaikan masalah

8, 19 37 3

Memiliki kemampuan mengakomodasi pendapat orang lain

24 14 2

Kestabilan emosi

Tidak mudah marah 9, 15 33 3

Tenang dalam bersikap 18 38 2

Jumlah 45

c. Penyusunan item atau pernyataan skala berdasarkan kisi-kisi.

Penyusunan skala dalam penelitian ini mengacu pada pengukuran dengan skala Likert. Pada skala ini responden diminta untuk menjawab suatu pertanyaan atau pertanyaan positif dan atau negatif dengan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Masing-masing jawaban dikaitkan dengan angka berupa nilai. Untuk bentuk pernyataan positif urutan skornya adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan untuk bentuk pernyataan negatif skornya 1, 2, 3, 4.

Hasil dari skala tersebut, akan memaparkan skala yang menyatakan bagaimana keterampilan kepemimpinan siswa sebelum


(66)

51

diberikan tindakan dan menyatakan apakah siswa tersebut mengalami peningkatan kepemimpinan atau tidak setelah diberikan tindakan. Hasil skala tersebut akan disesuaikan dengan standar nilai untuk mengukur keterampilan kepemimpinan siswa.

2. Pedoman Observasi.

Pedoman observasi dalam penelitian ini berisi aspek-aspek yang berkaitan dengan perilaku memecahkan masalah yang mencakup verbal maupun non verbal selama proses proses penelitian. Hasil observasi terhadap sikap dan perilaku siswa selama proses pelatihan buzz group, dapat dijadikan sebagai bahan refleksi pembimbing untuk melaksanakan perbaikan untuk tindakan selanjutnya dan sebagai data pendukung.

Tabel 2. Pedoman Observasi Keterampilan Kepemimpinan

Keterampilan Kognitif M TM Afektif M TM Psikomotor M TM

Percaya diri Mampu menyampaikan pendapat Percaya pada kemampuannya Lancar saat sedang presentasi Tidak mudah marah Mampu mengendalikan diri Memberikan tanggapan dari presentasi teman Duduk nyaman dan antusias mendengarkan teman yang sedang presentasi Mampu berkomunikasi Mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara Menanggapi pembicaraan Berkomunikasi aktif dalam metode buzz group Dapat dipercaya Dapat didengar orang lain Teman-teman menghargai keputusan Dipilih sebagai pemimpin Dorongan pribadi untuk memimpin Mampu mengatur jalannya diskusi Menanggapi tawaran menjadi pemimpin Tampil menjadi pemimpin kelompok Mampu berfikir strategis Memberikan pertimbangan dalam pemecahan masalah Menanggapi atau menolak usulan dari teman

Terlibat aktif dalam diskusi


(67)

52 Mampu mengarahkan orang lain Memberikan solusi pada masalah Menyampaikan pendapat untuk menyelesaikan masalah dan mempengaruhi orang lain untuk mendukung pendapatnya Mengarahkan anggota kelompok dan mengajak untuk terlibat dalam diskusi kelompok Mempercayai orang lain Memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat Memberikan kepercayaan pada anggota kelompok Menunjuk teman sebagai pemimpin dan menerima keberadaan teman sebagai pemimpin Mampu menyesuaikan diri Mampu membedakan tugas diri dalam kelompok Menerima dan diterima teman-temannya Berbaur bersama teman-temannya Prosentase

3. Pedoman wawancara.

Demi mendapakan hasil yang lebih maksimal, dalam melaksanakan wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun sebelummnya. Wawancara dilakukan kepada siswa sebagai responden dan guru atau setelah dilakukan tindakan. Adapun pedoman wawancara sebagai berikut:

Tabel 3. Pedoman Wawancara Siswa

No. Pertanyaan Jawaban Subyek

1. Bagaimana perasaan anda ketika sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan diskusi kelompok kecil ( buzz-group)?

2. Apakah anda merasa yakin dengan keterampilan kepemimpinan yang anda miliki?

3. Bagaimana reaksi anda ketika dalam sebuah diskusi pendapat yang anda sampaikan ditolak oleh teman-teman?


(68)

53

4. Bagaimana hubungan anda dan teman-teman setelah mengikuti kegiatan diskusi kelompok kecil (buzz-group)? 5. Apakah anda berminat menjadi

pemimpin setelah mengikuti kegiatan diskusi kelompok kecil (buzz-group)? 6. Adakah yang berubah dalam keseharian

anda setelah mengikuti kegiatan diskusi kelompok kecil (buzz-group)?

Tabel 4. Pedoman Wawancara Guru

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa saja hambatan yang dialami selama proses melaksanakan tindakan?

2. Bagaimana sikap yang ditunjukkan siswa selama mengikuti kegiatan? 3. Adakah perbedaan perilaku siswa antara

sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan?

4. Bagaimana keberhasilan metode diskusi kelompok (buzz group) dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa?

H. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah perhitungan menurut Saifudin Azwar (2010: 109) sebagai berikut:

1. Menentukan skor tertinggi dan terendah Skor tertinggi = 4x45 = 180

Skor tertendah = 1x45 = 45 2. Menghitung mean ideal (M)

(M) = ½ (skor terendah+skor tertinggi) = ½ (180+45)


(69)

54 3. Menghitung standar deviasi (SD)

(SD) = 1/6 (skor tertinggi-skor terendah) = 1/6 (180-45)

= 22,5

Jadi dapat disimpulkan batas antara kategori tersebut adalah: (M+1SD) = 112,5 + 22,5 = 135 dan (M-1SD) = 112,5 – 22,5 = 90 Tabel 5. Kriteria Kategorisasi Skor

Kategorisasi Keterangan Skor

Rendah X < (M-1SD) 45-90

Sedang (M-1SD) ≤ X (M+1SD) 90-135

Tinggi (M+1SD) ≤ X 135-180

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan kepemimpinan siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Pakem. Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah apabila 75% (24 siswa) atau lebih siswa telah memenuhi kriteria:

1. Persentase skor pada skala keterampilan kepemimpina sebesar 112,5 atau lebih.

2. Hasil observasi yang menunjukkan adanya perubahan positif secara kognitif, afektif, dan psikomotor setelah tindakan dilakukan terkait dengan keterampilan kepemimpinan.

3. Hasil wawancara yang menunjukkan adanya perubahan positif secara kognitif dan afektif setelah tindakan dilakukan terkait dengan keterampilan kepemimpinan.


(70)

55 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pakem yang beralamat di Jl. Kaliurang km 17,5. Sekolah ini terletak di utara rumah sakit ghrasia yang digunakan untuk kegiatan siswa jika memerlukan tempat yang luas.

2. Deskripsi Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan agustus sampai September 2015. Dengan perincian kegiatan sebagai berikut:

a. Pemberian pre-test : Tanggal 15 Agustus 2015 b. Pelaksanaan siklus :

a. Siklus I : Tanggal 20 Agustus 2015 b. Siklus II : Tanggal 27 Agustus 2015 c. Siklus III : Tanggal 3 September 2015 c. Pemberian post-test : Tanggal 5 September 2015 d. Observasi : Tanggal 20, 27 Agustus 2015 dan

3 September 2015

e. Wawancara : Tanggal 5 dan 7 September 2015 3. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah kelas XI MIPA 1 yang terdiri dari 32 siswa. Siswa laki-laki berjumlah 11 dan siswa perempuan berjumlah 21. Usia rata-rata siswa adalah 16 tahun.


(71)

56 4. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Pratindakan

Pratindakan dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2015. Peneliti melakukan observasi awal guna mengetahui kondisi awal keterampilan kepemimpinan di kelas XI MIPA 1. Pratindakan dilakukan dengan meminta izin kepada guru mata pelajaran untuk melakukan observasi pratindakan selama pembelajaran berlangsung. Peneliti selanjutnya melakukan observasi dan wawancara pada konselor sekolah yang membimbing kelas XI MIPA 1 terkait keterampilan kepemimpinan dan sepakat untuk melakukan tindakan peningkatan. Peneliti memberikan informasi pada konselor sekolah terkait cara dan langkah pelaksanaan tindakan buzz group dan memberikan penjelasan mengenai peran guru dalam pemberian tindakan. Peneliti melakukan pre-test dengan skala untuk mengetahui tingkat keterampilan kepemimpinan subyek sebelum diberi layanan tindakan.

1) Hasil Skala Sebelum Tindakan

Hasil ini dilihat dari aspek minat menjadi pemimpin, bersosialisasi dengan orang lain, kemampuan mengarahkan orang lain, memliki kepercayaan, dan berfikir strategis.


(1)

(2)

202

Lampiran 16. Foto-foto Kegiatan

Gambar 1. Kegiatan inti (buzz-group) tindakan 2


(3)

203

Gambar 3. Observer sedang melakukan observasi kelas


(4)

204

Gambar 5. Pemberian post-test setelah siklus 1

Gambar 6. Pemberian pre-test


(5)

205

Lampiran 17. Surat Perijinan


(6)