Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pakem yang beralamat di Jl. Kaliurang km 17,5. Sekolah ini terletak di utara rumah sakit ghrasia yang digunakan untuk kegiatan siswa jika memerlukan tempat yang luas.

2. Deskripsi Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan agustus sampai September 2015. Dengan perincian kegiatan sebagai berikut: a. Pemberian pre-test : Tanggal 15 Agustus 2015 b. Pelaksanaan siklus : a. Siklus I : Tanggal 20 Agustus 2015 b. Siklus II : Tanggal 27 Agustus 2015 c. Siklus III : Tanggal 3 September 2015 c. Pemberian post-test : Tanggal 5 September 2015 d. Observasi : Tanggal 20, 27 Agustus 2015 dan 3 September 2015 e. Wawancara : Tanggal 5 dan 7 September 2015

3. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah kelas XI MIPA 1 yang terdiri dari 32 siswa. Siswa laki-laki berjumlah 11 dan siswa perempuan berjumlah 21. Usia rata-rata siswa adalah 16 tahun. 56

4. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Pratindakan Pratindakan dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2015. Peneliti melakukan observasi awal guna mengetahui kondisi awal keterampilan kepemimpinan di kelas XI MIPA 1. Pratindakan dilakukan dengan meminta izin kepada guru mata pelajaran untuk melakukan observasi pratindakan selama pembelajaran berlangsung. Peneliti selanjutnya melakukan observasi dan wawancara pada konselor sekolah yang membimbing kelas XI MIPA 1 terkait keterampilan kepemimpinan dan sepakat untuk melakukan tindakan peningkatan. Peneliti memberikan informasi pada konselor sekolah terkait cara dan langkah pelaksanaan tindakan buzz group dan memberikan penjelasan mengenai peran guru dalam pemberian tindakan. Peneliti melakukan pre-test dengan skala untuk mengetahui tingkat keterampilan kepemimpinan subyek sebelum diberi layanan tindakan. 1 Hasil Skala Sebelum Tindakan Hasil ini dilihat dari aspek minat menjadi pemimpin, bersosialisasi dengan orang lain, kemampuan mengarahkan orang lain, memliki kepercayaan, dan berfikir strategis. 57 Tabel 6. Hasil skor pre-test pratindakan. No Nama Hasil Pre-Test Kategori 1 ANI 107 Sedang 2 AMP 89 Rendah 3 AN 88 Rendah 4 AD 106 Sedang 5 APPS 112 Sedang 6 CN 111 Sedang 7 DP 112 Sedang 8 ENJ 105 Sedang 9 EAE 109 Sedang 10 FKH 96 Sedang 11 FSH 107 Sedang 12 GDL 117 Sedang 13 IAKN 85 Rendah 14 IMP 87 Rendah 15 KAZ 89 Rendah 16 LMP 99 Sedang 17 LK 110 Sedang 18 MBS 116 Sedang 19 MNM 85 Rendah 20 MHDK 88 Rendah 21 NFL 111 Sedang 22 NAF 112 Sedang 23 NS 89 Rendah 24 NR 84 Rendah 25 NR 80 Rendah 26 R 111 Sedang 27 RBJ 109 Sedang 28 SAZ 109 Sedang 29 SAH 105 Sedang 30 WJP 82 Rendah 31 YP 107 Sedang 32 YFS 88 Rendah 58 Gambar 3. Hasil Pre-test skala keterampilan kepemimpinan Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa skor rendah sebanyak 12 siswa dan skor sedang sebanyak 20 siswa. Tindakan dianggap berhasil apabila siswa telah mencapai skor 112,5 atau lebih pada total jawaban pada skala keterampilan kepemimpinan. Hal ini memperlihatkan bahwa target yang diharapkan yaitu 75 atau 24 siswa memiliki skor 112,5 atau lebih belum tercapai. Hasil skala juga menunjukkan bahwa ada beberapa siswa belum mencapai skor 112,5 atau lebih. Hasil pre-test menunjukkan bahwa dalam rentang skor 45-90 berjumlah 12 siswa, skor 91-135 berjumlah 20 siswa, dan 136-180 berjumlah 0 siswa. Hal ini menandakan bahwa keterampilan kepemimpinan siswa kelas XI MIPA 1 dalam rata-rata sedang. 2 Observasi dan Wawancara Observasi dilakukan sebelum tindakan dilaksanakan dan masuk di guru mata pelajaran yang sedang melakukan diskusi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 10-11 siswa. Jalannya 59 diskusi kurang efektif karena siswa yang mengutarakan pendapat sedikit dan banyak siswa yang melakukan aktifitas lain masih banyak dijumpai disetiap kelompok. Setiap siswa tidak tahu peran yang harus dilakukan. Saat diminta mengutarakan hasil dari diskusi masih saling lempar siapa yang mengutarakannya di depan kelas. Hasil wawancara menunjukkan bahwa selama ini dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa, sekolah SMA Negeri 1 Pakem menerapkan pergantian pengurus kelas di setiap bulannya. Bagi siswa yang sudah menjadi pengurus inti di kelas selama sebulan tidak diperkenankan untuk memimpin kembali di bulan selanjutnya, agar semua siswa merasakan bagaimana menjadi seorang pemimpin dan dan bagaimana menjadi orang yang dipimpin. Penerapan ini sudah dilaksanakan sejak tahun ajaran 20122013 hingga saat ini. Kegiatan itu diharapkan dapat melatih semua siswa untuk mampu memimpin dan dipimpin, juga memahamkan siswa tetang kepemimpinan. Siswa harus mampu memimpin teman-tema dikelasnya dan bertanggung jawab akan tugas dan kewajiban sebagai pengurus kelas, namun di lain waktu nanti siswa juga harus mampu menjadi seorang yang dipimpin oleh orang lain. Hal ini membantu siswa untuk menghargai dan menghormati siapapun yang memimpinnya. Hal itu di dukung dengan wawancara kepada beberapa siswa bahwa adanya program dari sekolah mengenai pergantian pengurus kelas di 60 setiap bulannya membantu siswa yang ingin mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Kebanyakan siswa yang ditunjuk menjadi pengurus inti adalah siswa yang introvert. Tetapi, menurut beberapa siswa pergantian yang terlalu cepat tidak dapat melihat kinerja yang ingin dicapai oleh setiap pengurus. Selama ini untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 1 Pakem, guru BK juga menerapkan metode bimbingan klasikal yaitu dengan materi kepemimpinan di dalam kelas dengan metode ceramah. Namun, menurut guru bimbingan dan konseling kegiatan ini kurang maksimal karena guru bimbingan dan konseling di sekolah hanya satu orang sehingga bimbingan klasikal yang seharusnya rutin dilakukan seminggu sekali menjadi sulit dilakukan. b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Tindakan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. Hasil tindakannya sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan dilakukan oleh peneliti mulai bulan Juli, antara lain menyiapkan skala keterampilan kepemimpinan, pedoman observasi dan pedoman wawancara. Peneliti juga mengurus surat penelitian dan menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan ketika penelitian. 61 Materi buzz-group yang diberikan kepada siswa yaitu mengenai keterampilan kepemimpinan. Pelaksanaan dilakukan dalam setting kelompok kecil. Pengelompokan ini dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil pre-test pada kegiatan pratindakan, dari situ dapat diketahui bahwa masing-masing kelompok terdiri dari siswa dengan kategori rendah dan sedang. Kriteria tersebut ditentukan bedasarkan hasil skala keterampilan kepemimpinan. Hasil tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar pembentukan kelompok. Hasil ini bertujuan agar siswa yang telah memiliki kategori sedang dapat membantu dan memberikan contoh bagi siswa yang masuk pada kategori rendah. Pembagian ini juga memperlihatkan sebaran siswa laki-laki dan perempuan pada masing-masing kelompok. Kegiatan perencanaan ini diuraikan sebagai berikut: 1. Peneliti berdiskusi dengan guru pembimbing terkait tindakan buzz group untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. 2. Peneliti bekerja sama dengan konselor sekolah menciptakan suasana yang dapat mendorong peningkatan keterampilan kepemimpinan siswa. 3. Peneliti dan konselor sekolah mendiskusikan materi pada tindakan yang sesuai dengan permasalahan siswa dan mengatur jadwal kegiatan. 62 4. Peneliti menyiapkan materi terkait keterampilan kepemimpinan, macam-macam pokok pembahasan untuk diskusi kelompok dan kegiatan pendukungnya. 5. Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk merekam proses tindakan. 6. Peneliti menyiapkan waktu, tempat, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tindakan. b. Tindakan a Siklus I Siklus I dilakukan dalam setting kelompok kecil sesuai dengan metode yang akan diterapkan yaitu buzz-group. Pengelompokan ini dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil pre- test skala keterampilan kepemimpinan pratindakan. Berikut adalah hasil pengelompokan dari skala keterampilan kepemimpinan pratindakan: Tabel 7. Daftar kelompok siklus I Nama Kelompok No Absen Kategori AMP A 2 Rendah MHDK A 20 Rendah AD A 4 Sedang MBS A 18 Sedang SAH A 29 Sedang FSH A 10 Sedang AN B 3 Rendah NS B 23 Rendah ENJ B 8 Sedang NFL B 21 Sedang YP B 31 Sedang 63 LMP B 14 Sedang IAKN C 13 Rendah NR C 24 Rendah EAE C 9 Sedang DO C 7 Sedang LK C 17 Sedang IMP D 14 Rendah NR D 25 Rendah FKH D 10 Sedang NAF D 22 Sedang ANI D 1 Sedang KAZ E 15 Rendah WJP E 30 Rendah GDL E 12 Sedang R E 26 Sedang APPS E 4 Sedang MNM F 19 Rendah YFS F 32 Rendah RBP F 27 Sedang SAZ F 28 Sedang CN F 5 Sedang Dari table 7 dapat diketahui bahwa masing-masing kelompok terdiri dari siswa dengan kriteria rendah dan sedang. Kriteria tersebut ditentukan berdasarkan tingkatan kriteria penilaian pada tabel 7. Hasil tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar pembentukan kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa yang telah memiliki kriteria sedang dapat membantu dan memberikan contoh bagi siswa yang masuk pada kriteria rendah. Pembagian ini juga memperhatikan sebaran siswa laki-laki dan perempuan pada masing-masing kelompok. 64 1 Perencanaan Siklus I Perencanaan Siklus I meliputi penyusunan rencana kegiatan untuk pertemuan yang akan dilakukan. Kegiatan perencanaan ini diuraikan sebagai berikut: a Menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan RPL. b Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam buzz-group. c Menyiapkan instrument penelitian yang meliputi observasi dan wawancara. 2 Skenario Siklus a Perencanaan. Sebelum melaksanakan perlu membuat rencana: 1 Peneliti dan konselor sekolah mendiskusikan materi pada tindakan yang sesuai dengan permasalahan siswa dan mengatur jadwal kegiatan. 2 Peneliti menyiapkan materi terkait keterampilan kepemimpinan, macam-macam pokok bahasan untuk diskusi kelompok dan kegiatan pendukungnya. 3 Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk merekam proses tindakan. 4 Peneliti menyiapkan waktu, tempat, sarana, dan prasarana untuk pelaksanaan tindakan. 65 b Tindakan. 1 Pembukaan oleh guru bimbingan dan konseling. 2 Guru memilih pemimpin diskusi. 3 Pemimpin memilih ketua dan sekretaris. 4 Memberikan kasus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 5 Pemimpin membagi siswa ke dalam 6 enam kelompok kecil dengan jumlah anggota lima sampai enam siswa perkelompok. 6 Tiap-tiap kelompok diberi waktu 15 menit untuk mendiskusikan kasus. 7 Setelah waktu diskusi selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan di depan kelompok besar. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi pendapat. 8 Penutupan, beberapa siswa diminta mengungkapkan manfaat yang didapatkan setelah diberi tindakan. c Observasi Pengamatan dalam proses kegiatan metode buzz- group dilakukan selama pelaksanaan metode berlangsung untuk melihat tingkat keberhasilan metode dengan tujuan, yaitu 1 Untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana tindakan, 2 Melihat seberapa besar keberhasilan 66 metode yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan. d Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tindakan memberikan hasil dan apa saja hambatan yang ditemui. Apabila pada siklus pertama siswa sudah mengalami peningkatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penelitian diberhentikan. Namun apabila siklus pertama belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka diteruskan dengan siklus kedua. 3 Pelaksanaan dalam Siklus I Tindakan ini dilakukan pada hari kamis tanggal 20 Agustus 2015. Tindakan ini dilaksanakan mulai pukul 13:45- 14:30 WIB. Kegiatan yang dilakukan adalah berdiskusi dengan materi disesuaikan dengan indikator keterampilan kepemimpinan. Pada kegiatan pertama ini peneliti memilih materi “Kestabilan Emosi”. Isi dari materi tersebut terlampir. Peneliti, guru pembimbing dan observer memasuki kelas dan membuka pertemuan dengan memulai perkenalan, menjalin hubungan baik dengan siswa serta menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas. Observer diberi lembar pedoman observasi untuk memudahkan dalam memantau setiap 67 perilaku yang muncul dari peserta. Pertemuan ini diikuti oleh 32 siswa. Guru memulai dengan membagi kelompok besar menjadi 6 kelompok kecil, yaitu kelompok A, B, C, D, E dan F, dan memilih satu siswa sebagai pemimpin untuk memimpin diskusi kelompok, kemudian peneliti memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan pemimpin. Guru memilih ketua kelompok kecil dan memberikan penjelasan tugas yang dilakukan ketua kelompok kecil. Peneliti memilih ketua kelompok kecil dan kelompok besar berdasarkan hasil skala keterampilan kepemimpinan yang menunjukkan kategori rendah yang dikhususkan. Peneliti menjelaskan aturan dalam diskusi kelompok. Peneliti juga menyampaikan penjelasan terkait kegiatan buzz-group kepada siswa. Salah satu siswa NFL menanyakan pertama kali tentang apa itu perbedaan buzz-group dengan diskusi kelompok yang biasa dilakukan? siswa yang lain juga ikut bertanya tentang perbedaan buzz- group dengan diskusi kelompok yang biasa dilakukan dan membuat suasana kelas cukup gaduh. Suasana kembali kondusif setelah peneliti menjelaskan mengenai metode buzz- group yaitu perbedaannya jika diskusi kelompok yang biasa dilakukan tidak ada pemimpin dalam kelompok besar, jika dalam metode buzz-group terdapat pemimpin dalam kelompok 68 besar. Pada siklus I pemimpin diskusi adalah MHDK. Guru mempercayakan jalannya diskusi kepadanya. Pemimpin meminta setiap kelompok memilih sekretaris untuk mencatat hasil dari diskusi yang akan dilakukan. Pemimpin memberikan kasus masalah kepada setiap kelompok yang berisikan kasus seorang pemimpin yang memiliki emosi yang tidak stabil. Pemimpin meminta kepada setiap kelompok menyelesaikan masalah yang telah diberikan yang harus diselesaikan selama 15 menit. Guru dan pemimpin berkeliling membantu siswa yang mengalami kesulitan dan menjaga suasana biar kondusif. Terdapat beberapa siswa masih sibuk dengan kegiatannya sendiri dan kurang memperhatikan teman yang sedang berdiskusi dalam kelompok kecil. Mengetahui hal itu pemimpin diminta oleh guru untuk menegur dan lebih memperhatikan dan pemimpin mengarahkan siswa supaya saling membantu dalam menyelesaikan kasus yang diberikan. Guru memberikan peringatan supaya setiap ketua kelompok mampu menggerakan anggotanya supaya lebih aktif dalam berdiskusi. Setelah waktu selesai pemimpin memastikan bahwa siswa telah menyelesaikan masalah yang diberikan. Pemimpin mengintruksikan kepada setiap kelompok supaya 69 mengutarakan hasil dari metode buzz-group yang telah dilakukan. Pemimpin mempersilahkan untuk setiap kelompok memaparkan hasil dari diskusi ke kelompok besar dan kelompok lain memberikan pertanyaan ke kelompok yang sedang memaparkan. Kebanyakan jawaban setiap kelompok hampir sama. Ketika diskusi besar berlangsung beberapa siswa dengan kategori rendah memberikan pertanyaan yaitu IAKN bagaimana membangun kembali kepercayaan yang telah diingkari? Kelompok A menjawab dengan cara melupakan dan mencoba memaafkan serta mencoba mempercayai hal-hal kecil dari orang yang tidak kamu percayai. Selain itu siswa KAZ juga bertanya jika ada seorang anggota sulit mempercayai pemimpinnya, apa yang harus dilakukan jika kita menjadi anggota yang tahu tentang itu? Kelompok E menjawab: “kita harus memberikan kritik kepada pemimpin apa yang tidak kita suka agar pemimpin dapat merubah hal-hal yang membuat kita tidak mempercayainya, selain itu kita juga harus mencoba mempercayai seseorang yang memimpin kita”. Setelah semua selesai guru pembimbing mereview kegiatan yang dilakukan. Guru mengajukan pertanyaan terkait respon siswa dalam kasus tersebut. Apa ada yang mengalami kejadian seperti kasus tadi? Sebagian siswa menjawab ada bu. Apa nilai-nilai yang dapat diambil dalam menyelesaikan kasus 70 yang diberikan? Siswa bernama MBS menjawab seorang pemimpin harus mampu menahan diri dan mengontrol emosi karena kepercayaan dari semua pengurus kunci dari sebuah keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan. 4 Hasil Pengamatan Hasil pengamatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap tindakan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan perilaku prososial siswa pada siklus I. Data hasil pengamatan ini juga dilengkapi hasil observasi setelah siklus I selesai. Berikut ini data yang diperoleh dari observasi dan wawancara: a Observasi Hasil observasi keterampilan kepemimpinan terlihat perbandingannya: Tabel 8. Prosentase Hasil Observasi Siklus I Aspek Pratindakan Siklus I Presentase Peningkatan Kognitif 49 65 16 Afektif 47 60 13 Psikomotor 43 64 19 Keterampilan Kepemimpinan 46 63 17 Berdasarkan Tabel 8. Dapat diketahui skor dan prosentase kemampuan keterampilan kepemimpinan siswa pada masing- masing aspek yang diukur pada siklus I. Prosentase tersebut diperoleh dari hasil observer. Hasil perhitungan prosentase tersebut kemudian diartikan dalam tingkat kriteria penilaian. 71 Dapat diketahui bahwa peningkatan pada aspek kognitif sebesar 16, pada aspek afektif sebesar 13, dan pada aspek Psikomotor sebesar 19. Peningkatan keterampilan kepemimpinan mencapai 17 pada siklus I. b Wawancara Wawancara dilakukan kepada guru bimbingan dan konseling. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan peningkatan perilaku prososial siswa secara kognitif dan afektif. Guru menyampaikan bahwa setelah tindakan terdapat berubahan positif pada beberapa siswa yang biasanya siswa yang kurang dapat menjaga emosi seperti IAKN, WJP, dan YFS. Guru juga mengungkapkan bahwa buzz-group dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa, namun perlu beberapa perbaikan. Perbaikan tersebut meliputi pemilihan anggota kelompok dan pembagian tugas setiap anggota. Menurut guru pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan sudah berjalan dengan baik hanya perlu adanya reward bagi masing-masing siswa. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu ditingkatkan. Secara keseluruhan dapat disumpulkan bahwa buzz-group dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. 72 5 Refleksi dalam siklus I Diskusi berjalan dengan baik meskipun banyak siswa ramai sendiri dan sebagian pasif pada saat diskusi kelompok dimulai. Melalui kelompok ini diharapkan siswa mampu mempercayai pendapat yang disampaikan teman atau percaya pada kelompoknya. Melalui diskusi kelompok kecil ini diharapkan siswa mampu merubah dan mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengembangkan keterampilan kepemimpinan secara disengaja ataupun tidak. Dari hasil Observasi sebagai salah satu parameter keberhasilan tindakan menunjukkan bahwa pada siklus I indikator keberhasilan tindakan belum tercapai. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang minimal 75 masih kurang dari 24 siswa. Namun demikian telah ada peningkatan rata-rata kemampuan keterampilan kepemimpinan siswa. Hal ini dilihat dari naiknya rata- rata kemampuan keterampilan kepemimpinan siswa pada pratindakan sebesar dalam aspek kognitif 49 menjadi 65, aspek afektif 47 menjadi 60 dan aspek psikomotor 43 menjadi 64. Dilihat dari naiknya rata-rata kemampuan keterampilan kepemimpinan, aspek yang muncul dalam a aspek kognitif antara lain mampu menyampaikan pendapat; mampu mengendalikan diri; dapat dipercaya; mampu membedakan tugas diri dalam kelompok; dan mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara, b aspek afektif antara lain menanggapi 73 pembicaraan teman-teman menghargai keputusan; memberikan kepercayaan pada anggota kelompok; percaya pada kemampuannya; dan menerima dan diterima teman-temannya, c aspek psikomotor antara lain duduk nyaman dan antusias mendengarkan teman yang sedang presentasi; berkomunikasi aktif dalam metode buzz group; menunjuk teman sebagai pemimpin dan menerima keberadaan teman sebagai pemimpin; dan berbaur bersama teman-temannya. Aspek yang tidak muncul dalam a aspek kognitif antara lain mampu mengatur jalannya diskusi; memberikan solusi pada masalah; dan memberikan pertimbangan dalam permecahan masalah, b aspek afektif antara lain memberikan tanggapan dalam presentasi teman; menanggapi atau menolak usulan teman; menyampaikan pendapat untuk menyelesaikan masalah; dan mempengaruhi orang lain untuk mendukung pendapatnya, c aspek psikomotor antara lain mengarahkan anggota kelompok dan mengajak untuk terlibat dalam diskusi kelompok; terlibat aktif dalam diskusi; dan dipilih sebagai pemimpin. Kebanyakan aspek kognitif yang tidak muncul dikarenakan kurangnya percaya diri pada siswa, selanjutnya pada aspek afektif ketidakmunculannya dikarenakan siswa merasa bosan dengan penjelasan teman, dan ketidakmunculan di aspek psikomotor disebabkan oleh kurangnya percaya diri dan kurang bisa bersosialisasi dengan teman satu kelompok. 74 Dari hasil wawancara guru menyampaikan bahwa setelah tindakan terdapat berubahan positif pada beberapa siswa yang biasanya siswa yang kurang dapat menjaga emosi seperti IAKN, WJP, dan YFS. Guru juga mengungkapkan bahwa buzz-group dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa, namun perlu beberapa perbaikan. Perbaikan tersebut meliputi pemilihan anggota kelompok dan pembagian tugas setiap anggota. Belum tercapainya kriteria keberhasilan yang diharapkan pada Siklus I dikarenakan munculnya beberapa kendala yaitu: a Pembagian dalam menyampaikan pendapat masih kurang merata. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa belum percaya diri ketika mengutarakan pendapat. b Pembagian tugas pada setiap kelompok belum jelas. Hal ini membuat siswa kebingungan dalam pelaksanaan kegiatan. Pemimpin telah mengintruksikan agar siswa membagi tugas sendiri-sendiri namun siswa belum mampu membagi tugas tersebut. c Setiap siswa kurang mengerti kasus yang diberikan dikarenakan kasus hanya diberikan satu disetiap kelompok. b. Siklus II Siklus II merupakan hasil perbaikan dan penyempurnaan dari siklus I. Siklus II ini seperti halnya Siklus I terdiri dari tahap 75 perencanaan, perlakuantindakan dan observasi, serta refleksi yang dijelaskan sebagai berikut: 1 Perencanaan Siklus II Tahap perencanaan Siklus II dilakukan dengan mengkaji kembali hasil pengamatan Siklus I dan kemudian melakukan perbaikan-perbaikan untuk penyempurnaan Siklus II. Perbaikan yang akan dilakukan pada Siklus II disesuaikan dengan kendala- kendala yang dialami selama Siklus I. Hal ini dijabarkan sebagai berikut: a Guru akan menjelaskan pembagian tugas sebelum kegiatan dimulai untuk mengatasi masalah pembagian tugas yang masih belum jelas pada Siklus I. b Guru dan observer mendiskusikan hasil observasi keterampilan kepemimpinan siswa selama kegiatan berlangsung dan hal-hal penting lainnya. Diskusi dilakukan sebelum kegiatan penutup. Hasil diskusi digunakan untuk memberikan ulasan kegiatan pada tahap penutup. Siklus II dilakukan dalam setting kelompok kecil sesuai dengan metode yang akan diterapkan yaitu buzz-group. Pengelompokan pada Siklus II berbeda dengan Siklus I. Diharapkan pada siklus II siswa yang memiliki kategori rendah dari hasil skala keterampilan kepemimpinan lebih aktif dalam 76 diskusi. Berikut adalah hasil pengelompokan dari skala keterampilan kepemimpinan pratindakan: Tabel 9. Pengelompokan Siklus II Nama Kelompok No Absen Kategori AMP A 2 Rendah MHDK A 20 Rendah IAKN A 13 Rendah NR A 24 Rendah KAZ A 15 Rendah WJP A 30 Rendah AN B 3 Rendah NS B 23 Rendah IMP B 14 Rendah NR B 25 Rendah MNM B 19 Rendah YFS B 32 Rendah AD C 4 Sedang MBS C 18 Sedang SAH C 29 Sedang FSH C 10 Sedang EAE C 9 Sedang DP D 7 Sedang LK D 17 Sedang ENJ D 8 Sedang NFL D 21 Sedang YP D 31 Sedang LMP E 14 Sedang RBP E 27 Sedang SAZ E 28 Sedang CN E 5 Sedang FKH E 10 Sedang NAF F 22 Sedang ANI F 1 Sedang GDL F 12 Sedang RBP F 26 Sedang APPS F 4 Sedang 77 2 Skenario Siklus a. Perencanaan. Sebelum melaksanakan perlu membuat rencana: 1 Peneliti dan konselor sekolah mendiskusikan materi pada tindakan yang sesuai dengan permasalahan siswa dan mengatur jadwal kegiatan. 2 Peneliti menyiapkan materi terkait keterampilan kepemimpinan, macam-macam pokok bahasan untuk diskusi kelompok dan kegiatan pendukungnya. 3 Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk merekam proses tindakan. 4 Peneliti menyiapkan waktu, tempat, sarana, dan prasarana untuk pelaksanaan tindakan. b. Tindakan. 1 Pembukaan oleh guru bimbingan dan konseling. 2 Guru memilih pemimpin diskusi. 3 Pemimpin membagi siswa ke dalam 6 enam kelompok kecil dengan jumlah anggota lima sampai enam siswa perkelompok. 4 Pemimpin memilih ketua dan sekretaris. 5 Pemimpin memberikan kasus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 78 6 Semua kelompok diberi waktu 15 menit untuk mendiskusikan kasus. 7 Setelah waktu diskusi selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan di depan kelompok besar. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi pendapat. 8 Penutupan, siswa diminta mengungkapkan manfaat yang didapatkan setelah diberi tindakan. c. Observasi Pengamatan dalam proses kegiatan metode buzz- group dilakukan selama pelaksanaan metode berlangsung untuk melihat tingkat keberhasilan metode dengan tujuan, yaitu 1 Untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana tindakan, 2 Melihat seberapa besar keberhasilan metode yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan. d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tindakan memberikan hasil dan apa saja hambatan yang ditemui. Apabila pada siklus kedua siswa sudah mengalami peningkatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penelitian diberhentikan. Namun apabila siklus kedua belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka diteruskan dengan siklus ketiga. 79 3 Tindakan Siklus II Tindakan ini dilakukan pada hari kamis tanggal 27 Agustus 2015. Tindakan ini dilaksanakan mulai pukul 13:45-15:00 WIB. Materi disesuaikan dengan indikator keterampilan kepemimpinan. Pada tindakan kedua ini peneliti memilih materi “Percaya Diri”. Isi dari materi tersebut terlampir. Peneliti, guru pembimbing dan observer memasuki kelas dan membuka pertemuan dengan menjalin hubungan baik dengan siswa serta menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas. Observer diberi lembar pedoman observasi untuk memudahkan dalam memantau setiap perilaku yang muncul dari peserta. Pertemuan ini diikuti oleh 32 siswa. Semua siswa mengikuti pertemuan kedua. Guru dan peneliti memulai dengan membagi kelompok, yaitu kelompok A dan B sebagai kelompok dengan kategori rendah dan C, D, E ,F sebagai kelompok dengan kategori sedang. Guru dan peneliti memilih pemimpin untuk memimpin diskusi kelompok, kemudian peneliti memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan pemimpin. Guru memilih ketua kelompok kecil dan memberikan penjelasan tugas yang dilakukan ketua kelompok kecil. Ketua kelompok disetiap pertemuan berbeda. Peneliti memilih ketua kelompok kecil dan kelompok besar berdasarkan hasil skala keterampilan kepemimpinan yang menunjukkan kategori rendah yang dikhususkan. Pertemuan kali ini di pimpin 80 oleh IAKN. Guru mempercayakan jalannya diskusi kepada pemimpin. Pemimpin memberikan tugas berupa masalah dengan membacakannya dan memberikan beberapa pertanyaan 1. Apa yang harus di lakukan Diah untuk mengatasi masalah yang dihadapinya ? 2. Jika sebagai pemimpin dalam diskusi kelompok tersebut apa yang akan kalian lakukan kepada Diah ?. Pertanyaan itu yang harus diselesaikan oleh masing-masing kelompok kecil selama 15 menit. Selama pemimpin membacakan dan meminta setiap kelompok menyelesaikan pertanyaan guru berkeliling membantu siswa yang mengalami kesulitan dan menjaga suasana biar kondusif. Selama diskusi terdapat permasalahan di antara anggota kelompok siswa NR hamya diam saat yang lain sedang berdiskusi. Setelah guru bertanya padanya, alasannya dia ragu-ragu untuk mengungkapkan pendapatnya dikarenakan ia takut salah dan tidak percaya diri. Setelah guru bersama ketua kelompok memotivasinya maka NR akhirnya mau untuk mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi. Setelah selesai pemimpin memastikan bahwa siswa telah menyelesaikan masalah yang diberikan. Pemimpin menguntruksikan kepada setiap kelompok membaca kembali hasil yang telah dibahas oleh setiap kelompok. Pemimpin mempersilahkan untuk setiap kelompok memaparkan hasil dari diskusi ke kelompok besar dan kelompok lain memberikan pertanyaan ke kelompok yang sedang 81 memaparkan. Kebanyakan jawaban setiap kelompok hampir sama. Ketika kelompok C mengungkapkan hasil diskusi MNM bertanya “Apa yang harus dilakukan apabila setelah diberikan nasehat dan motivasi, Diah tetap diam dalam diskusi?, Kelompok C menjawab: “Yang harus dilakukan yaitu menciptakan suasana yang nyaman agar Diah tidak malu untuk mengungkapkan pendapatnya ”. Selain itu siswa AD juga bertanya mengenai cara untuk menumbuhkan rasa percaya diri dari dalam diri? kelompok B menjawab untuk menumbuhkan rasa percaya diri dari dalam diri yaitu dengan menumbuhkan motivasi yang kuat dalam diri sehingga dengan adanya dorongan dan kemauan yang besar maka muncul rasa percaya diri. Setelah semua selesai guru pembimbing mereview kegiatan yang dilakukan. Guru mengajukan pertanyaan terkait respon siswa dalam kasus tersebut. Apa keuntungan apa yang di dapat dalam pertemuan kali ini? Siswa KAZ menjawab agar berani untuk mengungkapkan pendapat. Siswa lain IMP menjawab untuk aktif dalam kegiatan diskusi dan percaya diri saat mengungkapkan pendapat. Guru juga menyimpulkan bahwa kegiatan kali ini akan membantu siswa agar berani mengungkapkan pendapat dan menumbuhkan rasa kepercayaan pada dirinya ketika nanti ia menjadi pemimpin maupun anggota suatu organisasi. 82 4 Hasil Pengamatan Hasil pengamatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap tindakan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan keterampilan kepemimpinan siswa pada siklus II. Data hasil pengamatan ini juga dilengkapi hasil observasi setelah siklus II selesai. Berikut ini data yang diperoleh dari observasi dan wawancara: a Observasi Hasil observasi keterampilan kepemimpinan terlihat perbandingannya: Tabel 10. Perbandingan Hasil Observasi Siklus II Aspek Pratindakan Siklus I Siklus II Presentase Peningkatan Kognitif 49 65 74 9 Afektif 47 60 73 13 Psikomotor 43 64 74 10 Keterampilan Kepemimpinan 46 63 74 11 Berdasarkan Tabel 10. Dapat diketahui skor dan prosentase kemampuan keterampilan kepemimpinan siswa pada masing-masing aspek yang diukur pada siklus II. Prosentase tersebut diperoleh dari hasil observer. Hasil perhitungan prosentase tersebut kemudian diartikan dalam tingkat kriteria penilaian. Dapat diketahui bahwa peningkatan pada aspek kognitif sebesar 9, pada aspek afektif sebesar 13, dan pada aspek 83 Psikomotor sebesar 10. Peningkatan keterampilan kepemimpinan mencapai 11 pada siklus II. b Wawancara Wawancara dilakukan kepada guru bimbingan dan konseling. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan peningkatan keterampilan kepemimpinan siswa secara kognitif dan afektif. Guru menyampaikan bahwa setelah tindakan terdapat berubahan positif pada beberapa siswa yang biasanya siswa yang kurang percaya diri seperti WJP, YFS, dan IMP. Guru juga mengungkapkan bahwa setelah siklus II dilakukan dengan perbaikan metode buzz-group dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. Perbaikan meliputi pembagian tugas lebih diperjelas dan pemberian reward secara langsung sehingga siswa lebih dapat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dirubah ketika diskusi berlangsung. Beberapa siswa belum berani mengungkapkan pemikirannya. Secara keseluruhan dapat disumpulkan bahwa buzz-group dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. 5 Refleksi dalam siklus II Refleksi pada tindakan kedua ini siswa lebih antusias dan mulai berani untuk mengeluarkan pendapatnya saaat kegiatan diskusi berlangsung. Siswa yang pada siklus pertama hanya diam saja kini sudah mulai berani dan percaya diri saat mengemukakan 84 pendapatnya. Ketua mampu memotivasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk turut berpartisipasi saat diskusi berlangsung. Hal ini juga diperkuat dengan hasil catatan dari observer bahwa siswa mulai berani untuk mengungkapkan pendapat dan bertanya saat kegiatan diskusi berlangung. Dari hasil Observasi sebagai salah satu parameter keberhasilan tindakan menunjukkan bahwa pada siklus II indicator keberhasilan tindakan belum tercapai. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang minimal 75 masih kurang dari 24 siswa. Namun demikian telah ada peningkatan rata- rata kemampuan keterampilan kepemimpinan siswa. Hal ini dilihat dari naiknya rata-rata keterampilan kepemimpinan pada pratindakan dalam aspek kognitif sebesar 9, pada aspe k afektif sebesar 13, dan pada aspek Psikomotor sebesar 10. Peningkatan keterampilan kepemimpinan mencapai 11 pada siklus II. Dilihat dari naiknya rata-rata kemampuan keterampilan kepemimpinan, aspek yang muncul dalam a aspek kognitif antara lain mampu mengendalikan diri; mampu menyampaikan pendapat; mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara; dapat didengar orang lain; mampu mengatur jalannya diskusi; dan mampu membedakan tugas diri dalam kelompok, b aspek afektif antara lain percaya pada kemampuannya; memberikan tanggapan dari 85 presentasi teman; menanggapi pembicaraan; teman-teman menghargai keputusan; menanggapi tawaran menjadi pemimpin; dan menerima dan diterima teman-temannya, c aspek psikomotor antara lain lancar saat sedang presentasi; duduk nyaman dan antusias mendengarkan teman yang presentasi; dipilih sebagai pemimpin; terlibat aktif dalam diskusi; dan berbaur bersama teman-temannya. Aspek yang tidak muncul dalam a aspek kognitif yaitu memberikan solusi pada masalah dan memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat, b aspek afektif antara lain menaggapi atau menolak usulan dari teman-temannya dan, memberikan kepercayaan kepada kelompok, c aspek psikomotor antara lain mengarahkan anggota kelompok dan mengajak untuk terlibat dalam diskusi kelompok, menunjuk teman sebagai pemimpin dan, menerima keberadaan teman sebagai pemimpin. Kebanyakan aspek kognitif yang tidak muncul dikarenakan kurangnya kepercayaan kepada anggota kelompok, selanjutnya pada aspek afektif ketidakmunculannya dikarenakan ada beberapa siswa ingin terlihat menonol disbanding anggota lain, dan ketidakmunculan di aspek psikomotor disebabkan oleh kurangnya rasa percaya kepada anggota kelompok dan pemimpin. Hasil wawancara terhadap guru bimbingan dan konseling sebagai berikut: guru menyampaikan bahwa setelah tindakan terdapat berubahan positif pada beberapa siswa yang biasanya 86 siswa yang kurang percaya diri seperti WJP, YFS, dan IMP. Guru juga mengungkapkan bahwa setelah siklus II dilakukan dengan perbaikan metode buzz-group dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. Perbaikan meliputi pembagian tugas lebih diperjelas dan pemberian reward secara langsung sehingga siswa lebih dapat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dirubah ketika diskusi berlangsung. Belum tercapainya kriteria keberhasilan yang diharapkan pada Siklus I dikarenakan munculnya beberapa kendala yaitu: Waktu yang diberikan untuk berdiskusi hanya sebentar sehingga belum semua siswa dapat mengungkapkan pendapatnya saat diskusi. c. Siklus III Siklus III merupakan hasil perbaikan dan penyempurnaan dari siklus II. Siklus III ini seperti halnya Siklus II terdiri dari tahap perencanaan, perlakuantindakan dan observasi, serta refleksi yang dijelaskan sebagai berikut: 1 Perencanaan Siklus III Tahap perencanaan Siklus III dilakukan dengan mengkaji kembali hasil pengamatan Siklus II dan kemudian melakukan perbaikan-perbaikan untuk penyempurnaan Siklus III. Perbaikan yang akan dilakukan pada Siklus III disesuaikan dengan kendala- 87 kendala yang dialami selama Siklus II. Hal ini dijabarkan sebagai berikut: a Penyusunan pedoman kegiatan pada Siklus II melalui diskusi dengan guru pembimbing. b Waktu yang diberikan saat berdiskusi lebih diperpanjang. c Permasalahan dari siswa dan diselesaikan siswa agar siswa dapat lebih aktif saat berdiskusi. 2 Skenario Siklus a. Perencanaan. Sebelum melaksanakan perlu membuat rencana: 1 Peneliti dan konselor sekolah mendiskusikan materi pada tindakan yang sesuai dengan permasalahan siswa dan mengatur jadwal kegiatan. 2 Peneliti menyiapkan materi terkait keterampilan kepemimpinan, macam-macam pokok bahasan untuk diskusi kelompok dan kegiatan pendukungnya. 3 Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk merekam proses tindakan. 4 Peneliti menyiapkan waktu, tempat, sarana, dan prasarana untuk pelaksanaan tindakan. b. Tindakan 1 Pembukaan oleh guru bimbingan dan konseling. 2 Guru memilih pemimpin diskusi. 88 3 Pemimpin membagi siswa ke dalam 6 enam kelompok kecil dengan jumlah anggota lima sampai enam siswa perkelompok. 4 Pemimpin memilih ketua dan sekretaris kelompok. 5 Pemimpin meminta setiap siswa menceritakan pengalaman ketika menjadi anggota atau pemimpin organisasi di sebuah kertas. 6 Semua siswa diberi waktu 15 menit untuk menuliskan pengalamannya. 7 Semua siswa diminta menceritakan pengalamannya kepada anggota kelompok dan boleh meminta saran kepada teman satu kelompok. 8 Setelah waktu diskusi selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan di depan kelompok besar. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi pendapat. 9 Penutupan, beberapa siswa diminta mengungkapkan manfaat yang didapatkan setelah diberi tindakan. c. Observasi Pengamatan dalam proses kegiatan metode buzz-group dilakukan selama pelaksanaan metode berlangsung untuk melihat tingkat keberhasilan metode dengan tujuan, yaitu 1 Untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana 89 tindakan, 2 Melihat seberapa besar keberhasilan metode yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan. d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tindakan memberikan hasil dan apa saja hambatan yang ditemui. Apabila pada siklus ketiga siswa sudah mengalami peningkatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penelitian diberhentikan. Namun apabila siklus ketiga belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka diteruskan dengan siklus keempat. 3 Tindakan Siklus III Tindakan ini dilakukan pada hari kamis tanggal 3 September 2015. Tindakan ini dilaksanakan mulai pukul 13:45- 15:00 WIB. Peneliti, guru pembimbing dan observer memasuki kelas. Peneliti dan guru membuka pertemuan hari ini dengan menjalin hubungan baik dengan siswa serta menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas. Pada Pertemuan ini kasus yang harus diselesaikan siswa dari realita permasalahan siswa itu sendiri ketika menjadi anggota, pengurus atau pemimpin disuatu organisasi dengan tema “Meempercayai Orang Lain”. Pertemuan ini diikuti oleh 32 siswa. Observer diberi lembar pedoman observasi untuk memudahkan dalam memantau setiap perilaku yang muncul dari peserta. 90 Guru memulai dengan mempersilahkan siswa duduk seperti kelompok kemarin. Guru memilih pemimpin untuk memimpin diskusi kelompok, kemudian guru memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan pemimpin. Hal yang harus dilakukan pemimpin seperti siklus satu dan dua yang telah dilakukan, yaitu sebelum memulai metode buzz-group pemimpin membagi kelompok besar kedalam kelompok kecil beranggotakan 5-6 siswa, pemimpin memilih ketua dan sekretaris kelompok, pemimpin meminta setiap siswa menceritakan pengalaman pribadi mengenai tema yang sudah ditentukan, pemimpin mengatur jalannya metode buzz-group. Ketua kelompok disetiap pertemuan berbeda. Guru mempercayakan jalannya diskusi kepada pemimpin. Pertemuan kali ini di pimpin oleh NR. Pemimpin memilih ketua kelompok kecil dan sekretaris kelompok. Pemimpin meminta setiap siswa menceritakan pengalaman berorganisasi: “Apakah kalian pernah tidak mempercayai orang lain dalam satu organisasi?, Apa sebabnya kalian tidak mempercayainya?, Ceritakan pengalaman pribadi ketika menjadi seorang pemimpin atau anggota dalam suatu organisasi kecil ataupun besar. Contoh: Osis, Pramuka, Pengurus Kelas dll , Tulis di kertas yang telah disediakan”. Waktu yang diberikan kepada setiap siswa untuk menceritakan masalah yaitu 15 menit. Salah satu siswa bertanya MNM “Permasalahan itu real atau tidak?” Pemimpin menjawab “Permasalahan yang ditulis pengalaman yang pernah terjadi kepada kita jadi permasalahan itu real”. Guru dan Pemimpin 91 berkeliling memantau apakah ada siswa yang kebingungan atau tidak. Pemimpin memastikan bahwa semua telah selesai menuliskan masalahnya. Pemimpin mengajak setiap siswa menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi bersama teman kelompok. Pemimpin meminta dimulai dari ketua kelompok membacakan permasalahannya kepada anggota kelompok dan anggota lainnya memberikan masukan untuk permasalahan tersebut dan setelah selesai diikuti oleh anggota yang lain membacakan permasalahan yang dihadapi. Disini pemimpin dan guru membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara berkeliling disetiap kelompok. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan masalah 40 menit. Pemimpin bertanya apakah ada kelompok yang tidak bisa menyelesaikan masalah temannya di kelompoknya akan dibantu oleh teman-teman dari kelompok lain. Setiap siswa antusias mendengarkan dan menceritakan permasalahan yang sedang dibicarakan. Setelah waktu yang diberikan selesai pemimpin meminta siswa untuk menceritakan permasalahannya di kelompok besar yang ditunjuk pemimpin adalah GDL. Siswa GDL meceritakan masalah yang dihadapi ketika menjadi pemimpin disebuah organisasi yaitu dia masih kurang percaya dengan kinerja teman- temannya ketika diberikan tugas, karenanya saya diam-diam 92 memantau apakah orang yang saya berikan tugas melaksanakannya dengan segera atau tidak? Saran dari teman-teman yaitu: “saya harus mencoba mempercayai kinerja anggota karena jika pemimpin tidak dapat mempercayai kinerja anggotanya organisasi yang sedang dijalani akan sulit untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelu mnya”. Setelah semua selesai guru pembimbing mereview kegiatan yang dilakukan. Guru mengajukan pertanyaan terkait respon siswa dalam kasus tersebut. Bagaimana perasaan kalian ketika diminta mengutarakan pendapat mengenai Mempercayai orang lain? ENJ menjawab rasanya lega karena dapat menyelesaikannya dengan bantuan teman kelompok. Guru juga menyimpulkan bahwa percayalah pada orang lain dan janganlah merasa bahwa orang lain tidak dapat mengerjakan seperti apa yang kalian inginkan. Semoga pertemuan kali ini dapat membantu kalian dalam menumbuhkan rasa mempercayai orang lain dalam kehidupan sehari-hari. 4 Hasil Pengamatan Adapun hasil tiga tindakan dapat dicermati pada tabel di bawah ini: a. Skala Keterampilan Kepemimpinan Tabel 11. Prosentase Hasil Post-test No Kategori Rentang Skor Banyak Siswa Prosentase 1 Rendah Skor 90 2 Sedang 90 ≤ Skor 135 28 87 3 Tinggi Skor ≤ 180 4 13 93 Tabel tersebut menunjukkan bahwa 0 siswa memiliki kriteria rendah dan 87 siswa memiliki kriteria sedang, serta 13 siswa berkriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa berada diatas indikator keberhasilan. Adapun perbandingan antara hasil pre-test dan post-test serta peningkatan secara detil setiap siswa dapat dilihat pada table berikut ini Tabel 12. Hasil pre-test dan post-test. No Nama Hasil Pre-test Hasil Pos-Test Peningkatan Kategori 1 ANI 107 130 23 Sedang 2 AMP 89 123 34 Sedang 3 AN 88 120 32 Sedang 4 AD 106 133 27 Sedang 5 APPS 112 130 18 Sedang 6 CN 111 137 26 Tinggi 7 DP 112 123 11 Sedang 8 ENJ 105 125 20 Sedang 9 EAE 109 124 15 Sedang 10 FKH 96 123 27 Sedang 11 FSH 107 127 20 Sedang 12 GDL 117 144 27 Tinggi 13 IAKN 85 126 41 Sedang 14 IMP 87 118 31 Sedang 15 KAZ 89 122 33 Sedang 16 LMP 99 129 30 Sedang 17 LK 110 135 25 Tinggi 18 MBS 116 140 24 Tinggi 19 MNM 85 123 38 Sedang 20 MHDK 88 121 33 Sedang 21 NFL 111 127 16 Sedang 22 NAF 112 130 18 Sedang 23 NS 89 120 31 Sedang 24 NR 84 125 41 Sedang 94 25 NR 80 121 41 Sedang 26 R 111 121 10 Sedang 27 RBJ 109 127 18 Sedang 28 SAZ 109 126 17 Sedang 29 SAH 105 124 19 Sedang 30 WJP 82 123 41 Sedang 31 YP 107 130 23 Sedang 32 YFS 88 123 35 Sedang Gambar 4. Hasil Pre-test dan Post-test skala keterampilan kepemimpinan Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap siswa mengalami peningkatan yang berbeda-beda, terdapat empat siswa yang masuk dalam kriteria tinggi dan dua puluh delapan siswa masuk dalam kriteria sedang. Hasil tabel di atas juga menunjukkan setelah tindakan dilakukan rata-rata hasil skor siswa mengalami peningkatan rata-rata jumlah skor hasil pre-test dan hasil post-test sebesar 26,5. Dilihat dari rata-rata ideal 112,5 peningkatan jumlah skor sebesar 14. Data di atas juga menunjukkan bahwa pada 12 siswa yang mempunyai nilai skor rendah pada pre-test atau sebelum dilakukan tindakan telah mengalami peningkatan skor 95 yang berbeda-beda tingkatan setelah tindakan dilakukan. Selain itu berdasarkan hasil uji beda uji t melalui SPSS ver. 16 terlihat bahwa t hitung adalah -16.615 tanda min menunjukkan peletakkan pre-test dan post test sehingga dapat diabaikan dengan nilai probabilitas 0,000. oleh karena probabilitas 0,000 0,05 maka hipostesis rata-rata pre-test dan post-test sama atau tidak berbeda secara nyata ditolak. dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa hasil pre-test dan post-test adalah tidak sama atau berbeda nyata yang berarti bahwa tindakan yang dilakukan berhasil secara signifikan. b. Observasi Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan observer selama tindakan berlangsung, secara keseluruhan tindakan yang dilaksanakan berjalan lancar. Selama proses tindakan observer dan peneliti memperhatikan subjek sebelum dan sesudah diberikan tindakan, observer dan peneliti memperhatikan sikap dan perubahan dalam hal keterampilan kepemimpinan yang sudah dibagi berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada setiap tindakan siswa memiliki antusias selama mengikuti kegiatan. Siswa mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang ada. Siswa juga mampu mengungkapkan makna yang terkandung dalam kegiatan tersebut. Hasil observasi guru menunjukkan bahwa guru telah melakukan kegiatan buzz-group sesuai dengan PRL. 96 Siswa di aspek kognitif keterampilan kepemimpinan yang banyak terlihat yaitu memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat dan dapat didengar orang lain. Hal itu terlihat seperti saat diskusi berlangsung ada siswa yang mengutarakan pendapat, siswa yang lain antusias untuk mendengarkan mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara. Mampu membedakan tugas diri dalam kelompok. Sebagai contoh siswa yang menjadi ketua mampu menenangkan kelompok ketika pendapat anggota saling berbeda dan anggota menerima keputusan ketua. Siswa yang dipilih menjadi ketua dan pemimpin pada aspek kognitif keterampilan yang muncul mampu mengatur jalannya diskusi, mampu menyampaikan pendapat, mampu mengendalikan diri, dapat di dengar orang lain, dan mampu membedakan tugas diri dalam kelompok. Hal itu terlihat ketika menjalankan tugas diri sebagai pemimpin buzz-group. Aspek afektif keterampilan kepemimpinan yang lebih banyak muncul yaitu menanggapi pembicaraan. Hal ini terlihat ketika siswa mengutarakan pendapat anggota lain merespon pendapat yang diberikan. Memberikan kepercayaan pada anggota kelompok, sebagai contoh ketua mempersilahkan kepada setiap anggota kelompok untuk berpendapat ketika diskusi berlangsung. Menerima dan diterima teman-temannya. Sebagai anggota saling menerima dan diterima teman-teman kelompok terlihat ketika 97 setiap anggota aktif berdiskusi dan saling tukar pendapat. Siswa yang dipilih menjadi pemimpin lebih banyak keterampilan kepemimpinan yang muncul seperti percaya pada kemampuannya, yang pada awalnya kurang percaya ketika membacakan kasus terlihat gugup tapi lama kelamaan mulai rileks dan lancar. Menanggapi pembicaraan, sebagai ketua dan pemimpin selalu menanggapi pendapat maupun pertanyaan ketika anggota kelompok mengutarakan pendapat maupun sekedar bertanya. Teman-teman menghargai keputusannya, terlihat ketika ada anggota yang berbeda pendapat ketua kelompok merangkum dan menentukan hasil dari pendapat-pendapat anggotanya. Memberikan kepercayaan kepada anggota kelompok, terlihat ketika ketua kelompok mempersilahkan setiap anggota untuk mengutarakan pendapat ketika diskusi berlangsung. Menerima dan diterima teman-temannya. Hal ini terlihat ketika pemimpin memimpin jalannya buzz-group anggota kelompok mendukung keputusan-keputusan yang di ambil ketua seperti ketika terjadi beda pendapat. Aspek Psikomotor keterampilan yang banyak muncul ketika buzz-group berlangsung yaitu duduk nyaman dan antusias mendengarkan teman yang sedang presentasi. Hal ini terlihat ketika diskusi berlangsung siswa mampu duduk nyaman dan antusias ketika ada kelompok lain yang mengutarakan hasil 98 diskusi. Terlibat aktif dalam diskusi, saat diskusi berlangsung anggota kelompok mampu saling tukar pendapat. Berbaur bersama teman-temannya, sebagai contoh siswa mampu bersosialisasi dengan teman sekelompok. Menunjuk teman sebagai pemimpin dan menerima keberadaan teman sebagai pemimpin. Hal ini terlihat ketika memilih ketua dan pemimpin kelompok beberapa siswa menunjuk temannya untuk menjadi pemimpin maupun ketua kelompok, saat diskusi teman sekelompok mampu menerima keberadaan teman sebagai pemimpin. Aspek psikomotor keterampilan kepemimpinan siswa yang menjadi pemimpin dan ketua lebih banyak muncul seperti lancar saat sedang presentasi, pada awal terlihat kaku tetapi lama kelamaan menjadi rileks dan lancar dalam mengutarakan hasil diskusi. Berkomunikasi aktif dalam metode buzz-group, sebagai ketua lebih aktif ketika diskusi berlangsung terlihat ketika setiap siswa mengutarakan pendapat ketua menanggapi pendapat yang diutarakan anggotanya. Dipilih sebagai pemimpin, pemilihan ini pada awalnya karena skala keterampilan kepemimpinan dan meminta persetujuan oleh kelompok. Tampil menjadi pemimpin kelompok, ketika diskusi berlangsung ketua dan pemimpin mampu tampil sebagai ketua masing-masing kelompok dan pemimpin mampu memimpin ketika metode buzz-group berlangsung. Mengarahkan anggota kelompok, sebagai contoh pemimpin mampu mengarahkan alur jalannya buzz- 99 group kepada anggotanya. Mengajak untuk terlibat aktif dalam diskusi kelompok, dan berbaur bersama teman-temannya. Hal ini terlihat ketika ketua kelompok aktif menanggapi pendapat teman- temannya dan bersosialisasi dengan anggota lainnya. Hasil observasi siswa pada tindakan I, II, dan III berbeda- beda pada setiap pertemuannya, beberapa siswa pada pertemuan pertama ada beberapa yang masih tidak memperhatikan pemimpin kelompok saat memberikan intruksi. Selain itu, dalam diskusi siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan dengan kategori rendah masih minim berkontribusi meski ada siswa yang memberikan pertanyaan saat diskusi berlangsung. Pada tindakan kedua, siswa lebih memperhatikan daripada tindakan pertama, pada tindakan kedua siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan dengan kategori rendah banyak yang memberikan pertanyaan dan membantu kelompoknya menjawab. Pada tindakan ketiga siswa antusias dalam mengikuti kegiatan terbukti bahwa sebelum peneliti, guru, dan observer masuk siswa sudah mempersiapkan diri dalam kelompok masing-masing. Selain itu, jalannya kegiatan juga lancar karena setiap siswa saling memberikan pertanyaan dan jawaban sesuai dengan topik yang sedang dibahas. 100 Adapun perbandingan antara Siklus I, II, dan III serta peningkatan prosentase aspek-aspek keterampilan kepemimpinan dilihat dari hasil observasi, sebagai berikut Tabel 13. Hasil Observasi Aspek Pra Tindakan Siklus I Siklus II Siklus III Prosentase Peningkatan Kognitif 49 65 74 89 27 Afektif 47 60 73 88 27 Psikomotor 43 64 74 89 33 Keterampilan Kepemimpinan 46 63 74 89 29 Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa peningkatan pada aspek kognitif memiliki prosentase 27, pada aspek afetif memiliki prosentase 27, dan pada aspek psikomotor memiliki prosentase 33. Keterampilan kepemimpinan setelah pemberian siklus mengalami rata-rata prosentase peningkatan sebesar 29. Dari hasil observasi terlihat adanya peningkatan positif dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini menunjukkan bahwa metode buzz-group untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan setelah tindakan dilakukan mengalami peningkatan yang positif. c. Wawancara Wawancara dilakukan kepada guru pembimbing dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode diskusi kelompok kecil buzz-group dalam meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa. Berdasarkan wawancara dengan guru 101 pembimbing, guru menyampaikan bahwa setelah tindakan terdapat perubahan dalam sikap siswa yang lebih memperhatikan, lebih memiliki rasa percaya diri, mampu bersosialisasi dengan dalam diskusi dan mampu mengutarakan pendapatnya. Selain itu siswa lebih dapat memberikan pertanyaan yang lebih berbobot dari pada sebelumnya. Siswa lebih mengerti bagaimana mengembangkan keterampilan kepemimpinan di saat diskusi berlangsung. Siswa semakin sadar akan pentingnya memahami dirinya sendiri agar mempunyai keterampilan kepemimpinan yang baik sehingga mampu mengembangkannya dalam suatu organisasi di dalam ataupun di luar sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, siswa merasa senang dengan adanya metode buzz-group. Menurut siswa metode buzz-group melatih siswa untuk menjadi pemimpin, bersosialisasi dengan teman, serta dapat membantu berfikir kritis secara logis, jelas, dan tepat bersama teman dalam menghadapi permasalahan. Selain itu siswa dapat melatih mengontrol emosi ketika pendapat yang dia sampaikan tidak diterima oleh orang lain dan tahu bagaimana menghadapi permasalahan. Pendapat siswa tersebut merupakan ungkapan pengalaman selama mengikuti kegiatan dengan metode buzz-group. Selama ini siswa belum mengetahui bagaimana mengembangkan keterampilan kepemimpinan selain dalam kegiatan organisasi dan apa saja yang harus dikembangkan. 102 Setelah mengikuti kegiatan siswa lebih paham bahwa dalam mengembangkan keterampilan kepemimpinan tidak hanya di dalam sebuah organisasi tetapi dalam hal berdikusi saja bisa membantu mengembangkan keterampilan kepemimpinan. selain itu, siswa lebih mengerti apa saja yang harus dikembangkan dalam dirinya ketika melakukan diskusi. d. Refleksi Refleksi dilakukan di akhir tindakan bersama observer dan guru pembimbing. Refleksi yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, yaitu siklus 1 dalam skala keterampilan kepemimpinan siswa dalam kategori rendah 0 siswa, siswa dengan kategori sedang 28 siswa, dan siswa dengan kategori tinggi 4 siswa. Sedangkan dalam hasil observasi terlihat perubahan positif dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dan hasil wawancara menunjukkan perubahan positif dalam aspek kognitif dan afektif. Sehingga siklus 1 dianggap cukup. Hasil skala keterampilan kepemimpinan sebagai parameter pertama untuk menentukan keberhasilan tindakan. Selama tindakan I, II, dan III menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memiliki keterampilan kepemimpinan dengan skor 112,5 atau lebih sebanyak 24 siswa atau 75 dari jumlah siswa sudah sesuai dengan indikator. Hasil tersebut juga didukung dengan hasil skala keterampilan kepemimpinan bahwa 28 siswa dalam kategori 103 sedang dan 4 siswa dalam kategori tinggi. Hasil setelah tindakan ada kenaikan rata-rata prosentase keterampilan kepemimpinan setiap siswa sebesar 26,5. Dilihat dari hasil observasi sebagai parameter keberhasilan juga menunjukkan adanya peningkatan keterampilan kepemimpinan dilihat dari munculnya keinginan untuk menjadi pemimpin, bersosialisasi dengan orang lain, memiliki kepercayaan, berfikir strategis, da kestabilan emosi. Hasil observasi tersebut menunjukkan adanya perubahan positif secara kognitif, afektif, dan psikomotor yang berarti tindakan terkait keterampilan kepemimpinan dapat dikatakan berhasil. Hasil prosentase observasi menunjukkan kemunculan aspek keterampilan kepemimpinan sebesar 89. Hal ini telah melewati kriteria keberhasil sebesar 75. Peningakatan rata-rata prosentase dari hasil observasi dilihat dari aspek keterampilan sebesar 29. Dilihat dari hasil wawancara, ternyata telah adanya peningkatan keterampilan kepemimpinan siswa. Hal itu terlihat ketika wawancara berlangsung siswa sudah mampu menunjukkan contoh-contoh keterampilan kepemimpinan ketika melakukan tindakan ataupun selama diluar tindakan. Selama tindakan siswa dapat mengetahui bahwa metode buzz-group dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Hasil wawancara menunjukkan adanya perubahan positif secara kognitif 104 dan afektif setelah tindkan dilakuka terkait dengan keterampilan kepemimpinan. Hal ini sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini. Dengan hasil penelitian terlihat dari skala keterampilan kepemimpinan, observasi, dan wawancara yang menunjukkan perubahan yang positif setelah diberikan tindakan. Siklus satu dianggap cukup dan penelitian diakhiri.

B. Pembahasan