Persepsi Orang tua Tentang Perkembangan dan Pendidikan Seksual
34 dan memudahkan anak autistik dalam memahami materi yang diberikan
Safrudin Aziz, 2015: 164. Karakteristik yang dimiliki oleh anak autistik sering membuat
guru memiliki rasa kurang percaya diri akan kemampuan anak. Guru seharusnya melihat anak secara keseluruhan dan tidak terpusat pada
keterbatasan yang dimilikinya. Pendidikan seksual bagi anak autistik merupakan tantangan yang cukup besar bagi sekolah. Secara mayoritas
pendidik belum memiliki pengetahuan tentang seksual yang perlu diajarkan kepada anak secara komprehensif Safrudin Aziz, 2015: 199.
Dalam memberikan pendidikan seksual guru harus memiliki tekat akan kemampuan yang dimilikinya agar dapat mengajarkan secara maksimal
dan ilmu yang diberikan dapat diterima secara baik oleh anak autistik. Pemberian pendidikan seksual anak autistik dimulai dengan
memberikan pemahaman tentang seksualitas dengan cara yang mudah dipahami anak dan secara sistematis. Guru dapat mengajarkan kontrol
perilaku yakni dengan memberikan reward or punishment dari setiap perilaku seksual anak, dan mengajarkan pola kegiatan untuk mengontrol
perilaku seksual anak. Menurut Fauziah Rachmawati 2012: 91-92 hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam perannya antara lain:
1. Membimbing dalam memahami perkembangan manusia secara fisik,
mental, dan spiritual. Anak autistik perlu diberikan pemahaman tentang perkembangan dirinya agar anak siap ketika menghadapi
perubahan-perubahan pada dirinya.
35 2.
Memberikan pengertian bahwa manusia itu berbeda-beda dari segi fisik. Misalnya melalui saling mengenal dengan teman sebaya dan
gambar pertumbuhan manusia. Memahami perbedaan antara laki- laki dan perempuan bagi anak autistik dapat membantu anak
menghargai lawan jenisnya dan menghindari anak dari ganguan perilaku seksual.
3. Menanamkan norma-norma susila yang berlaku di lingkungan anak,
sehingga anak mampu menempatkan diri dalam masyarakat dan mampu menjaga diri dari tindakan asusila. Guru dapat mengajarkan
norma yang berlaku mulai di lingkungan sekolah agar anak autistik mampu meyesuaikan diri ketika berada diluar lingkungan sekolah.
4. Mengajarkan bagaimana menyalurkan keinginan dan hasratnya
melalui kegiatan. Guru dapat menyalurkan melalui kegiatan yang disenangi anak agar dapat mengalihkan keinginan dan hasrat
dorongan seksualnya. Anak autistik memiliki keterbatasan sehingga dapat menyebabkan anak melakukan gangguan perilaku seksual.
5. Menerapkan berbagai metode belajar yang bervariasi dan sesuai
dengan karakteristik anak serta menggunakan media yang konkret agar anak mengerti dan paham akan posisinya dalam masyarakat.
Dalam memberikan pemahaman kepada anak dibutuhkan strategi pembelajaran yang tepat. Metode dan media yang sesuai dapat
membantu guru dalam memberikan pemahaman tersebut.
36