13 perilaku yang unik dan anak akan mudah tantrum ketika terjadi
perubahan pada pola kebiasaan perilaku tersebut. d.
Impaired cognition “children with autism are thought to display difficulty in coding and
categorization of information,....relying on literal translations, and they seem to remember things by their location in space rather than
concept comprehension”.
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa anak autistik diperkirakan kesulitan dalam mengkode dan mengkatagorikan
informasi, mengandalkan terjemahan harfiah, dan mereka tampaknya mengingat sesuatu berdasarkan letaknya dari pada menggunakan
konsep pemahaman. Pernyataan tersebut menerangkan bahwa anak autistik memiliki kemampuan mengingat sesuatu berdasarkan yang
dilihatnya dan nyata. Sebagian anak autistik mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak.
e. Abnormal sensory perceptions
“some people with autism are either hyperresponsive or hyporesponsive to particular stimuli in their environment”.
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa beberapa anak autistik lebih hipersensitif atau hiposensitif terhadap beberapa
rangsangan dari lingkungannya. Pernyataan tersebut menerangkan bahwa anak autistik memiliki kepekaan yang cukup tinggi pada
kondisi lingkungannya.
14 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa
anak autistik memiliki karakteristik yang sangat variatif dan tidak dapat digeneralisasikan. Setiap anak autistik memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak autistik lainnya. Hal ini tampak pada perilaku yang unik, cara berkomunikasi serta interaksi sosial yang ditunjukkan oleh
masing-masing individu secara berbeda.
3. Perkembangan Anak Autistik Usia Remaja
Pada dasarnya perkembangan anak autistik usia remaja sama dengan perkembangan anak normal termasuk dalam tugas-tugas
perkembangan, hanya saja anak autistik mengalami beberapa masalah yang disebabkan oleh kondisi anak tersebut. Menurut Atien Nur
Chamidah, Sukinah dan Ilmawan Moestaqim 2015: 28 anak autis mempunyai perkembangan seksual yang sama dengan anak lainnya,
namun beberapa anak mengalami penyimpangan perilaku seksual. Fauziah Rachmawati 2012: 46-47 menjelaskan tahapan-tahapan
pubertas adalah sebagai berikut: 1.
Masa pubertas 14-16 tahun Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik
anak begitu menonjol. Remaja merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan
pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas anak. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis anak khususnya
15 dalam hal pengenalan dirigender dan seksualitasnya akan terganggu.
Pada masa ini, anak autistik membutuhkan pendampingan dan pemahaman tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya
agar anak siap dengan perubahan tersebut dan tidak melakukan perilaku seksual yang dianggap menyimpang.
2. Masa akhir pubertas 17-18 tahun
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya. Masa akhir pubertas
ini berlangsung sangat singkat dan umumnya kematangan fisik dan seksualitas anak sudah tercapai sepenuhnya. Namun, kematangan
psikologis anak belum tercapai sepenuhnya. Anak autistk akan melewati masa akhir pubertas seperti pada anak normal lainnya.
Anak autistik juga akan melewati masa kematangan fisik, seksualitas dan psikologis, hanya saja tingkat kematangan setiap anak autistik
berbeda. 3.
Masa akhir adolesen 19-21 tahun Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang
sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Anak akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai
memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikirannya sendiri. Pada masa ini berdasarkan kondisi anak autistik, sebagian
anak akan mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak.