99
dalam hal talenta yang dimiliki. Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin selalu mendorong orang- orang yang dipimpinnya, termasuk sdr. Maikel untuk dapat melakukan segala sesuatu dengan
terbaik. Sebagai pemimpin ia selalu memberikan masukan kepada patner-patner pelayanannya
48
. Pemimpin yang sering juga memberikan apresiasi kepada apa yang telah dikerjakan dengan
maksimal oleh orang-orang yang dipimpinnya
49
. Hal tersebut sejalan dengan keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saudari
Yunita, yang juga adalah salah satu staff di Gereja Bethel Indonesia GBI Salatiga. Ia juga menilai Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang selalu memberikan tantangan dan kesempatan
untuk rekan-rekan kerja dan pelayanannya untuk melakukan apa yang bisa dilakukan untuk kemajuan pelayanan
50
. Selain itu juga, Pdt. Gideon Rusli adalah sosok yang selalu “welcome” dan “open” dengan berbagai pendapat atau usulan dari orang lain. Selama pendapat yang
diberikan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan, maka ia akan mendengarkan dan mempertimbangkan
51
.
b. Relasi dengan orang-orang yang dipimpin
Dari teknik observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci dan 5 lima informan pendukung maka terungkap bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang
memberikan penekanan lebih pada relasi. Ia mendasari relasi tersebut pada sebuah nilai bahwa semua yang ada dalam gereja adalah keluarga. Maka secara otomatis hubungan yang tercipta
dalam jemaat, diharapkan seperti hubungan atau relasi dalam konteks keluarga. Sebagai keluarga, ia berperan sebagai bapak dan jemaat adalah anak-anaknya. Hal tersebut juga
48
Ibid
49
Ibid
50
Yunita, Staff Gereja Bethel Indonesia GBI Salatiga, wawancara, Salatiga, 26 Agustus 2014, Pukul 12.00 WIB
51
Ibid,.
100
dilakukannya dengan rekan-rekan pelayanannya. Subjek mengaku bahwa mereka sebagai satu tim berjuang bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Jadi sejauh ini relasi yang terus dibangun
adalah relasi seperti keluarga
52
.
Upaya membangun hubungan sebagaimana sebuah keluarga diwujudkannya dengan merasakan apa yang orang-orang dipimpinnya rasakan. Ibu Ely dan Bapak Cipto sebagai angota
jemaat, berkisah ketika rumah mereka rusak karena terkena angin ribut maka Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin mau langsung bergerak membantu mereka dan keluarga yang lain, yang juga
terkena bencana
53
. Keperduliannya tersebut atas dasar pandangannya bahwa semua yang ada
dalam jemaat adalah keluarga sehingga harus saling membantu.
Dalam membangun relasi dengan orang-orang yang dipimpinnya, sebagai pemimpin ia menyukai untuk melakukannya melalui sentuhan secara personal. Dalam hal ini ia sebagai
pemimpin berusaha menyediakan waktu untuk dapat membangun komunikasi pribadi dengan orang-orang yang dipimpinnya
54
. Walaupun secara ideal tidak semua jemaat dapat didekati secara personal namun ia sebagai pemimpin berusaha kalau ada jemaat baru maka ia
menyediakan waktu untuk melakukan kunjungan dan melakukan sentuhan secara personal. Selain sebagai pemimpin ia membentuk tim perkunjungan untuk memperhatikan jemaat-jemaat
yang ada. Disamping itu juga terdapat komunitas-komunitas yang diharapkan mampu menjadi wadah bagi jemaat untuk dapat saling berbagi dan memperhatikan
55
.
52
Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia GBI Salatiga, wawancara,...
53
Ely, Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia GBI Salatiga, wawancara,...
54
Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia GBI Salatiga, wawancara,...
55
Ibid
101
c. Visi