84
aliran Pentakosta. Sampai sekarang tahun 2014 subjek masih menjabat sebagai Gembala Jemaat di Gereja Bethany Salatiga
14
.
3.4.2. Kepemimpinan Pdt. Bambang Hengky dalam Gereja Bethany Salatiga
Berdasarkan teknik observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci maupun 5 lima informan pendukung maka ditemukan beberapa point pembahasan penting berkaitan
dengan kepemimpinan Pdt. Bambang Hengky sebagai Pendeta beretnis Tionghoa, antara lain:
a.
Membangun Gaya atau Tipe Kepemimpianan yang Menyesuaikan dengan Siapa yang dipimpin.
Hasil data yang diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi, ditemukan gaya kepemimpinan yang Pdt. Bambang Hengky terapkan selama ini menyesuaikan
dengan orang-orang yang ia pimpin. Hal ini berangkat dari pemahamannya bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik. Sebagai pemimpin bagi jemaat dengan jumlah ribuan jiwa, ia
merasa adanya perbedaan yang ditunjukan oleh setiap orang, termasuk didalamnya adalah rekan- rekan pelayanannya, baik itu dalam hal kompetensi maupun komitmen ketika melayani. Kondisi
ini membuat subjek harus dapat menyesuaikan dan menempatkan gaya kepemimpinan yang tepat ketika berhadapan dengan setiap orang yang dipimpinnya
15
. Baginya gaya kepemimpinan yang terbaik adalah gaya kepemimpinan yang mampu
menyesuaikan dengan siapa pemimpin itu sedang berhadapan. Kadang sebagai pemimpin ia harus mampu berfungsi dalam memberikan directing bagi mereka dengan komitemen tinggi
tetapi masih memiliki kemampuan atau kompentesi rendah karena masih kurangnya pengalaman. Ia kadang harus menjadi pelatih, bagi mereka yang sudah mulai memiliki kompetensi yang boleh
dikatakan sedang namun komitmen yang mulai rendah. Menjadi suporter yang memberika dukungan ketika berhadapan dengan mereka yang memilki kompetensi tinggi namun
14
Ibid.
15
Satrio Sambodo, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara, Salatiga, 29 Agustus 2014, pukul 12.10.
85
komitmennya variabel. Serta sebagai pemimpin ia pun harus dapat memberikan delegasi delegation ketika berhadapan dengan mereka yang telah memiliki komitmen tinggi sekaligus
memiliki kompetensi yang tinggi
16
. Pdt. Bambang Hengky mampu memainkan fungsinya sebagai pemimpin dengan
menerapkan gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan orang-orang yang dipimpinnya Ia dinilai mampu berganti gaya kepemimpinan dengan cepat dan sesuai ketika
berhadapan dengan orang dengan tipe yang berbeda-beda. Kemampuannya tersebut dirasakan oleh orang-orang yang dipimpinnya, termasuk oleh orang-orang tedekatnya. Menurut Pdm.
Satrio Sambodo ketika berhadapan dengan para Pendeta Muda, subjek sering memberikan delegasi dalam menjadi perpanjangan tangan dari gembala jemaat untuk menjangkau jemaat-
jemaat dengan berbagai persoalan yang ada. Mereka diberikan kesempatan untuk mengambil kebijakan dalam gereja sejauh tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang berlaku
dalam gereja dan merugikan orang lain
17
. Lebih lanjut, menurut Pdm. Satrio Sambodo yang telah berjemaat di Gereja Bethany
Salatiga selama 17 tahun, Pdt. Bambang Hengky bukanlah tipe pemimpin yang otoriter. Ia bukan pemimpin yang kemudian membuat semua orang yang dipimpinnya tergantung padanya.
Sebaliknya, ia adalah pemimpin yang merangkul, mengingatkan serta memberikan kebebasan untuk setiap orang yang dipimpin dapat menentukan pilihan akhir. Subjek selama ini
memposisikan diri sebagai seorang bapak yang mengingatkan dan memberikan berbagai pertimbangan kepada anaknya, dalam proses pengambilan keputusan akhir diberikan kebebasan
untuk setiap orang yang dipimpinnya untuk memutuskan sendiri. Ketika orang-orang yang dipimpinnya berbuat salah maka ia tidak pernah menegurnya dengan cara yang “frontal” ataupun
16
Ibid.
17
Denny A. Mustamu, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara, Salatiga, 29 Agustus 2014, pukul 11.20.
86
penuh emosi yang cenderung negatif, namun yang ia lakukan hanyalah memberikan contoh atau teladan yang benar
18
. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Pdm. Deny Mustamu melalui cerita
pengalamannya selama berjemaat di Gereja Bethany Salatiga. Pdm. Deny Mustamu yang dahulunya berjemaat di GPIB dan kemudian berpindah ke gereja Bethany Salatiga, mengaku
bahwa ia sangat merasa bertumbuh dalam gereja ini. Ia telah berjemaat selama kurang lebih 18 tahun bahkan sebelum gereja Bethany diresmikan pada tahun 1998. Ia menyatakan bahwa saat
ini ia dan keluarga tidak terpikirkan sama sekali untuk berpindah gereja bahkan tidak akan pernah berpindah gereja karena telah merasa bagian dari gereja ini sejak awal.
Selain itu dalam gereja ini, ia menemukan sosok Gembala jemaat memperlakukan dirinya sebagai anak, dan ia sendiri merasa memiliki bapak rohani yang perduli dan sangat baik
dalam mendidik dirinya
19
. Labih lanjut dijelaskan bahwa Pdt. Bambang Hengky adalah sosok pemimpin yang memiliki hati bapak.
“Hati bapak” yang dimaksudkan adalah ia sebagai sosok yang sangat mengasihi orang-orang yang dipimpinnya, dan memperlakukan mereka sebagai
anak-anaknya sendiri. Bentuk kasihnya dia tunjukan melalui tindakan-tindakan yang tegas tetapi disisi lain ia pun bisa mempelakukan orang-orang yang dipimpinnya dengan penuh
kelembutan
20
. Lebih lanjut, Pdt. Bambang Hengky dijelaskan termasuk tipe pemimpin yang cenderung
terbuka dalam menerima masukan atau pendapat orang-orang yang dipimpinnya. Ia selalu memberikan kesempatan untuk orang-orang yang dipimpinnya untuk dapat mengeluarkan
pendapat atau usulan serta memberikan ide-ide yang membangun. Ia mendorong orang-orang yang ia pimpin untuk mampu dan mau berinsiatif. Lebih dari itu ia memiliki kerinduan semua
18
Satrio Sambodo, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,..
19
Denny A. Mustamu, Pendeta Muda Gereja Bethany Salatiga, wawancara,…
20
Ibid.
87
jemaat harus terlibat dan bukan menjadi penonton
21
. Jika dalam prose itu, ingin bertanya maka subjek kapan saja menyediakan waktu untuk bisa ditemui
22
. Selain itu subjek tidak jarang memberikan kepercayaan kepada rekan-rekan pelayanannya yang lain, untuk dapat memutuskan
sesuatu
b. Visi