Perbedaan Daya Hantar Listrik DHL Perbedaan Residu Terlarut Tersuspensi

mendisosiasikan ion hidrogen sehingga sumbangan ion hidrogen rendah sekali dalam larutan tanah. Bila dilihat rata-rata pH hasil analisa masih termasuk pH yang tidak masam, sedangkan pada umumnya pH tanah di daerah tropis umumnya masam pH 6,5 yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan dijumpai pada daerah tropis yang mengakibatkan proses pencucian besar. Kemasaman tanah juga sangat dipengaruhi jenis pupuk yang digunakan bila tanah sering dipupuk dengan pupuk yang bereaksi masam maka pH tanah juga akan semakin masam dan begitu juga sebaliknya.

5.2. Perbedaan Daya Hantar Listrik DHL

Daya hantar listrik debu berbeda tidak nyata dengan daya hantar listrik pada daerah yang terkena maupun tidak terkena tsunami. Hal ini diduga bahwa kation- kation basa di daerah yang terkena dan tidak terkena tsunami tingkat akumulasi tidak jauh berbeda. Hal ini kemungkinan disebabkan pada daerah yang terkena tsunami walaupun kation-kation basa terbawa bersamaan dengan air laut, akan tetapi bila proses pencucian tinggi maka kation-kation basa tersebut tidak terakumulasi dalam jumlah yang besar di dalam tanah. Peningkatan daya hantar listrik sejalan dengan peningkatan kation basa di dalam tanah di mana kation basa tersebut dapat bereaksi dengan Cl – dan SO 4 2- membentuk senyawa garam, sehingga daya hantar listrik tanah dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Afrida E, 1998 dan pendapat Jacson, 1958 dalam Sutarta, 1990, bahwa dengan penambahan garam NaCl dan KCl ke dalam tanah dapat meningkatkan daya hantar listrik tanah secara nyata dibanding tanpa pemberian NaCl dan KCl dan bila kita bandingkan dengan kadar daya hantar Junaidi : Analisis Kadar Debu Jatuh Dust Fall Di Kota Banda Aceh Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 listrik tanah menurut Hakim, N, dkk, 1986, bahwa daya hantar listrik tanah pada jarak 1000-1500 m dari daerah pantai tergolong sangat tinggi dan dari titik nol sampai dengan jarak 500 m DHLnya tergolong tinggi, sedangkan pada jarak 2000 m tergolong sedang.

5.3. Perbedaan Residu Terlarut Tersuspensi

Residu terlarut dan tersuspensi berbeda tidak nyata di daerah yang terkena tsunami dan daerah yang tidak terkena tsunami. Hal ini disebabkan bahwa banyaknya residu zat terlarut dan tersuspensi sangat tergantung kepada beberapa faktor yaitu curah hujan dan jenis zat yang dilarutkan. Kita ketahui bahwa pencemaran tanah, udara dan air ada yang berfase padat dan juga ada yang berfase gas. Seperti halnya dengan belerang oksida yang banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar seperti minyak, bensin dan premium apabila bahan bakar tersebut terbakar akan menghasilkan belerang dioksida yang merupakan oksida yang bersifat masam dan gas tersebut sangat larut dalam air hujan yang bisa mengakibatkan air hujan bersifat masam dan akan berkorelasi dengan pH tanah. Dan ini juga dapat kita hubungkan bahwa tingginya residu terlarut menunjukkan lebih rendah walaupun tidak berbeda nyata dengan yang lainnya. Bila kita bandingkan dengan banyaknya residu yang terlarut di daerah yang terkena tsunami pada jarak 10-5000 m dari pantai jauh lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang terkena tsunami pada jarak 100 m dan pada daerah yang tidak terkena tsunami, hal ini diduga bahwa kandungan debu di daerah yang tidak terkena tsunami lebih banyak zat dalam bentuk terlarut yang berasal dari Junaidi : Analisis Kadar Debu Jatuh Dust Fall Di Kota Banda Aceh Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 aktivitas transportasi yang jumlah kendaraan roda dua dan empat jauh lebih banyak dan insentif dibandingkan dengan daerah yang terkena tsunami. Sebaliknya kandungan zat yang tersuspensi lebih tinggi di daerah yang terkena tsunami dibanding dengan daerah yang tidak terkena tsunami. Namun demikian melihat tingginya zat yang tersuspensi dan juga DHL yang tinggi akan memberikan peluang yang sangat besar dalam menimbulkan polusi bagi udara, air dan tanah.

5.4. Konsentrasi Timah Hitam Pb