Tayangan "Koper Dan Ransel" Dan Minat Wisata (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV terhadap Minat Wisata Masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai)

(1)

TAYANGAN “KOPER DAN RANSEL”

DAN MINAT WISATA

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV terhadap Minat Wisata Masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan oleh :

Kiki Wulandari Sidabalok

040904083

Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

Abstrak

Seiring dengan pertambahan populasi penduduk dunia yang cukup pesat, mengakibatkan kecenderungan pasar potensial yang akan melakukan perjalanan. Terlebih lagi, perjalanan yang dilakukan bukan hanya sekedar hiburan, akan tetapi mempunyai tujuan tertentu yang akan membawa pengaruh yang cukup besar terhadap pribadi, keluarga, maupun lingkungannya dalam dekade terakhir ini. Adapun setiap perjalanan yang dilakukan tersebut tidak lain adalah karena manusia ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka yang beraneka ragam. Salah satunya dengan mencari pengalaman wisata atau bersantai. Dari sini didapat dua dorongan manusia dalam mencari pengalaman wisata atau bersantai, yaitu melarikan diri dari lingkungan yang sifatnya rutin dan stress, kemudian mencari kesempatan mengadakan rekreasi demi kepuasan batin yang diperoleh. Menurut Dann (dalam Ross, 1998:31) ada dua faktor atau tahap dalam keputusan untuk melakukan perjalanan, yaitu faktor pendorong (faktor yang membuat kita ingin berpergian) dan faktor penarik (faktor yang yang mempengaruhi kemana kita akan pergi setelah ada keinginan awal untuk berpergian). Jadi, terlihat bahwa manusia menumbuhkan kebutuhan dalam dirinya untuk melakukan interaksi sosial yang tidak ditemui di tempat tinggalnya sehingga ada kebutuhan untuk pergi jauh dari lingkungan rumah. Sedangkan Krippendof mengemukakan alasan atau motif lainnya adalah karena ulangan dari semua alasan yang ditampilkan dalam iklan ataupun tayangan yang diulang-ulang kembali dalam brosur pariwisata dan katalog ataupun tayangan pariwisata (dalam Ross, 1998:34).


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pertambahan populasi penduduk dunia yang cukup pesat, mengakibatkan kecenderungan pasar potensial yang akan melakukan perjalanan. Terlebih lagi, perjalanan yang dilakukan bukan hanya sekedar hiburan, akan tetapi mempunyai tujuan tertentu yang akan membawa pengaruh yang cukup besar terhadap pribadi, keluarga, maupun lingkungannya dalam dekade terakhir ini.

Adapun setiap perjalanan yang dilakukan tersebut tidak lain adalah karena manusia ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka yang beraneka ragam. Salah satunya dengan mencari pengalaman wisata atau bersantai. Dari sini didapat dua dorongan manusia dalam mencari pengalaman wisata atau bersantai, yaitu melarikan diri dari lingkungan yang sifatnya rutin dan stress, kemudian mencari kesempatan mengadakan rekreasi demi kepuasan batin yang diperoleh.

Menurut Dann (dalam Ross, 1998:31) ada dua faktor atau tahap dalam keputusan untuk melakukan perjalanan, yaitu faktor pendorong (faktor yang membuat kita ingin berpergian) dan faktor penarik (faktor yang yang mempengaruhi kemana kita akan pergi setelah ada keinginan awal untuk berpergian). Jadi, terlihat bahwa manusia menumbuhkan kebutuhan dalam dirinya untuk melakukan interaksi sosial yang tidak ditemui di tempat tinggalnya sehingga ada kebutuhan untuk pergi jauh dari lingkungan rumah.

Sedangkan Krippendof mengemukakan alasan atau motif lainnya adalah karena ulangan dari semua alasan yang ditampilkan dalam iklan ataupun tayangan yang diulang-ulang kembali dalam brosur pariwisata dan katalog ataupun tayangan pariwisata (dalam Ross, 1998:34).


(4)

Dengan penyampaian informasi terbaru yang diulang-ulang tersebut maka calon wisatawan secara lebih rinci mengetahui tentang daya tarik yang dimiliki oleh suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) tertentu. Dengan perkataan lain, bahwa tidak mungkin suatu DTW dikenal dan dapat dikunjungi jika tidak dipromosikan kepada khalayak.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka mempromosikan DTW kepada khalayak adalah melalui program acara wisata yang ditayangkan di televisi. Televisi sebagai media massa yang muncul belakangan dibanding dengan media cetak dan radio ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis.

Pengaruh televisi dalam sistem komunikasi tidak lepas dari aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya (Effendy, 2002:122). Televisi mampu menarik perhatian pemirsa sedemikian rupa sehingga khalayak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan pendalaman terhadap apa yang diterimanya secara kritis.

Menurut Prof. Dr. R. Mar’at (dalam Effendy, 2002:122) acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton; ini adalah hal yang wajar. Jadi, bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu,terpesona, atau latah, bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah-olah hanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang dihidangkan televisi.

TRANS TV merupakan salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan program acara wisata melalui tayangan reality show Koper dan Ransel yang ditayangkan setiap hari Sabtu pukul 10.30 Wib. Koper dan Ransel mengulas beragam tempat wisata khususnya Indonesia, mulai dari penginapan, wisata alam, wisata sejarah, tempat makan, tempat belanja, tempat-tempat hang out yang seru, serta angkutan umum atau transportasi yang tersedia di


(5)

kota tersebut. Istimewanya lagi, bukan hanya tempat-tempat wisata yang biasa dikunjungi namun juga lokasi wisata yang berpotensi untuk menjadi objek wisata.

Acara ini dipandu oleh dua pembawa acara yaitu Joe Richard dan Andrea Lee. Mereka berdua akan berlibur ke kota yang sama, namun ke tempat-tempat yang berbeda. Salah satu dari mereka akan berlibur dengan gaya 1st class treatment seperti menginap di suite room atau superior room hotel bintang lima, menyewa transportasi pribadi, mengunjungi tempat-tempat liburan dengan fasilitas mewah, tempat belanja bergaya internasional serta tempat makan dan hang out ala kelas atas, namun tidak menutup kemungkinan pembawa acara ini juga mengunjungi tempat-tempat ynag tidak terlalu mewah secara nominal namun kaya akan nilai historis dan religi.

Sementara itu di kota yang sama, pembawa acara yang lain akan berlibur dengan gaya hemat biaya, namun tetap seru. Dengan fasilitas penginapan 3rd class, berkendara dengan angkutan umum seperti ojek, busway, andong, dan lainnya, serta tempat-tempat wisata lainnya (http://www.transtv.co.id).

Tayangan Koper dan Ransel yang ditayangkan TRANS TV merupakan sebuah program acara televisi yang menarik karena selain bersifat menghibur, tayangan Koper dan Ransel juga dapat memberi manfaat dan informasi bagi pemirsa karena tayangan tersebut mengulas beragam daerah tempat wisata yang dapat dijadikan sebagai panduan berwisata bagi pemirsanya. Selain itu, tayangan Koper dan Ransel juga mempunyai teknik produksi dan gaya program yang dapat menarik perhatian pemirsa. Dilihat dari teknik produksinya, tayangan Koper dan Ransel mengulas objek atau daerah tujuan wisata yang berbeda pada setiap episode, menghadirkan segmen kuliner, memberikan tips untuk melakukan perjalanan wisata, dan menyajikan rincian pengeluaran yang dihabiskan dalam setiap satu perjalanan yang dilakukan oleh masing-masing pembawa acara sehingga pemirsa dapat mengetahui berapa besar biaya yang akan dibutuhkan untuk melakukan sebuah perjalanan wisata.


(6)

Sedangkan dilihat dari gaya programnya, tayangan Koper dan Ransel termasuk ke dalam gaya program dokumentasi dimana tayangan tersebut menampilkan dua gaya perjalanan wisata yang berbeda yaitu gaya wisata yang serba mewah (yang disebut dengan ala Koper), dan gaya wisata dengan hemat biaya (yang disebut dengan ala Ransel). Dengan menggunakan gaya program seperti itu, tayangan Koper dan ransel dapat memberikan alternatif pemirsa dalam melakukan perjalanan wisata, bagi pemirsa yang ingin berwisata dengan menggunakan fasilitas mewah dapat mengikuti gaya wisata ala Koper, dan bagi pemirsa yang mempunyai budget yang terbatas dapat mengikuti gaya wisata ala Ransel.

Begitu banyak daerah tujuan wisata yang terdapat di Indonesia ini membuat masyarakat termotivasi untuk mencari informasi tentang daerah tujuan wisata yang akan mereka kunjungi. Tayangan Koper dan Ransel yang ditayangkan di TRANS TV diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kognitif masyarakat akan informasi mengenai objek wisata sehingga dapat menumbuhkan minat mereka untuk melakukan perjalanan wisata.

Berdasarkan pola pikir di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh tayangan Koper dan Ransel terhadap minat wisata masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai. Adapun alasan peneliti memilih Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai sebagai lokasi penelitian dikarenakan masyarakatnya heterogen yang terdiri dari berbagai suku, agama, usia, pendidikan, dan mata pencaharian yang menurut penulis akan sangat membantu dalam pengambilan data. Alasan lain adalah karena berdasarkan pengamatan penulis masyarakat di kelurahan tersebut gemar menonton televisi (heavy viewers), dan sebagian masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai berasal dari golongan kelas ekonomi menengah ke atas yang sering menghabiskan waktu senggang mereka dengan berlibur. Apabila masyarakat di kelurahan tersebut sering melakukan perjalanan wisata, maka kemungkinan masyarakat menonton tayangan wisata juga tinggi.


(7)

Untuk itu peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh tayangan yang mengulas tentang daerah tujuan wisata yakni Koper dan Ransel terhadap minat wisata masyarakat di kelurahan tersebut. Bila hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel, maka tayangan Koper dan Ransel yang ditayangkan di TRANS TV sangat menarik karena mampu menarik minat responden untuk melakukan perjalanan wisata setelah menonton tayangan Koper dan Ransel tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Untuk lebih menjelaskan permasalahan yang dihadapi sebagai dasar penelitian ini maka peneliti mencoba merumuskan masalah sebagai berikut :

“Sejauhmanakah tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV berpengaruh terhadap minat wisata masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai”.

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

a. Penelitian ini bersifat korelasional, yang bersifat mencari hubungan, dan menguji hipotesis, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV berpengaruh terhadap minat wisata masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai.

b. Penelitian ini dilakukan terbatas hanya pada tayangan Koper dan Ransel yang ditayangkan di TRANS TV setiap hari Sabtu pada pukul 10.30 Wib.

c. Objek penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai. d. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari – Maret 2008.


(8)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, demikian pula dalam penelitian ini yang mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kemampuan media massa, khususnya televisi dalam memenuhi kebutuhan informasi masyarakat tentang wisata melalui tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV.

b. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV terhadap minat wisata masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan melengkapi dan memperluas wawasan bagi penelitian ilmu komunikasi khususnya komunikasi massa dan sebagai sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh media dari komunikasi massa khususnya program acara yang ditayangkan di televisi terhadap kehidupan masyarakat.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.


(9)

1.5. Kerangka Teori

Menurut Nawawi, (1995:39) suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak landasan berpikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu disusun kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot. Menurut Kerlinger (dalam Rakhmat, 2004:6) teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti dalam melaksanakan penelitian menggunakan teori-teori yang relevan dengan topik permasalahan yaitu :

1.5.1. Komunikasi

1.5.2. Komunikasi Massa dan Televisi 1.5.3. Teori Kultivasi

1.5.4. Model AIDDA

1.5.5. Tayangan Koper dan Ransel 1.5.6. Minat

1.5.1. Komunikasi

Setiap orangyang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial (social interaction). Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi (intercommunication). Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang


(10)

kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2002:5).

Menurut Harold Lasswel (dalam Mulyana, 2002:62) cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who (siapa), Says What (Mengatakan apa), in Which Channel (dengan saluran apa), To Whom (kepada siapa),With What Effect (dengan pengarug bagaimana)?

Yang tepenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. (Effendy, 2002:6). Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni :

- Dampak kognitif, dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.

- Dampak afektif, disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih gembira, marah, dan sebagainya.

- Dampak behavioral, dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

I.5.2. Komunikasi Massa dan Televisi

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau eletronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas, khususnya media elektronik


(11)

(Mulyana, 2002:75). Ciri komunikasi massa ditentukan oleh sifat unsur-unsur yang dicakupnya, yakni sifat komunikan, sifat media, sifat pesan, sifat komunikator, dan sifat efek.

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Alexis S.Tan (dalam Nurudin, 2004:63) adalah :

To Inform (memberi informasi)

To Educate (mendidik)

To Persude (mempersuasi)

To Entertaint (menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikasi)

Sebagaimana diketahui komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (modern). Jadi, membahas komunikasi massa tidak akan lepas dari media massa sebagai media utama dalam proses komunikasi massa itu sendiri. Salah satu media massa dalam komunikasi massa adalah televisi.

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto dkk, 2004:125).

Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian komunikan karena kelebihannya yang mampu menyatukan unsur audio visual sekaligus. Televisi memiliki keuntungan atas pesannya yang bisa dilihat serta didengar dalam waktu yang bersamaan (Suhandang, 2005:89). Tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.

1.5.3. Teori Kultivasi

Program teoritis yang membahas hasil sosial budaya dari komunikasi massa adalah George Gerbner dan merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan Teori Kultivasi. Ia melakukan penelitian tentang indikator budaya untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Penelitian kultivasi yang dilakukannya lebih menekankan pada “dampak”.


(12)

Menurut Teori Kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak seorang individu tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi (Nurudin, 2004:157).

Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama-sama pula. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu menyakininya. Jadi, para pecandu televisi itu akan punya kecenderungan sikap satu sama lain.

Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa sebagai agen sosialisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih mempercayai apa yang disajikan televisi daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya. Gerbner dan kawan-kawannya melihat bahwa film drama yang disajikan di televisi mempunyai sedikit pengaruh tetapi sangat penting di dalam mengubah sikap, kepercayaan, pandangan penonton yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya (Nurudin, 2004:160). Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat digambarkan proses kultivasi sebagai berikut :

Gambar 1 : Proses Kultivasi

Keterangan :

TV Viewing dan Social Learning

Pada tahap awal kita menonton televisi, maka pada saat itu kita melakukan pembelajaran sosial. Dengan kata lain, kita memperhatikan satu per satu adegan, tokoh, alur cerita, dan

Social Learning

Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku Television

Viewing

Social


(13)

yang lainnya. Ini artinya, melalui kontak kita dengan televisi kita belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya.

Hubungannya dalam penelitian ini adalah adanya rasa ingin tahu dari responden mengenai daerah tujuan wisata sehingga mereka menonton tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV yang mengulas tentang beragam objek wisata tersebut. Setelah memperhatikan kemasan dan informasi yang disampaikan tayangan Koper dan Ransel, para responden pun dapat mengenal lebih jauh lagi mengenai objek wisata yang ada di Indonesia yang menyangkut lokasi, keunikan atau daya tarik dari daerah wisata, maupun sarana dan transportasi yang terdapat di daerah wisata tersebut.

Social Recontruction

Pada tahap ini apa yang kita tonton di televisi akan dicerna, dievaluasi, direkontruksi dengan kehidupan nyata atau tidak.

Faktor yang berpengaruh dalam tahap ini adalah pengetahuan, pengalaman langsung, maupun pengalaman lainnya.

Dalam penelitian ini, setelah responden menonton dan mempelajari isi maupun informasi dari tayangan Koper dan Ransel, para responden akan mencerna, mengevaluasi atau pun merekontruksi apakah objek wisata yang ada di Indonesia sama seperti yang tergambar dalam tayangan Koper dan Ransel yang ditayangkan di TRANS TV.

 Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku

Setelah menonton televisi, maka akan terjadi perubahan pada penontonnya yang terjadi dalam waktu tertentu baik secara gradual (perlahan-lahan) maupun secara kumulatif. Perubahan sikap atau perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah timbulnya minat dalam diri responden untuk melakukan perjalanan wisata setelah menonton tayangan Koper dan Ransel.


(14)

1.5.4. Model AIDDA

Banyak ahli yang dalam mengemukakan pemikirannya mengenai pendekatan (approach) terhadap kegiatan komunikasi persuasif, mempunyai kecenderungan yang sama, yakni apa yang disebut “A-A procedure” atau “from Attention to Action procedure”. A-A procedure ini adalah proses pentahapan komunikasi persuasif yang dimulai dari usaha membangkitkan Perhatian (attention) untuk kemudian berusaha menggerakkan seseorang atau orang banyak agar melakukan Tindakan (action) seperti yang diharapkan (Effendy, 1992:122).

Erat sekali hubungannya dengan itu, ada sementara ahli yang menganjurkan agar A-A procedure tersebut dilakukan melalui proses yang terkenal dengan rumus klasik AIDDA, yakni sebagai akronim dari kata-kata sebagai berikut :

A - Attention - Perhatian I - Interest - Minat D - Desire - Hasrat D - Decision - Keputusan A - Action - Tindakan

Proses pentahapan tersebut dimaksudkan agar komunikasi persuasif dimulai dengan upaya membangkitkan perhatian (attention) terlebih dahulu. Tanpa ada perhatian terlebih dahulu dari komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya dan komunikator yang menyampaikan pesan itu, komunikasi tidak akan berlangsung dengan berhasil.

Apabila perhatian berhasil dibangkitkan, disusul dengan menumbuhkan minat (interest) yang pada gilirannya timbul pada komunikan hasrat (desire) untuk memenuhi apa yang diajukan si persuader. Selanjutnya komunikan mengambil keputusan (decision) untuk melakukan tindakan (action) sebagaimana yang diinginkan persuader.

Dalam penelitian ini hendak melihat bagaimana perhatian yang timbul dalam diri responden setelah mendapat terpaan berupa tayangan Koper dan Ransel dan apakah perhatian itu dapat menumbuhkan minat untuk melakukan perjalanan wisata. Namun perlu diingat


(15)

bahwa penelitian ini hanya sampai pada timbulnya minat untuk berwisata, tidak sampai pada tindakan melakukan perjalanan wisata. Minat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sejauh mana tayangan Koper dan Ransel dapat menumbuhkan rasa ketertarikan pada responden sehingga ada kelanjutan berupa minat untuk melakukan perjalanan wisata.

1.5.5. Tayangan Koper dan Ransel

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa revolusi media elektronik khususnya media televisi, telah mencapai tahap yang paling canggih dan spektakuler. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, peran televisi sebagai salah satu media massa sangat penting untuk mengkomunikasikan hasil-hasil pembangunan nasional. Hadirnya televisi swasta di Indonesia dengan berbagai macam program acara yang menarik terus menerus diikuti perkembangannya oleh pemirsa.

Selain itu televisi juga mempunyai tugas lain yaitu bagaimana membuat paket acara televisi yang tepat dan benar dan bertujuan menciptakan sebuah strategi pembangunan nasional. Untuk mencapai format yang tepat dalam membuat acara televisi, khususnya yang berhubungan dengan masalah pembangunan memang cukup sulit dan butuh keahlian tertentu, agar paket yang ditayangkan benar-benar merupakan bentuk komunikasi pembangunan sekaligus salah satu alat dalam menyusun strategi pembangunan.

Tayangan Koper dan Ransel merupakan salah satu tayangan reality show yang menyiarkan beragam jenis objek dan daerah tujuan wisata. Reality show bukanlah program baru dalam pertelevisian kita yang mendapat sambutan luar biasa dari pemirsa karena tayangan tersebut bersifat menghibur atau memberi kesenangan, serta memberi manfaat akan informasi yang mereka butuhkan. Reality show merupakan program televisi yang menggambarkan perwujudan asli dari suatu peristiwa, seseorang, kejadian, dan proses, sehingga pemirsa memiliki kepercayaan terhadap objek yang ditontonnya. Isi pesan dari


(16)

tayangan reality show dapat mengkomunikasikan soal pembangunan baik secara fisik maupun mental (http://www.kompas.com).

Contohnya saja tayangan Koper dan Ransel yang ditayangkan di TRANS TV setiap hari Sabtu pukul 10.30 Wib dimana tayangan tersebut mengulas tentang daerah tujuan wisata yang ada di Indonesia. Hal ini tentu saja dapat membantu pembangunan nasional Indonesia karena tayangan tersebut dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa Indonesia memiliki banyak tempat yang berpotensi sebagai objek wisata yang menarik sehingga masyarakat tidak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk melakukan perjalanan wisata. Tayangan Koper dan Ransel yang dikemas dengan format yang berbeda dari tayangan reality show lain dimana tayangan yang berdurasi selama lebih kurang tiga puluh menit ini menyajikan dua gaya wisata yang berbeda, yakni ala Koper dan ala Ransel. Dengan cara penyajian tersebut diharapkan tayangan Koper dan Ransel mampu dalam menumbuhkan minat para pemirsa khususnya masyarakat yang tinggal di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai untuk melakukan perjalanan wisata.

1.5.6. Minat

Mark (1976:69) berpendapat bahwa minat merupakan perubahan sikap yang dapat membuat seseorang merasa senang terhadap objek, situasi ataupun ide-ide tertentu yang bisa diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi tersebut.

Menurut A.W. Wijaya (1993:45) secara teori minat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

• Objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.


(17)

• Minat dapat berubah-ubah (situasional atau temporal)

• Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek.

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik daerah tempat wisata (Pendit, 2003:14).

Jadi, minat wisata yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perhatian, kesukaan atau kesenangan seseorang terhadap suatu keinginan untuk melakukan kegiatan perjalanan ke suatu tempat yang mempunyai daya tarik untuk dinikmati.

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dan sebagai bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesa penelitian (Nawawi,1995:40).

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel agar dapat diteliti secara empiris. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel Bebas atau independent variabel (X)

Variabel bebas atau independent variabel adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut dengan variabel terikat. (Nawawi, 1995:57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan Koper dan Ransel.

Variabel Terikat atau dependent variabel (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul yang ditentukan oleh adanya variasi bebas dan bukan karena adanya variabel lain


(18)

(Nawawi, 1995: 57). Variabel terikat merupakan gabungan dari model dan perilaku. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat wisata.

Variabel Antara atau intervening variabel (Z)

Variabel antara adalah variabel yang menjembatani atau menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel antara juga merupakan sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

I.7. Model Teoritis

Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2 : Model Teoritis

1.8. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel terkait sebagai berikut :

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X) Tayangan Koper dan Ransel

a. Kemasan acara

b. Penampilan pembawa acara

c. Kepercayaan isi pesan (credibility) d. Kejelasan makna pesan (content)

Variabel Bebas (X)

Tayangan Koper dan Ransel

Variabel Terikat (Y)

Minat Wisata

Variabel Antara (Z)


(19)

e. Kejelasan isi pesan (clarity) Variabel Terikat (Y)

Minat Wisata

a. Perhatian dan ketertarikan b. Penyediaan dana dan waktu c. Ingin berwisata

d. Alternatif wisata

e. Frekuensi ingin mengunjungi kembali tempat wisata Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin b. Usia

c. Pendidikan d. Pekerjaan e. Penghasilan

1.9. Definisi Operasional

Untuk menghindari pengertian yang meluas pada variabel yang telah dioperasionalkan, maka penulis menyusun definisi batasan terhadap hal-hal yang akan dijadikan pembahasan dalam penelitian yaitu :

Variabel Bebas (Tayangan Koper dan Ransel)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tayangan Koper dan Ransel adalah tayangan reality show yang mengulas beragam tempat wisata khususnya di Indonesia. Disini yang menjadi perhatian apakah komponen tayangan tersebut mampu menarik perhatian dan apakah pesan yang disampaikan diterima dan dimengerti.

a. Kemasan acara : untuk mengetahui seberapa besar minat yang ada dalam diri responden terhadap tayangan Koper dan Ransel, dan sejauh mana tanggapan mereka terhadap kemasan acara tayangan tersebut.

b. Penampilan pembawa acara : untuk mengetahui cara dan gaya kedua pembawa acara dalam memandu tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV mampu menarik perhatian responden untuk menonton tayangan tersebut.


(20)

c. Kepercayaan isi pesan (credibility) : merupakan nilai kepercayaan khalayak terhadap pesan sehingga mempengaruhi sikap, pendapat, dan tingkah laku khalayak, dan dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana pesan yang disampaikan oleh tayangan Koper dan Ransel tersebut benar-benar dapat menunjukkan kenyataan sesuai dengan yang sebenarnya sehingga khalayak (responden) pada akhirnya tidak merasa kecewa setelah menonton tayangan tersebut.

d. Kejelasan makna pesan (content) : merupakan segala sesuatu yang termuat dan terkandung dalam tayangan Koper dan Ransel. Dalam hal ini yang perlu dipertanyakan adalah apakah isi pesan yang disampaikan tayangan Koper dan Ransel memberikan kejelasan yang dapat dimengerti oleh responden dan apakah pesan atau informasi yang disampaikan tayangan tersebut mempunyai arti bagi audiensinya serta bermanfaat dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi responden.

e. Kejelasan isi pesan (clarity) : untuk mengetahui apakah pesan yang disampaikan tayangan Koper dan Ransel menggunakan bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh responden sehingga isi pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik oleh responden.

Variabel Terikat (Minat Wisata)

Pada penelitian ini, minat wisata disini merupakan keinginan masyarakat untuk mengunjungi daerah wisata yang pernah ditayangkan di acara Koper dan Ransel sebagai tujuan wisata ataupun mengunjungi kembali daerah wisata tersebut.

a. Perhatian dan ketertarikan : untuk mengetahui apakah perhatian dan ketertarikan responden terhadap tayangan Koper dan Ransel dapat mempengaruhi minat responden untuk melakukan perjalanan wisata.


(21)

b. Penyediaan dana dan waktu : seberapa besar perhatian responden untuk kegiatan wisata dapat dilihat dengan penyediaan dana dan waktu untuk kegiatan wisata. Penyediaan waktu misalnya, berapa lama waktu yang diperlukan untuk berwisata sedangkan penyediaan dana yaitu apakah responden mempunyai anggaran khusus untuk kegiatan wisata.

c. Ingin berwisata : untuk mengetahui apakah responden memiliki keinginan (minat) untuk melakukan perjalanan wisata setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV.

d. Alternatif wisata : merupakan pilihan gaya berwisata yang dipilih responden dalam melakukan perjalanan wisata, apakah mengikuti gaya liburan ala Koper dengan fasilitas yang serba mewah tetapi mengeluarkan biaya yang mahal atau liburan ala Ransel dengan fasilitas sederhana dan biaya hemat.

e. Frekuensi ingin mengunjungi kembali tempat wisata : intensitas melakukan kunjungan kembali ke tempat wisata yang telah dikunjungi. Dengan melihat minat dan frekuensi responden dalam mengunjungi kembali tempat wisata yang telah mereka kunjungi, maka ini dapat memberikan gambaran tentang minat wisata responden tersebut, apabila semakin tinggi frekuensinya berarti minat wisatanya juga tinggi. Selain itu juga melihat apa yang menjadi pilihan responden dalam melakukan kegiatan wisata.

Variabel Antara (Karakteristik Responden)

Merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

a. Jenis kelamin : jenis kelamin (pria/wanita) responden. b. Usia : tingkatan umur responden.


(22)

d. Pekerjaan : mata pencaharian yang dimiliki oleh responden. e. Penghasilan : jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh responden.

1.10. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion dalam Rakhmat (2004:14) hipotesis adalah penghubung antara teori dengan dunia empiris.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara tayangan Koper dan Ransel terhadap minat wisata masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai.

Ha : Terdapat hubungan antara tayangan Koper dan Ransel terhadap minat wisata masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai.


(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara umum

Secara etimologis atau menurut asal usul katanya, istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna mengenai suatu hal. Jadi, kalau dua orang terlibat komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang yang dipercakapkan (Effendy, 2004:9).

Sedangkan secara terminologis atau berdasarkan istilah, Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2004:10) berpendapat bahwa komunikasi merupakan upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

Pengertian komunikasi secara paradigmatik

Dalam pengertian paradigmatik, Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy (2002:5) berpendapat bahwa komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dan sebagainya.

Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatik bersifat intensional (intentional), mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan


(24)

yang dijadikan sasaran. Adapun pengertian komunikasi secara paradigmatik adalah komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2002:5).

2.1.2. Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan’’ pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2004:11). Proses komunikasi secara primer biasanya berlangsung secara tatap muka (face-to-face communication) atau disebut juga sebagai komunikasi langsung (direct communication) dimana komunikasi ini diklasifikasikan menjadi dua jenis; komunikasi antarpersona (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok (group communication).

Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Untuk memperoleh kejelasan, ada baiknya kalau kita kaji model proses komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler dalam bukunya, Marketing Management, berdasarkan paradigma Harold Lasswell (Effendy, 2004:18).


(25)

Gambar 3 : Model proses komunikasi

Unsur-unsur dalam proses komunikasi :

- Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. - Encoding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

- Message : pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

- Decoding : pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

- Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Feedback : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisiensi dalam mencapai khalayak sasaran.

Decoding Receiver

Response Feedback

Noise

Message Media Encoding


(26)

2.1.3. Tujuan dan Fungsi komunikasi

Adapun tujuan dan fungsi komunikasi dapat diuraikan sebagai berikut (Effendy,2004:8) :

Tujuan komunikasi

Perubahan sikap (attitude change)

Perubahan pendapat (opinion change)

Perubahan perilaku (behavior change)

Perubahan sosial (social change)

Inti dari tujuan komunikasi di atas adalah untuk mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan komunikan.

Fungsi komunikasi

Pada umumnya fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut :

Fungsi memberitahu (to inform), contohnya : rambu-rambu lalu lintas, pengumuman melalui radio, televisi, dan lainnya.

Fungsi mendidik (to educate), contohnya : kuliah, ceramah, diskusi, dan lain-lain.

Fungsi membujuk (to persuade), contohnya : iklan, kampanye.

Fungsi menghibur (to entertaint), contohnya : pemutaran lagu atau musik, lawak.

2.1.4. Faktor-faktor Penghambat Komunikasi

Adapun faktor-faktor yang dapat menghambat kelancaran komunikasi menurut Effendy (2002:11-16) adalah sebagai berikut:

a. Hambatan Sosio-antro-psikologis

Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situational context). Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan,


(27)

sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan faktor sosiologis-antropologis-psikologis.

Hambatan Sosiologis

Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan, yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.

Hambatan Antropologis

Manusia, meskipun satu sama lain sama dalam jenisnya sebagai makhluk ”homo sapiens”, tetapi ditakdirkan dalam banyak hal. Berbeda dalam postur, warna kulit, dan kebudayaan, yang pada kelanjutannya berbeda dalam gaya hidup (way of life) , norma, kebiasaan dan bahasa. Dalam melancarkan komunikasinya seorang komunikator tidak akan berhasil apabila tidak mengenal siapa komunikasi yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan ”siapa” disini bukan namayang disandang, melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku apa. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya. Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam pengertian accepted atau secara rohani. Seorang pemirsa televisi mungkin menerima acara yang disiarkan dengan baik karena gambar yang tampil pada pesawat televisi amat terang dan suara keluar amat jelas, tetapi mungkin dia tidak dapat menerimaketika seseorang pembicara pada acara itu mengatakan bahwa daging babi lezat sekali. Si pemirsa tadi hanya menerimanya dalam pengertian accepted. Jadi teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan berfungsi.

Hambatan Psikologis

Faktor psikologis sering sekali menjadi hambatan dalam komunikasi. Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang


(28)

berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Pada orang yang bersikap prasangka emosinya menyebabkan dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan fikiran secara rasional. Emosi sering kali membutakan pikiran dan perasaan terhadap suatu fakta yang bagaimana pun jelas dan tegasnya. Apalagi kalau prasangka itu sudah berakar, seseorang itu tidak dapat lagi berpikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu akan dinilai negatif. Prasangka sebagai faktor psikologis dapat disebabkan oleh aspek antropologis dan sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa, suku bangsa, agama, partai politik, kelompok, dan apa saja yang bagi seseorang merupakan suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan yang tidak enak.

b. Hambatan Semantis

Kalau hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat diri komunikator. Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai ”alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah satu ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinsterpretation), yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommuniation).

d. Hambatan mekanis

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari; suara telepon yang krotokan, ketikan huruf yang buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lain-lain.


(29)

e. Hambatan Ekologis

Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu-lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain pada saat komunikator sedang berpidato.

2. 2. Komunikasi Massa dan Televisi

2. 2. 1. Pengertian Komunikasi Masssa

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright (dalam Ardianto,2004:3) merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner, yang menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kotinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto 2004 : 4).

2. 2. 2. Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa menurut Ardianto (2004, 7-12) adalah sebagai berikut :

a. Komunikator Terlembagaan

Komunikasi itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik. Menurut Wright, bahwa komunikasi itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.


(30)

Komunikasi itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini.

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikator tidak mengenal komunikan (Anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping itu, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang lebih banyak tersebut secara serempak pada waktu ang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbangan Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpesona, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa, yang penting adalah unsur isi.

f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana


(31)

halnya terjadi dalam komunikasi antarpesona. Dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah.

g. Stimulasi Alat Indra ”Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

h. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Komponen umpan balik atau lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apa pun. Efektifitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.

2. 2. 3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (dalam Ardianto,2004:15), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertaiment (hiburan).

a. Surveillance (pengawasan)

Fungsi pengawasan komunkasi massa dibagi dalam bentuk utama : (1) Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental).

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang saham bursa efek, produk-produk baru,


(32)

ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya, adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.

b. Interpretation (penafsiran)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

c. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai)

Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca.

e. Entertaiment (hiburan)

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah mengurangi keterangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali

.

2. 2. 4. Komponen Komunikasi Massa

Adapun komponen-komponen dari komunikasi adalah seperti yang terdapat dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Ardianto, 2004:35) adalah :

a. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa pada umumnya adalah suatu organisasi yang kompleks, yang dalam operasionalnya membutuhkan biaya yang sangat besar.


(33)

b. Pesan

Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang.

c. Media

Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).

d. Khalayak

Dalam strategi komunikasi massa khalayak diperlukan analisis yang seksama karena banyaknya dan kompleksnya khalayak yang dituju.

e. Filter dan Regulator Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya ditujukan kepada massa (khalayak yang heterogen). Khalayak yang heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya, dan sebagainya. Oleh karena itu, pesan tersebut akan difilter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya.

f. Gatekeeper (Penjaga Gawang)

Dalam proses perjalanan sebuah pesan dari sumber media massa kepada penerimanya, gatekeepers ikut terlibat didalamnya. Istulah gatekeepers pertama kali digunakan oleh Kurt Lewin dalam bukunya Human Relation (1974). Fungsi utama gatekeepers adalah menyaring pesan yang diterima seseorang.


(34)

2.2.5. Sejarah Singkat Televisi

Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.

Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun.

Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik dan peekembangannya berlanjut hingga tahun 2008 dan seterusnya, menyusul perkembangan televisi digital di negara-negara Amerika dan Eropa, Indonesia juga akan menerapkan sistem penyiaran Televisi digital (Digital Television/DTV) adalah jenis TV yang menggunakan Modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi (http:/id.wikipedia.org/wiki/sejarah televisi).

2.2.6. Siaran Televisi di Indonesia

Siaran televisi pertama di Indonesia ditayangkan pada tanggal 17 Agustus 1962 bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke XVII. Siaran tersebut berlangsung mulai pukul 07.30 sampai pukul 11.02 waktu Indonesia bagian barat untuk meliput upacara peringatan hari Proklamasi di Istana Negara. Televisi Republik Indonesia (TVRI) baru melaksanakan siaran secara kontinyu 24 Agustus 1962. Liputan perdananya adalah upacara pembukaan Asian Games ke IV di Stadion Utama Senayan


(35)

Jakarta. Saat ini siaran televisi di Indonesia telah dapat menjangkau di duapuluh tujuh propinsi di seluruh Indonesia berkat pemanfaatan satelit Palapa yang mampu pula menjangkau wilayah Asean

Perusahaan-perusahaan televisi besar bermunculan di Amerika Serikat seperti NBC, CBS. Duapuluh tahun sebelum kehadiran televisi di Indonesia yaitu pada tahun 1942, CBS telah menyiarkan berita serbuan pasukan Jepang ke pelabuhan Pearl Harbour Hawaii, Amerika Serikat. Akibat serbuan Jepang ini Pemerintah Amerika Serikat memerintahkan untuk menghentikan semua pembangunan studio radio dan televisi. Stasiun ini digunakan untuk keperluan pertahanan sipil, tempat latihan dan perintah-perintah dari Palang Merah. Stasiun WNET telah menyiarkan film penyerahan pasukan Jepang diatas kapal Missisipi.

Televisi berwarna diperkenalkan pada tahun 1953 di negeri ini. Televisi kabel diperkenalkan untuk menjawab ketidakmerataan penerimaan gelombang televisi di di daerah-daerah di Amerika Serikat. Tahun 1940-an teknologi ini diperkenalkan dengan menggunakan bantuan antena besar yang diletakkan di daerah yang tinggi kemudian sinyal diterima oleh antena yang lain untuk selanjutnya disalurkan melalui kabel (jenis coaxial) ke pesawat televis

2.2.7. Fungsi Televisi

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi, dan pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. Untuk lebih jelasnya Effendy (1994:27–30) menjelaskan tiga fungsi pokok dari televisi, yaitu :


(36)

a. Fungsi Penerangan (the information function)

Televisi mendapat perhatian yang besar di kalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh 2(dua) faktor sebagai berikut :

Immediacy (kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapay dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung.

Realism (kenyataan)

Ini berarti bahwa televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan.

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk pandangan mata atau berita yang dibacakan penyiar dilengkapi dengan gambar-gambar yang sudah tentu faktual.

b. Fungsi pendidikan (the educational function)

Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik, dan sebagainya. Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan seperti di atas, stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang implicit mengandung pendidikan. Antara lain acara-acaranya adalah kuis keluarga, drama, cerdas tangkas, dan sebagainya.

c. Fungsi hiburan (the entertainment function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televise tampaknya lebih dominant dari fungsi lainnya. Sebagian besar dari alokasi


(37)

waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan, seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah.

2.3. Teori Kultivasi

Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Gerbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia.

Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum. Gerbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254).


(38)

Ada beberapa tahap riset yang dilakukan untuk meneliti mengenai agresi sebagai efek komunikasi massa. Di Amerika Serikat semenjak tahun 1950-an telah ada usaha untuk dilakukan untuk meneliti hubungan antara adegan kekerasan yang ditonton oleh khalayak dengan perilaku agresi. Riset yang dilakukan ini mayoritas lahir disebabkan oleh karena ada kecemasan akibat semakin meningkatnya proporsi adegan kekerasan dalam televisi. Sebagai bukti tingginya tayangan kekerasan di televisi diperlihatkan dengan hasil riset analisis isi yang dilakukan George Gerbner di tahun 1978 yang menunjukan 80 sampai dengan 90 persen adegan yang ada dalam program televisi di Amerika Serikat berisi adegan kekerasan.

Menurut Baron dan Byrne terdapat tiga fase riset mengenai kultivasi. Pertama adalah fase Bobo Doll, kedua adalah fase penelitian laboratorium dan ketiga adalah fase riset lapangan. Fase pertama dirintis oleh Bandura dan kawan-kawannya yang mencoba meneliti apakah anak-anak yang melihat orang dewas melakukan tindakan agresi juga akan melakukan agresi sebagaimana yang mereka lihat. Seratus anak-anak setingkat taman kanak-kanak dibagi ke dalam empat kelompok, dengan treatment yang berbeda. Satu kelompok pertama melihat seorang dewasa menyerang boneka balon Bobo Doll sambil berteriak garang, “Hantam! Sikat hidungnya!”. Kelompok kedua dari anak-anak tersebut melihat tindakan yang sama dalam film berwarna pada pesawat televisi. Kelompok ketiga juga melihat adegan film televisi, namun yang tidak menampilkan adegan kekerasan. kelompok terakhir, sama sekali tidak diberi akses menonton adegan kekerasan sama sekali. Setelah treatment tersebut setiap anak diberikan waktu untuk bermain selama 20 menit sembari diamati melalui kaca yang tembus pandang. Di ruangan bermain disediakan Bobo Doll dan alat-alat permainan lainnya, dan terbukti kelompok pertama dan kedua melakukan tindakan agresif, sebanayk 80 – 90 persen dari jumlah kelompok tersebut.

Fase kedua penelitian kultivasi yang mencoba mengganti obyek perilaku agresif secara lebih realistis, yaitu bukan lagi boneka plastik melainkan manusia. Adegan kekerasan


(39)

diambilkan dari film-film yang dilihat para remaja yaitu film serial televisi The Untouchtables. Liebert dan Baron, yang melakukan penelitian generasi kedua ini di tahun 1972, membagi para remaja menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama melihat film The Untouchtables yang berisi beragam adegan kekerasan, dan yang kedua melihat adegan menarik dari televisi tapi tidak dibumbui adegan kekersan sama sekali. Kemudian mereka diberi kesempatan untuk menekan tombol merah yang dikatakan dapat menyakiti remaja yang berada di ruangan lain. ternyata kelompok pertama lebih banyak dan lebih lama menekan tombol merah daripada kelompok kedua.

Fase ketiga dilakukan Layens dan kawan-kawan di Belgia tahun 1975. Perilaku agresif diamati pada situasi ilmiah bukan di laboratorium dan dengan jangka waktu yang lama. kegiatan obyek yang diteliti juga tidak diganggu sama sekali. Mereka dibagi kedalam dua kelompok, di mana kelompok pertama menonton lima film berisi adegan kekerasan selama seminggu dan kelompok kedua menonton lima film tanpa adegan kekerasan. Selama seminggu itu pula perilaku mereka diamati secara intens, dan ternyata kelompok pertama lebih sering melakukan adegan kekerasan

Ringkasnya, Gerbner meringkaskan teori Kultivasi dalam enam preposisi sebagai berikut (Winarso, 2005:100) :

• Televisi merupakan suatu media yang unik yang memerlukan pendekatan khusus untuk diteliti.

Pesan-pesan televisi membentuk sebuah sistem yang koheren, mainstream dari budaya kita.

• Sistem-sistem isi pesan tersebut memberikan tanda-tanda untuk kultivasi.

• Analisis kultivasi memfokuskan pada sumbangan televisi terhadap waktu untuk berfikir dan bertindak dari golongan-golongan sosial yang besar dan heterogen.


(40)

• Analisis kultivasi memfokuskan pada penstabilan dan penyamaan akibat-akibat.

2.4. Model AIDDA

Dalam proses komunikasi, kita harus menerapkan strategi komunikasi yang tepat, sehingga memungkinkan komunikator sebagai pelaksana mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Dengan demikian strategi komunikasi, peranan komunikator sangatlah penting, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar.

Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa untuk melancarkan komunikasi lebih baik menggunakan A-A Procedure atau from Attention in Action Procedure yang berarti agar komunikan dalam melakukan kegiatan dimulai dahulu dengan menumbuhkan perhatian baru diakhiri dengan aksi/kegiatan (Onong, 2002:25).

A-A Procedure sebenarnya adalah penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat dengan AIDDA, yaitu Attention (perhatian), Interest (ketertarikan), Desire (hasrat/minat), Decision (keputusan), dan Action (aksi/kegiatan).

Proses pentahapan komunikasi mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini, komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator (source atractiveness). Seorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa ikut serta dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian merupakan awal kesuksesan komunikasi. Perhatian adalah efek permulaan dari komunikasi. Apabila perhatian


(41)

komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menimbulkan ketertarikan (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Ketertarikan adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya minat (desire), yang diperlukan komunikan untuk melakukan suatu kegiatan sesuai dengan harapan komunikator.

Jadi, proses AIDDA dimulai dengan adanya kegiatan untuk membangkitkan perhatian, menumbuhkan minat melalui pesan yang berisi informasi yang disampaikan komunikator dan akhirnya diambil keputusan untuk bertindak terhadap pesan tersebut. Dengan kata lain, inti dari teori AIDDA adalah rangkaian proses menyusun penyampaian pesan yang mampu membangkitkan, menggugah rasa tertarik khalayak sehingga timbul keinginan untuk bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.

Penerimaan pesan-pesan yang ditawarkan oleh tayangan Koper dan Ransel yang ditayangkan di TRANS TV kepada pemirsanya, khususnya masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai melalui beberapa tahapan dan prosedur sebagai berikut :

A = Attention (perhatian)

Dalam hal ini perhatian muncul dari pihak komunikan, yakni masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV.

I = Interest (ketertarikan)

Komunikan, yakni masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai memberikan perhatian terhadap tayangan Koper dan Ransel yang mengulas tentang beragam daerah tujuan wisata karena adanya ketertarikan yang datang dari sendiri.


(42)

Merupakan proses dari rasa kepentingan atau ketertarikan lalu komunikan mempunyai kemauan untuk melakukan perjalanan wisata setelah menonton tayangan Koper dan Ransel yang ditayangkan di TRANS TV.

D = Decision (keputusan)

Dengan melalui tiga tahapan di atas, yaitu Attention (perhatian), Interest (ketertarikan), dan Desire (hasrat/minat), maka khalayak menetapkan keputusan untuk melakukan perjalanan wisata atau tidak melakukan perjalanan wisata.

A = Action (aksi/kegiatan)

Setelah melalui empat tahap di atas, maka pada penelitian ini, responden telah memutuskan dan bertindak untuk melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata yang pernah ditayangkan oleh tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV.

Perlu diketahui, karena penelitian ini hendak melihat bagaimana perhatian yang timbul dalam diri masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai setelah melihat tayangan Koper dan Ransel yang mengulas beragam jenis objek dan daerah tujuan wisata di TRANS TV dan apakah perhatian tersebut dapat menimbulkan minat dari responden untuk melakukan perjalanan wisata, maka model AIDDA yang digunakan hanya sampai pada tahap Desire (hasrat/minat) saja, tidak sampai tahap Action (aksi/kegiatan).

2.5. Tayangan Koper dan Ransel

Masyarakat kita saat ini adalah masyarakat yang selalu haus akan tayangan. Pada saat yang sama masyarakat kita ini adalah masyarakat yang konsumeristis, budaya konsumerisme ini merupakan suatu panggung yang didalamnya produk-produk konsumer menjadi satu medium pembentukan-pembentukan individu-individu, gaya-gaya, citra-citra. Lewat televisi,


(43)

produk-produk ditawarkan dalam pencitraan-pencitraan lewat iklan dan dalam bentuk tayangan-tayangan yang lain. Sementara di lain pihak, karena indoktrinasi yang luar biasa dari media televisi, para konsumer pun dirangsang untuk berlomba dalam mendapatkan produk-produk baru (barang bahkan jasa, pariwisata dan lain-lain), citra-citra baru dan gaya-gaya baru.

Tayangan Koper dan Ransel merupakan salah satu tayangan dari stasisun televisi swasta yang dapat memenuhi kebutuhan khalayak akan informasi mengenai dunia pariwisata karena tayangan yang ditayangkan di TRANS TV ini mengulas beragam jenis objek dan daerah tujuan wisata yang diharapkan berguna sebagai panduan wisata bagi para pemirsanya.

Tayangan yang ditayangkan setiap hari Sabtu pada pukul 10.30 Wib dan berdurasi selama tiga puluh menit ini dipandu oleh Jor Richard dan Andrea Lee dimana mereka akan mengulas daerah tujuan wisata dengan tempat dan gaya yang berbeda. Andrea akan memandu gaya wisata yang berfasilitaskan serba mewah yang disebut dengan ala Koper, sedangkan Joe Richard akan memandu gaya wisata yang serba hemat yang disebut dengan ala Ransel.

Dengan penyajian yang berbeda dengan reality show wisata yang ada di berbagai stasiun televisi swasta lainnya diharapkan mampu menumbuhkan perhatian dan ketertarikan para pemirsa untuk selalu menonton tayangan tersebut, dan tidak menutup kemungkinan bahwa setelah menonton tayangan yang menyajikan beragam objek wisata tersebut akan menimbulkan minat pemirsa untuk mengunjungi daerah tujuan wisata yang pernah ditayangkan pada tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV.


(44)

2.6. Minat Wisata

2.6.1. Pengertian Minat

Bentuk konkret dari efek adalah perubahan sikap, pendapat, kelakuan dan tumbuhnya minat yang merupakan akibat dari rangsangan yang menyentuhnya baik itu bersifat langsung maupun lewat media massa.

Minat menurut Umi Chulsum, dkk dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah keinginan yang kuat, gairah; kecendrungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu.minat merupakan momen dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Pada minat ini terdapat pengenalan (kognitif), dan kemampuan (konatif), baik dalam perubahan sikap maupun tindakan.

Sedangkan menurut Hurlock (1992:115), minat selalu berkaitan dengan bobot emosional yang akan menentukan seberapa lama minat akan bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu. Jadi dapat dikatakan bahwa minat sangat dipengaruhi perangsang atau stimulus.

Jadi dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah sikap yang dapat menimbulkan perhatian, pemuasan rasa keingintahuan dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri seseorang yang muncul akibat adanya objek tertentu.

Adapun ciri-ciri minat yang dapat dilihat dari uraian tersebut adalah :

• Objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

• Minat tidak dibawa sejak lahir.

• Minat dapat berubah-ubah (situasional atau temporal)

• Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek (Wijaya, 1993:45).


(45)

Berbicara tentang minat di pihak komunikan, dapat ditemukan bahwa minat akan timbul bila ada unsur-unsur sebagai berikut :

• Terjadinya sesuatu hal yang menarik.

• Terdapatnya kontras, yaitu hal yang satu dengan yang lainnya, sehingga apa yang menonjol itu menimbulkan perhatian.

• Terdapatnya harapan untuk mendapatkan suatu pemahaman terhadap hal yang dimaksud. Pada semua usia, minat memainkan peran yang penting terhadap seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi. Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang.

Minat mempunyai dua aspek, yaitu aspek kognitif dan afektif. Kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Sedangkan afektif adalah bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Afektif mempunyai kelebihan yaitu mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan dan cenderung lebih tahan terhadap perubahan (Hurlock, 1992:117).

2.6.2. Pengertian Wisata

Pengertian tentang wisata dirumuskan oleh Institute of Tourism in Britain (1976) yang mengemukakan wisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut (Pendit, 2003:33).

Menurut Cohen (dalam Ross, 1998:5), wisatawan adalah seorang pelancong yang melakukan perjalan atas kemauan sendiri untuk waktu sementara saja, dengan harapan


(46)

mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang.

Adapun ciri-ciri dari wisatawan menurut Burkart dan Medlik (dalam Ross, 1998:4) adalah sebagai berikut :

• Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di berbagai tempat tujuan.

• Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari; karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan.

• Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Denai

Kelurahan Denai merupakan salah salah satu kelurahan yang berada di kawasan Kecamatan Medan Denai. Kelurahan Denai memiliki luas 125,5 Ha dan merupakan salah satu kelurahan yang cukup strategis dan memiliki keadaan geografis yang merupakan daratan bebas banjir dengan udara yang sehat bebas dari polusi.

Kelurahan Denai berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut :

− Di sebelah Utara, Kelurahan Denai berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

− Di sebelah Barat, Kelurahan Denai berbatasan dengan Sungai Denai.

− Di sebelah Selatan, Kelurahan Denai berbatasan dengan Kelurahan Menteng.

− Di sebelah Timur, Kelurahan Denai berbatasan dengan parit PTPN II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta Kelurahan Denai (terlampir).

Kelurahan Denai terdiri dari 9 lingkungan. Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan ini, jumlah penduduk kelurahan Denai pada tahun 2006 lalu berkisar 14.707 jiwa sedangkan sekarang (tahun 2008) bertambah menjadi 16.984 jiwa dari 3.342 kepala keluarga, yang terdiri dari 8.251 berjenis kelamin laki-laki dan 8.733 perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :


(48)

Tabel 1

Penyebaran Jumlah Penduduk

Lingkungan Kepala Keluarga

Jumlah Penduduk

I 423 2107

II 515 2754

III 310 1303

IV 395 1650

V 355 1652

VI 685 3227

VII 250 1384

VIII 146 1225

IX 263 1682

TOTAL 3342 16984 Sumber : Kantor Kelurahan Denai Februari 2008

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk Kelurahan Denai yang tersebar di sembilan lingkungan. Jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada lingkungan VI, hal ini mungkin dikarenakan luas daerah di lingkungan tersebut lebih luas dari lingkungan lainnya.

Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 8251

2. Perempuan 8733

TOTAL 16984 Sumber : Kantor Kelurahan Denai Februari 2008

Masyarakat Kelurahan Denai sangat didominasi oleh penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki.

Di dalam penelitian ini, peneliti membatasi umur responden yakni antara 16 tahun sampai dengan 50 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Denai, maka jumlah penduduk yang berusia 16 tahun sampai dengan 50 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(49)

Tabel 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Dewasa

No. Kelompok Usia Jumlah

1. 16 – 21 tahun 2210

2. 22 – 27 tahun 1950

3. 28 – 33 tahun 1523

4. 34 – 39 tahun 988

5. 40 – 45 tahun 972

6. 46 – 50 tahun 703

TOTAL 8346 Sumber : Kantor Kelurahan Denai Februari 2008

3.1.2. Luas Kelurahan Denai

Adapun luas Kelurahan Denai adalah sebagai berikut :

− Luas pemukiman = 113,25 Ha

− Luas kuburan = 2 Ha

− Luas pekarangan = 5 Ha

− Luas perkantoran = 0,25 Ha

− Total luas = 125,5 Ha

3.1.3. Struktur Organisasi Kelurahan Denai

Organisasi adalah suatu perkumpulan dalam bentuk formal maupun tidak formal yang terdiri dari beberapa orang yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Oleh karena itu, diperlukan sebuah koordinasi dari atasan ke bawahan maupun sebaliknya. Semua itu dialukan demi mewujudkan hubungan dan kerjasama yang harmonis untuk pelaksanaan tugas yang lebih lancar.

Struktur organisasi juga merupakan suatu cara untuk melakukan tugas dan tanggung jawab serta menetapkan hubungan atau unsur-unsur organisasi dengan organisasi lainnya hingga memungkinkan seseorang dapat bekerjasama dengan baik dan seefektif mungkin.


(50)

Dalam menjalankan tugasnya. Lurah dibantu Sekretaris dan Kelompok Jabatan Fungsional, dan ada terdapat beberapa Seksi/Staf yang bertanggung jawab langsung kepada Lurah yang bertugas melakukan seluruh proses administrasi dan kearsipan di Kelurahan Denai. Sedangkan Kepala Lingkungan juga langsung bertanggung jawab kepada Lurah. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari bagan struktur organisasi Kelurahan Denai berikut ini :

Gambar 4 :

Bagan Struktur Organisasi Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai

Sumber : Kantor Kelurahan Denai Februari 2008 LURAH Hendra D. Siregar, S.Stp

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretaris

Iskandar

Seksi Pemerintahan Siti L. Hasibuan

Seksi Trantib Syahifuddin

Batubara

Seksi Kesejahteraan

Masyarakat Seksi Ekonomi

Pembangunan Aulia Ahmad

Seksi Umum Sri Handayani


(51)

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang berusaha menjelaskan kemunculan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam penjelasan antara dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua objek, dan apabila ada seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

Kelebihan metode korelasional adalah dapat mengukur hubungan diantara berbagai variabel, meramalkan variabel tak bebas, dan memudahkan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental (Rakhmat, 2002:43).

Kelemahan metode ini adalah korelasi tidak selalu menunjukkan hubungan kausalitas, walaupun kadang-kadang korelasi yang tinggi dapat menunjukkan hubungan sebab akibat (Rakhmat, 2002:40).

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. (Nawawi, 1995:141).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai yang berusia antara 16 – 50 tahun yaitu sebanyak 8.346 orang, alasannya karena pada usia tersebut dianggap sudah dapat mengambil keputusan.


(52)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1995:144). Berdasarkan data populasi yang ada, maka untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayan 90% yaitu sebagai berikut :

( )

2

+

1

=

d

N

N

n

( )

0,1 1 346 . 8 346 . 8 2 + = n 46 , 84 346 . 8 = n

n = 98,81

99

=

n orang

Keterangan : N : jumlah populasi

n : jumlah sampel yang dicari

2

d : nilai presisi

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 99 orang, sedangkan untuk menentukan responden yang berhak dijadikan sampel digunakan teknik proporsional random sampling dengan rumus :

N

n

n

N

1

=

1

×

Keterangan : N : Jumlah sampel tiap lingkungan 1 n : Jumlah sampel

1

n : Jumlah populasi tiap lingkungan N : Populasi


(53)

Berdasarkan rumus tadi maka dapat dihitung sampel yang terpilih pada setiap lingkungan, yakni :

Tabel 4

Jumlah Populasi Penelitian

Lingkungan Jumlah Populasi Usia 16 – 50 tahun

Jumlah Sampel

I 1027 12

II 853 10

III 912 11

IV 782 9

V 1038 13

VI 876 11

VII 748 9

VIII 1087 13

IX 923 11

TOTAL 8346 99

Selanjutnya, teknik penarikan sampel yamg digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Teknik Purposive Sampling,

Pengambilan sampel dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

− Masyarakat Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai yang prnah menonton tayangan Koper dan Ransel

− Masyarakat yang berusia antara 16-50 tahun. b. Teknik Accidental Sampling

Yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil siapa saja yang ada atau kebetulan ditemui yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Rakhmat, 2002:81). Dalam penelitian ini, penelitian langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemuii sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi.


(1)

20

21

22

23

24

III. Minat Wisata

12.Apakah Anda sering melakukan perjalanan wisata? 1. Jarang

2. Hanya pada waktu senggang saja 25

3. Ya, hampir setiap bulan

13.Apakah tayangan Koper dan Ransel menarik perhatian Anda terhadap dunia pariwisata?

1. Tidak menarik

2. Menarik 26

3. Sangat menarik

14.Apakah tayangan Koper dan Ransel menarik minat Anda terhadap suatu daerah tujuan wisata?

1. Tidak menarik

2. Menarik 27

3. Sangat menarik

6. Tampilan peta dan penulisan lokasi wisata.

1. Tidak jelas 2. Jelas 3. Sangat jelas 7. Penyajian gaya wisata, yakni ala

Koper dan ala Ransel.

1. Tidak menarik 2. Menarik 3. Sangat menarik 8. Tips untuk berwisata

1. Tidak berguna 2. Berguna 3. Sangat berguna 9. Durasi lamanya penayangan setiap

episode (30 menit)

1. Tidak cukup 2. Cukup 3. Sangat cukup 10. Waktu penanyangan (hari Sabtu pukul

10.30 s/d 11.00 Wib)

1. Tidak tepat 2. Tepat 3. Sangat tepat


(2)

15.Menurut Anda apakah informasi yang disajikan tayangan Koper dan Ransel dapat bermanfaat dijadikan sebagai panduan berwisata?

1. Tidak bermanfaat

2. Bermanfaat 28

3. Sangat bermanfaat

16.Apakah Anda bersedia meluangkan waktu dan mengeluarkan biaya Anda untuk melakukan perjalanan wisata?

1. Tidak bersedia 29

2. Bersedia

3. Sangat bersedia

17.Menurut Anda apakah daerah tujuan wisata yang ditayangkan dalam tayangan Koper dan Ransel memungkinkan untuk dikunjungi?

1. Tidak Mungkin 30

2. Kadang-kadang

3. Mungkin, karena selalu menyajikan daerah tujuan wisata yang mudah untuk dikunjungi

18.Setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV, apakah Anda berkeinginan untuk mengunjungi daerah wisata yang pernah ditayangkan oleh tayangan tersebut?

1. Tidak ingin 31

2. Ingin 3. Sangat ingin

19.Apakah tayangan Koper dan Ransel pernah membuat Anda mengambil keputusan untuk berwisata ke daerah tujuan wisata yang pernah ditayangkan pada tayangan tersebut?

1. Tidak pernah 32

2. Kadang-kadang


(3)

20.Apakah Anda pernah melakukan perjalanan wisata karena melihat daerah tujuan wisata yang menarik yang pernah ditayangkan dalam tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV?

1. Tidak pernah 33

2. Kadang-kadang 3. Pernah

21.Setelah menonton tayangan Koper dan ransel di TRANS TV, gaya berwisata manakah yang sering Anda lakukan?

34

35

22.Apakah Anda tertarik untuk mengunjungi kembali daerah tujuan wisata yang pernah Anda kunjungi?

1. Tidak tertarik

2. Tertarik 36

3. Sangat tertarik

23.Bagaimanakah tanggapan Anda secara khusus tentang tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV?

1. Tidak bagus dan tidak menarik

2. Bagus dan menarik 37

3. Sangat bagus dan sangat menarik

24.Saran-saran Anda untuk tayangan Koper dan Ransel di TRANS TV :

……… ……… ………

No. Jenis gaya wisata Jawaban

1. Ala Koper (fasilitas mewah dengan biaya yang mahal)

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Sering 2. Ala Ransel (fasilitas standar dengan

biaya murah)

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Sering


(4)

BIODATA

Nama

: Kiki Wulandari Sidabalok

NIM

: 040904083

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 18 November 1986

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Jermal III Gg. Muara No. 5 Medan

Pendidikan

: TK Asahan Bhakti Medan

SD Negeri 067241Medan

SLTP Negeri 13 Medan

SMK Telekomunikasi Sandhy Putra Medan

Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Nama Orangtua

:

Ayah

: H. Donald Sidabalok

Ibu

: Hj. Sutarjiati

Saudara Kandung : Tofan Erlangga Sidabalok, SE

Tommy Prayoga Sidabalok, S.Stp

Nisa Pratiwi Sidabalok


(5)

KUESIONER

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Baca dan jawablah setiap pertanyaan, tanpa ada yang terlewatkan. 2. Isilah jawaban Anda dengan jujur, benar, dan jelas.

3. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih.

4. Perhatikan petunujuk yang terdapat dalam pertanyaan untuk menghindari terjadinya kesalahan pengisian.

5. Kotak kode yang terletak pada ruas kanan, mohon untuk tidak diisi.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mengisi kusioner ini. Selamat bekerja...

1 2 Tayangan ”Koper dan Ransel” dan Minat Wisata

I. Karakteristik Responden 1. Usia :

1. 16 – 22 tahun

2. 23 – 39 tahun 3 3. 30 – 46 tahun

4. ≥ 37 tahun 2. Jenis Kelamin :

1. Pria 4

2. Wanita

3. Pendidikan terakhir :

1. SLTP

2. SLTA 5

3. Diploma 4. Sarjana


(6)

BIODATA

Nama

: Kiki Wulandari Sidabalok

NIM

: 040904083

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 18 November 1986

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Jermal III Gg. Muara No. 5 Medan

Pendidikan

: TK Asahan Bhakti Medan

SD Negeri 067241Medan

SLTP Negeri 13 Medan

SMK Telekomunikasi Sandhy Putra Medan

Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Nama Orangtua

:

Ayah

: H. Donald Sidabalok

Ibu

: Hj. Sutarjiati

Saudara Kandung : Tofan Erlangga Sidabalok, SE

Tommy Prayoga Sidabalok, S.Stp

Nisa Pratiwi Sidabalok


Dokumen yang terkait

Tayangan Iklan dan Brand Awareness Khalayak (Studi Korelasional Iklan NutriSari Versi Joshua Suherman Di Televisi Swasta Indonesia Terhadap Brand Awareness Para Atlet Baseball dan Softball PengCab Perbasasi Medan)

5 84 111

Tayangan The Golden Ways dan Motivasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan The Golden Ways di Metro TV terhadap Peningkatan Motivasi Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area)

0 45 118

Tayangan Jejak Petulang Dan Minat Berpetualang Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap Minat Berpetualang Siswa SMA Negeri 1 Berastagi)

6 41 118

Tayangan Debat Capres Dan Citra Capres (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Debat Capres di TV terhadap Peningkatan Citra Capres RI pada Masa Pemilihan Umum Presiden 2009 di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

1 53 153

Tayangan otomotif SmartDrive dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Otomotif SmartDrive di Metro TV terhadap Minat menonton di Kalangan Masyarakat Lingkungan VI Kelurahan Pangkalan Mashyur, Kecamatan Medan Johor di Kota Medan)

2 40 97

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 38 116

Tayangan Koper Dan Ransel Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa FISIP-USU)

0 39 124

Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Musik Dahsyat Di Rcti Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional Tentang Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Musik Dahsyat di RCTI dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu

3 55 106

Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” Di Metro Tv Dan Konsep Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” di Metro TV Terhadap Konsep Diri Mahasiswa FISIP USU)

2 38 89

TAYANGAN “WISATA KULINER” DAN KEPUASAN (Studi Korelasi Antara Motivasi Menonton Tayangan “Wisata Kuliner” di Trans TV Dan Kepuasan Penonton dikalangan Mahasiswa AMPTA Yogyakarta Tahun Ajaran 2008

0 8 131