kemungkinan posisi hidroperoksida yang terbentuk. Hal ini berarti akan semakin banyak jenis produk degradasi asam lemak yang bersangkutan seperti akan dijelaskan
di bawah ini. Apriyanto, 2002 Hidroperoksida asam lemak tak jenuh yang terbentuk karena oksidasi sangat
tidak stabil dan mudah mengalami pemecahan menjadi berbagai senyawa flavor dan juga produk nonvolatil. Dekomposisi hidroperoksida berlangsung melibatkan
pemutusan gugus-OOH sehingga terbentuk radikal alkoksil dan radikal hidroksil. Radikal alkoksil ini kemudian mengalami pemutusan beta pada rantai C-C sehingga
terbentuk aldehid dan radikal alkil atau vinil. Berbagai jenis senyawa dihasilkan dari degradasi lipid diantaranya hidrokarbon, aldehid, keton, asam karboksilat, alkohol
dan heterosiklik Apriyanto, 2002. Di samping dapat menurunkan jumlah lipid yang dapat dicerna dan tersedia
sebagai sumber energi, oksidasi lipid juga dapat menghasilkan senyawa-senyawa radikal. Senyawa-senyawa radikal dalam bahan pangan dapat terserap ke dalam tubuh
kemudian dapat memicu terbentuknya senyawa radikal dalam tubuh. Senyawa radikal dalam tubuh berperan dalam menentukan proses penuaan aging, terjadinya
aterosklerosis dan penyakit jantung koroner Apriyanto, 2002.
2.3. Malondialdehid MDA Sebagai Penanda Peroksidasi Lipid
Peroksidasi lipid dalam bahan pangan akan terdekomposisi menjadi aldehid, keton dan khususnya malonaldehid Gambar 2. Senyawa-senyawa karbonil ini akan
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
bereaksi dengan gugus amino protein melalui reaksi amino-karbonil dan pembentukan basa Schiff. Reaksi malonaldehid dengan rantai samping lisil akan
mengakibatkan cross-linking dan polimerisasi protein. Reaksi ini berdampak pada menurunnya nilai gizi protein dan dapat menimbulkan off-flavour Apriyanto, 2002.
Gambar 2. MDA Sebagai produk akhir peroksidasi lipid
2.4. Radikal Bebas dan Sistem Pertahanan Tubuh
Reaksi radikal bebas sebenarnya adalah suatu mekanisme biokimia yang normal terjadi dalam tubuh. Radikal bebas biasanya hanya bersifat intermediat
perantara, dan kemudian cepat diubah menjadi substansi lain yang tidak lagi membahayakan tubuh. Misalnya, hormon-hormon prostaglandin dibentuk melalui
suatu seri reaksi radikal bebas atau reaksi detoksifikasi racun yang masuk ke dalam
tubuh yang juga mengikutsertakan radikal bebas. Jika pada kesempatan yang berumur
sangat pendek ini, radikal bebas bertemu DNA atau enzim atau asam lemak majemuk tak jenuh polyunsaturated fats, maka suatu permulaan kerusakan sel dapat terjadi
Husaini, 2001.
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
Senyawa-senyawa maupun reaksi-reaksi kimia yang cenderung menghasilkan spesies oksigen reaktif spesies oksigen yang potensial toksik disebut pro-oksidan.
Radikal bebas adalah atommolekul yang pada kulit terluarnya mengandung satulebih elektron tak berpasangan. Tidak semua spesies oksigen reaktif adalah
radikal bebas umpamanya H
2
O
2
singlet oksigen bukan radikal bebas, tetapi termasuk spesies oksigen reaktif. Karena adanya kecenderungan mengambil sebuah
elektron e- dan senyawa-senyawa lain maka spesies oksigen ini sangat reaktif. Beberapa spesies oksigen reaktif yang dijumpai dalam tubuh adalah:
1. Radikal Bebas Superoksida O
2 -
2. Radikal Bebas Hidroksil OH
-
. 3. Radikal Bebas Alkoksil RO
-
4. Radikal Bebas Peroksil ROO
-
5. Peroksida lipid LOOH 6. Hidrogen peroksida H
2
O
2
. 7. Singlet Oksigen IO
2
8. Ion Hipoklorit OCl. Lautan, 1997
Reactive Oxygen Species ROS kemungkinan dilibatkan dalam patofisiologi penyakit manusia, seperti kanker, kardiovaskuler dan juga pada penyakit
neurodegeneratif seperti alzheimer dan parkinson. ROS secara tetap diproduksi oleh reaksi metabolisme dalam tubuh manusia Tuminah, 2000.
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
Radikal bebas tidak stabil dan mempunyai reaktivitas yang tinggi. Jika radikal bebas tidak dinaktivasi, reaktivitasnya dapat merusak seluruh tipe makromolekul
seluler, termasuk karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat. Kerusakan protein oleh radikal bebas dapat menyebabkan katarak, pada lipid menyebabkan aterosklerosis dan
pada DNA menyebabkan kanker. Meskipun demikian radikal bebas tidak selalu merugikan, misalnya, radikal bebas berperan dalam pencegahan penyakit yang
disebabkan karena mikrobia melalui sel-sel darah khusus yang disebut fagosit. Beberapa sumber radikal bebas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Beberapa sumber radikal bebas
Sumber Internal Sumber Eksternal
Mitokondria Fagosit
Xantin oksidase Reaksi yang melibatkan besi dan
logam transisi lainnya Arachidonat pathway
Peroksisome Olahraga
Peradangan Iskemiareperfusi
Rokok sigaret Polutan lingkungan
Radiasi Obat-obatan tertentu, pestisida dan
anastesi dan larutan industri ozon
Tuminah, 2000 Tubuh manusia mempunyai beberapa mekanisme untuk bertahan terhadap
radikal bebas dan ROS lainnya. Pertahanan yang bervariasi saling melengkapi satu dengan yang lain karena bekerja pada oksidan yang berbeda atau dalam bagian
seluler yang berbeda. Suatu garis pertahanan yang penting adalah sistem enzim, termasuk superoksida dismutase SOD, katalase, dan glutation peroksidase. SOD
merupakan golongan enzim antioksidan yang penting dalarn pendekomposisian
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
katalitik radikal superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Katalase secara spesifik mengkatalisis dekomposisi hidrogen peroksida. Glutation peroksidase
merupakan golongan enzim antioksidan yang mengandung selenium yang penting dalam mengurangi hidroperoksida, sebagai contoh: hasil oksidasi lipid
Tuminah, 2000.
2.5. Antioksidan Sebagai Pelindung Kesehatan
Antioksidan dengan berat molekul kecil lainnya ditemukan dalam makanan, yang diketahui adalah vitamin E, vitamin C dan karotenoid. Beberapa makanan juga
mengandung substansi antioksidan lain. Sebagian besar antioksidan yang dijumpai dalam makanan tersebut adalah fenolat atau senyawa polifenolat. Meskipun substansi
tersebut belum diketahui fungsi nutrisinya, akan tetapi mungkin penting bagi kesehatan manusia karena potensi antioksidannya Tuminah, 2000.
Secara fisiologis sebenarnya tubuh sudah mempersiapkan diri untuk menangkal radikal bebas atau oksidan dengan tersedianya antioksidan dalam sistem
intrasel membran, cairan ekstrsel, sitoplasma dan lipoprotein membran. Enzim antioksidan yang dibentuk di dalam tubuh yaitu: superoksida dismutase SOD,
glutation peroksidae, katalase, dan glutation reduktase. Sedangkan antioksidan yang berupa mikronutrien dikenal tiga yang utama, yaitu: -karoten, vitamin C dan
vitamin E Sies et al, 1991.
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibagi menjadi: 1. Tipe pemutus rantai reaksi pembentuk radikal bebas, dengan menyumbangkan atom H, misalnya
vitamin E; 2. Tipe pereduksi, dengan mentransfer atom H atau oksigen, atau bersifat pemulung, misalnya vitamin C; 3. Tipe pengikat logam, mampu mengikat zat
peroksidan, seperti Fe dan Cu, misalnya flavanoid; 4. Antioksidan sekunder, mampu mendekomposisi hidroperoksida menjadi bentuk stabil, pada manusia dikenal
SOD, katalase, dan glutation peroksidase Hariyatmi, 2004. Sejumlah penelitian epidemiologis telah menguji peranan spesifik nutrien
antioksidan dalam pencegahan penyakit. Sebagai contoh: konsumsi vitamin C yang tinggi dikaitkan dengan penurunan risiko kanker. vitamin C atau glutation
dapat membersihkan OH yang sangat reaktif. Fenolat yang merupakan 1 dari kelompok utama komponen makanan non-esensial dikaitkan dengan penghambatan
aterosklerosis dan kanker. Konsumsi vitamin E yang cukup, penting dalam memperkecil resiko penyakit jantung koroner
. Vitamin E
mencegah penyebaran kerusakan oleh radikal bebas dalam membran biologik dengan kemampuannya
membersihkan radikal proksil Tuminah, 2000.
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.6. Sistem Reproduksi Jantan Pada Mencit