II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Timbal
Timbal atau timah hitam Pb merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses
alami maupun buatan. Apabila timbal terhirup atau tertelan oleh manusia, akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan
disimpan di dalam tulang dan gigi. Manusia terkontaminasi timbal melalui udara, debu, air dan makanan.
2.1.1. Sifat fisika dan kimia timbal
Timbal adalah logam berat, dengan nomor atom 82, berat atom 207,19 dan berat jenis 11,34. bersifat lunak dan bewarna biru keabu-abuan dengan kilau logam
yang khas sesaat setelah dipotong. Kilaunya akan segera hilang sejalan dengan pembentukan lapisan oksida pada permukaannya, mempunyai titik leleh 327,5
C dan titik didih 1740
C MSDS, 2005. Lebih dari 95 timbal merupakan senyawa anorganik dan umumnya dalam
bentuk garam timbal anorganik, kurang larut dalam air, dan selebihnya berbentuk timbal organik. Senyawa timbal organik ditemukan dalam bentuk senyawa
tetraethyllead TEL dan tetramethyllead TML. Jenis senyawa ini hampir tidak larut dalam air, namun dapat dengan larut dalam pelarut organik, misalnya dalam lipid
WHO, 1977.
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.1.2. Keracunan timbal
Ukuran keracunan suatu zat ditentukan oleh kadar dan lamanya paparan. Keracunan dibedakan menjadi keracunan akut dan keracunan kronis. Keracunan yang
disebabkan oleh timbal dalam tubuh mempengaruhi berbagai jaringan dan organ tubuh. Organ-organ tubuh yang menjadi sasaran dari keracunan timbal adalah sistem
peredaran darah, sistem saraf, sistem urinaria, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung Darmono, 2001.
Efek yang disebabkan oleh keracunan timbal pada anak-anak dan orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Tingkat Pb di darah pada anak-anak Kelompok
Kadar Pb di darah Efek pada anak-anak
1 1-9 µgdL
Gangguan belajar
2 10-14 µgdL
Gangguan pendengaran, pertumbuhan lamban, masalah
belajar
3 20-44 µgdL
Sakit kepala, Berat badan menurun, dan gangguan sistem
saraf 4
45-69 µgdL Anemia, nyeri perut yang hebat
5 69 µgdL
Kerusakan otak mengakibatkan kematian
Sumber: Center for Disease Control and Prevention, 2000
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada orang dewasa kadar Pb darah 10 µgdL mempengaruhi perkembangan sel darah, kadar 40 µgdL mempengaruhi beberapa fungsi dari kemampuan darah
untuk membentuk hemoglobin, gangguan sistem saraf menyebabkan kelelahan, irritability, kehilangan ingatan, dan reaksi lambat. Pb juga menyebabkan penyakit
ginjal yang kronis dan gagal ginjal, sedangkan pada sistem reproduksi mengakibatkan berkurangnya jumlah sperma atau meningkatnya jumlah sperma yang abnormal. Pada
wanita hamil jumlah yang sangat tinggi akan mengakibatkan keguguran. Kadar Pb ynang tinggi di darah juga dapat menaikkan tekanan darah Shannon, 1998.
2.2. Oksidasi Lipid
Oksidasi lipid biasanya terbentuk melalui proses pembentukan radikal bebas yang terdiri dari tiga proses dasar yaitu:
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
RH, R , RO , ROO , ROOH dan M berturut-turut merupakan simbol untuk asam lemak tidak jenuh atau ester dengan atom H pada atom karbon alilik, radikal
alkil, radikal alkoksil, radikal peroksil, hidroperoksida dan logam transisi Apriyanto, 2002
Pada tahap awal reaksi terjadi pelepasan hidrogen dari asam lemak tidak jenuh secara homolitik sehingga terbentuk radikal alkil yang terjadi karena adanya inisiator
panas, oksigen aktif, logam atau cahaya. Pada keadaan normal radikal alkil cepat bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksil dimana radikal peroksil ini
bereaksi lebih lanjut dengan asam lemak tidak jenuh membentuk hidroperoksida dengan radikal alkil, kemudian radikal alkil yang terbentuk ini bereaksi dengan
oksigen. Reaksi autoksidasi adalah reaksi berantai radikal bebas. Laju reaksi antara radikal alkil dengan oksigen berlangsung cepat, maka kebanyakan radikal bebas
berbentuk radikal peroksil. Akibat hal tersebut, reaksi terminasi utama biasanya melibatkan 2 radikal peroksil.
Laju oksidasi meningkat dengan meningkatnya jumlah ikatan rangkap pada asam lemak, sebagai contoh, asam linoleat 18:2 dioksidasi 10 kali lebih cepat
daripada asam oleat 18:1 dan asam linoleat 18:3 dioksidasi 20-30 kali lebih cepat daripada asam oleat. Hidroperoksida dapat terbentuk pada berbagai posisi dimana
ikatan rangkap berada, sebagai contoh pada asam oleat terdapat 4 hidroperoksida yang dibedakan atas posisi peroksida yaitu dapat pada posisi 8, 9, 10 atau 11.
Semakin banyak ikatan rangkap asam lemak, maka semakin banyak pula
Tengku Muhammad Fauzi: Pengaruh Pemberian Timbal Asetat Dan Vitamin C Terhadap Kadar Molondialdehyde Dan kualitas Spermatozoa Di Dalam Sekresi Epididimis Mencit Albino Mus Musculus L Strain BalBC, 2008.
USU e-Repository © 2008
kemungkinan posisi hidroperoksida yang terbentuk. Hal ini berarti akan semakin banyak jenis produk degradasi asam lemak yang bersangkutan seperti akan dijelaskan
di bawah ini. Apriyanto, 2002 Hidroperoksida asam lemak tak jenuh yang terbentuk karena oksidasi sangat
tidak stabil dan mudah mengalami pemecahan menjadi berbagai senyawa flavor dan juga produk nonvolatil. Dekomposisi hidroperoksida berlangsung melibatkan
pemutusan gugus-OOH sehingga terbentuk radikal alkoksil dan radikal hidroksil. Radikal alkoksil ini kemudian mengalami pemutusan beta pada rantai C-C sehingga
terbentuk aldehid dan radikal alkil atau vinil. Berbagai jenis senyawa dihasilkan dari degradasi lipid diantaranya hidrokarbon, aldehid, keton, asam karboksilat, alkohol
dan heterosiklik Apriyanto, 2002. Di samping dapat menurunkan jumlah lipid yang dapat dicerna dan tersedia
sebagai sumber energi, oksidasi lipid juga dapat menghasilkan senyawa-senyawa radikal. Senyawa-senyawa radikal dalam bahan pangan dapat terserap ke dalam tubuh
kemudian dapat memicu terbentuknya senyawa radikal dalam tubuh. Senyawa radikal dalam tubuh berperan dalam menentukan proses penuaan aging, terjadinya
aterosklerosis dan penyakit jantung koroner Apriyanto, 2002.
2.3. Malondialdehid MDA Sebagai Penanda Peroksidasi Lipid