Fungsi Keteladanan Beragama Keteladanan Beragama 1. Pengertian keteladanan beragama

21

4. Fungsi Keteladanan Beragama

Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah, akhlak, kesenian dan lain-lain. Untuk menciptakan anak yang shaleh, pendidik tidak cukup hanya memberikan prinsip saja, karena yang lebih penting bagi siswa adalah figur yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut. Sehingga sebanyak apapun prinsip yang berikan tanpa disertai dengan contoh tauladan hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak bermakna. Sungguh tercela seorang guru mengajarkan sesuatu kebaikan kepada siswanya sedang ia sendiri tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Allah mengingatkan dalam firmannya: ِﺑ َسﺎﱠﻨﻟا َنوُﺮُﻣْﺄَﺗَأ َبﺎَﺘِﻜْﻟا َنﻮُﻠْﺘَﺗ ْﻢُﺘْﻧَأَو ْﻢُﻜَﺴُﻔْﻧَأ َنْﻮَﺴْﻨَﺗَو ﱢﺮِﺒْﻟﺎ ۚ َنﻮُﻠِﻘْﻌَﺗ ﺎَﻠَﻓَأ ةﺮﻘﺒﻟا : 44 Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian, sedang kamu melupakan diri kewajibanmu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab Taurat? Maka tidaklah kamu berpikir? QS. Al-Baqarah: 44 Menurut Sayid Quthub dalam tafsir fi zhilalil qur’an menjelaskan bahwa bahaya para tokoh agama ketika agama sudah menjadi perusahaan dan perindustrian, bukan lagi akidah, pembebasan, dan pembela manusia dari kesesatan, ialah mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada di dalam hati mereka. Mereka menyuruh orang lain berbuat baik sementara mereka sendiri tidak mau melakukannya. Mereka mengajak manusia kepada kebajikan, sedang mereka sendiri mengabaikannya. 19 Dari penjelasan tersebut dapat diambil pelajaran, bahwa seorang guru agama hendaknya tidak hanya mampu memberikan perintah atau memberikan teori kepada siswa, tetapi lebih dari pada itu ia harus mampu menjadi panutan 19 Sayid Quthub, op.cit., Jilid 1, h. 81 22 bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikuti tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Oleh karena itu keteladanan merupakan faktor dominan dan sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Manusia, menurut hakikatnya adalah makhluk belajar. Ia lahir tanpa memiliki pengetahuan, sikap, dan kecakapan apapun. Kemudian, tumbuh dan berkembang menjadi mengetahui, mengenal, dan menguasai banyak hal. Itu terjadi karena ia belajar dengan menggunakan potensi dan kapasitas diri yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmani dan rohani untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat: 78 yang berbunyi: َﻊْﻤﱠﺴﻟا ُﻢُﻜَﻟ َﻞَﻌَﺟَو ﺎًﺌْﯿَﺷ َنﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ ﺎَﻟ ْﻢُﻜِﺗﺎَﮭﱠﻣُأ ِنﻮُﻄُﺑ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﺟَﺮْﺧَأ ُﮫﱠﻠﻟاَو َنوُﺮُﻜْﺸَﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ َةَﺪِﺌْﻓَﺄْﻟاَو َرﺎَﺼْﺑَﺄْﻟاَو “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” QS. An-Nahl: 78 Orang yang tidak mau belajar dengan tidak memanfaatkan potensi dan kapasitasnya berarti menjauhi hakikatnya sebagai manusia. Potensipotensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yaitu indera penglihat mata, indera pendengar telinga dan akal yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 20 Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu 20 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, Cet. 3, h. 13