Faktor Keteladanan Beragama Keteladanan Beragama 1. Pengertian keteladanan beragama

19 4 Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir di medan perang maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Q.S. Muhammad:4. Ayat ini menerangkan cara menghadapi orang-orang kafir dalam peperangan. Allah swt menerangkan, apabila kaum muslimin menghadapi orang-orang kafir dalam peperangan maka penggallah leher mereka di mana saja kamu temui dalam peperangan. Utamakan kemenangan yang akan dicapai pada setiap medan pertempuran dan janganlah kamu mengutamakan penawanan dan harta rampasan dari pada mengalahkan mereka. 16 Menurut Ibnu Katsir ayat ini turun setelah peristiwa Badar. Allah telah mengecam orang-orang yang beriman yang terlalu banyak membawa tawanan dan selalu sedikit membunuh, agar mereka berhasil mengambil tebusan dari tawanan itu. 17 Dari ayat dan penafsiran para mufasir maka dapat diketahui bahwa keteladanan Nabi Muhammad dalam perperang terdapat pada sifat keberanian beliau. Ini dibuktikan dengan tidak segan-segannya Nabi membunuh para musuh Allah dengan memancung leher mereka. Dan sifat belas kasihnya terhadap para tawanan perang sehingga Allah memerintahkan pada Nabi untuk tidak memperbanyak tawanan perang. Sesungguhnya peperangan yang dilakukan Nabi bukanlah ambisi untuk menguasai mereka tetapi yang dilakukan Nabi karena membela agama Allah. Bagi beliau bertemu musuh jangan lari, tetapi hadapilah dengan semangat untuk mempertahankan diri karena tujuan peperangan adalah untuk mencapai kemenangan dan keselamatan umat serta menegakkan syariat dari Allah.

3. Faktor Keteladanan Beragama

16 Sayid Quthub, op.cit., Jilid 10, h. 345 17 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, op.cit., Juz 26, h. 394 20 Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian ada tiga aliran yang sudah sangat populer, yaitu aliran Nativisme, Empirisme dan aliran Konvergensi. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percumalah kita mendidik; atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis. 18 Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan itu baik maka seseorang akan menjadi baik, begitupun sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Sedangkan aliran konvergensi William Stern berpendapat bahwa pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh faktor internal pembawaan dari diri dan faktor eksternal luar yaitu pendidikan dan pembinaaan yang dilakukan secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian ada dua, yaitu faktor dari dalam, yakni potensi fisik, intelektual, dan hati rohaniah yang dibawa seseorang sejak lahir. Dan kedua adalah faktor dari luar yang dalam hal ini adalah orang tua, guru di sekolah, tokoh-tokoh serta pemimpin dalam masyarakat, dan lingkungan pergaulan lainnya seperti: teman bergaul, media informasi, dan lain-lain. 18 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, cet.12, h. 59 21

4. Fungsi Keteladanan Beragama