3
Akuntabilitas Kerja dari instansi tersebut. Namun dibutuhkan pengawasan yang menyeluruh dan sistematis terhadap semua program yang dilaksanakan untuk
memaksimalkan setiap anggaran yang digunakan, sehingga setiap pihak bertanggungjawab dalam menyusun laporan pertanggungjawaban kerjanya sebagai
akuntabilitas kerja pegawai maupun akumtabilitas Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pengawasan Melekat Dengan Akuntabilitas Kerja Studi Pada
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan”.
I.2 Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterproduktivitaskan fakta dan data ke dalam penulisan
skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan
yang diajikan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Hubungan Pengawasan Melekat Dengan Akuntabilitas Kerja Pegawai Studi Pada Dinas Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan?” 1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengawasan Melekat di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
2. Untuk mengetahui Akuntabilitas Kerja pegawai di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara Pengawasan dengan Akuntabilitas Kerja di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Asahan.
1.4 Manfaat Penelitian
4
Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah: 1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya
ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna 2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya.
3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mereka yang
memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan pemasalahan ini.
1.5 Kerangka Teori
Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam menyelesaikan penelitian ini, maka diperlukan suatu landasan berfikir yang
dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Menurut Sugiyono 2005 : 55 menyebutkan landasan teori perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dari penelitian ini
adalah :
1.5.1 Pengawasan 1.5.1.1 Pengertian pengawasan
Pengawasan mempunyai arti penting bagi setiap organisasi. Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna efisiensi
dan berhasil guna efektif, sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah
dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Manullang, 2008 : 172.
Pengertian Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan
5
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya Siagian, 1985 ; 135. Menurut
Victor M. Situmorang 1994 Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut
ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson 2006 : 303, menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan
kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik
pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. George R. Tery 2006 : 395 Menambahkan penjelasan bahwa pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah
dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Berdasarkan uraian yang telah di sebutkan dapat disimpulkan bahwa
pengawasan adalah sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih
dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya
manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.
1.5.1.2 Pengertian Pengawasan Melekat
Menurut Mustopadidjaja, 2000 mengemukakan pengertian Pengawasan melekat Waskat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap
bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya. Pengawasan melekat sebagai salah satu kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk
menyelenggarakan manajemen atau administrasi yang efektif dan efisien di lingkungan organisasi atau unit kerja masing-masing, baik di bidang pemerintahan maupun swasta.
6
Menurut Siagian 2008:115-116 proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yaitu : 1
pengawasan langsung, 2 pengawasan tidak langsung. Selanjutnya Menurut Saragih 1982:97 pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara-cara sebagai
berikut : 1 pengawasan langsung, 2 pengawasan tidak langsung. Menurut Situmorang, 1994 : 71 mengatakan bahwa pengawasan melekat yaitu berupa tindakan
atau kegiatan usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak buah secara langsung, yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan organisasi. Nawawi, 1993
menambahkan penjelasan bahwa pengawasan melekat adalah suatu proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh
pimpinan unitorganisasi kerja terhadap fungsi semua komponen untuk mewujudkan kerja di lingkungan masing-masing agar secara terus menerus berfungsi secara
maksimal dalam melaksanakan tugas pokok yang terarah pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No.46 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan Melekat, dijelaskan bahwa pengawasan melekat merupakan salah satu
bentuk pengendalian aparatur pemerintah disetiap instansi dan satuan organisasi dalam meningkatkan mutu kinerja didalam lingkungan tugasnya masing-masing agar tujuan
instansiorganisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengawasan melekat dapat diwujudkan melalui kegiatan pemantauan, pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan
pimpinan kepada para bawahannya. Dalam pelaksanaan pengawasan melekat seorang pimpinan harus senantiasa memantau semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya,
apakah sesuai dengan program yang telah ditetapkan atau tidak. Dalam Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989
Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat
adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara
7
preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pengertian tersebut mengandung pemahaman bahwa fungsi pengawasan melekat
merupakan salah satu aspek kepemimpinan yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin, dalam memberikan tugas atau tanggung jawab kepada orang-orang yang
dipimpinnya, agar arah, sasaran dan tujuan pelaksanaan tugas atau tanggungjawab tersebut tidak menyimpang dan selesai sesuai dengan perencanaan atau ketentuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, pengawasan melekat yang dimaksud tentu bermakna luas dan menjadi bagian integral dari konsep dan gaya kepemimpinan
seseorang.
1.5.1.3 Unsur – unsur Pengawasan Melekat
Sesuai dengan KEMENPAN NO. 46 Tahun 2004 menjelaskan bahwa unsur- unsur pengawasan melekat yaitu sebagai berikut:
1. Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan proses pembentukan organisasi sehingga
cakupannya lebih luas dan lebih dinamis dari pada istilah organisasi. Melalui pengorganisasian, bentuk suatu organisasi pemerintah dapat didesain sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan perkembangan. 2. Personil
Pembinaan personil merupakan upaya menjaga agar faktor sumber daya manusia yang menjalankan sistem dan prosedur instansi pemerintah memiliki kemampuan secara
profesional dan moral sesuai dengan kebutuhan tugas dan tanggung jawabnya.
3. Kebijakan
8
Kebijakan merupakan pedoman yang ditetapkan oleh manajemen untuk mendorong tercapainya tujuan instansi pemerintah.
4. Perencanaan Perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan serta langkah-langkah
kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang dengan sumber daya yang diperlukan dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuanorganisasi.
5. Prosedur Prosedur merupakan rangkaian tindakan untuk melaksanakan aktivitas
tertentuyang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yangdiharapkan. 6. Pencatatan
Pencatatan merupakan proses pendokumentasi antransaksikejadian secara sistematis yang relevan dengan kepentingan organisasi instansi.
7. Pelaporan Pelaporan merupakan bentuk penyampaian informasi tertulis kepada unit kerja
yang lebih tinggi pemberi tugas atau kepada instansi lain yang mempunyai garis kepentingan interaktif dengan instansi pembuat laporan.
8. Supervisi dan Review Intern Supervisi merupakan pengawasan unsur pimpinan terhadap pelaksanaan tugas
yang dilaksanakan stafnya. Reviewintern adalah suatu aktivitasuntuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan yang dilakukan
oleh pimpinan ataupejabat yang berwenang bersama-sama dengan staf pimpinan atau dilakukan oleh APIP, terhadap pelaksanaan tugas yang diberikan.
Menurut Marnis, 2009 : 344 adanya banyak alasan mengapa pengawasan
penting dan dibutuhkan. Alasan yang sangat fundamental dan universal mengapa pimpinan membutuhkan pengawasan adalah kebutuhan memonitor apa yang orang atau
unit organisasi sedang kerjakan dan secara khusus hasil dari apa yang mereka kerjakan.
9
Menurut Rivai, 2009 : 530 menyatakan tujuan pengawasan adalah : a. Meningkatkan kinerja organisasi secara berkelanjutan, karena kondisi
persaingan usaha yang semakin tinggi menuntut organisasi untuk setiap saat mengawasi kinerjanya.
b. Meningkatkan efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan menghilangkan pekerjaan yang tidak perlu atau mengurangi penyalahgunaan alat atau bahan.
c. Menilai drajat pencapaian rencana kerja dengan hasil actual yang dicapai dan dapat dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi bagi seorang pegawai.
d. Mengkoordinasikan beberapa elemen atau program yang dijalankan. e. Meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.
1.5.1.4 Proses Pengawasan Kerja
Menurut Manaullang, 2001 : 129 menyatakan bahwa ada 3 tiga proses yang harus dilakukan dalam mengontrol pekerjaan itu :
a. Mendefinisikan parameter pekerjaan yang akan diawasi. Hal ini akan membantu pegawai untuk mengetahui tingkat produktivitas yang akan dihasilkan secara
efektif dan efisien. Untuk itu atasan melakukan hal-hal sebagai berikut : a Menetapkan tujuan b Standar ukuran, dan c Pengukuran.
b. Memfasilitasi kinerja yang hendak dicapai, atasan hendaknya memberikan feedback kepada pegawai mengenai apa ynag harus dilakukan dan memberikan
fasilitas yang memadai. c. Memotivasi pegawai, yang harus dilakukan atasan agar pegawai senantiasa
tertantang untuk mencapai target yang ditetapkan secara konsisten.
1.5.1.5 Program dan Langkah-Langkah Pelaksanaan Pengawasan Melekat
10
Menurut artikel blog ludiagung wahyudi pada tahun 2009 menjelaskan beberapa program dan langkah-langkah pelaksanaan pengawasan melekat sebagai berikut :
1. Penyusunan Rencana Setiap pimpinan unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan diwajibkan menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat tiap tahun yang meliputi 3 aspek yaitu sarana pengawasan melekat, manusia
dan budaya serta tugas unit kerja. 2. Pelaksanaan
Setiap unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diwajibkan memantau pelaksanaan kegiatan pengawasan yang meliputi:
a. Sarana dan sistem kerjanya. b. Kegiatan substansif dalam rangka pelaksanaan tugas pokok unit kerja di
lingkungan Departemen. Pemantauan dapat dilakukan secara formal maupun informal. Pemantauan formal
dilakukan secara berkala dengan interval waktu tertentu disesuaikan dengan sifat dan jenis tugas pokoknya, pemantauan formal dengan menggunakan formulir tertentu.
Pemantauan informal dilakukan secara terus-menerus melalui komunikasi terbuka antara atasan dan bawahan. Pelaksanaan kegiatan pengawasan melekat hendaknya tidak
ditekankan pada aspek ketidakpercayaan kepada bawahan, tetapi hendaknya diarahkan pada usaha membimbing dan memberi motivasi kepada bawahan.
Cara penilaian pegawasan melekat meliputi: a. Ketepatan sarana dan sistem kerja yang digunakan dalam rangka mencapai unit
kerja. b. Ketepatan pelaksanaan dengan rencana dan kebijaksanaan yang telah ditentukan.
c. Ketepatan hasil sesuai dengan yang direncanakan. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menilai adalah:
11
a. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan : 1. Sistem dan sarana kerja.
2. Pelaksanaan tugas unit kerja yang dinilai. b. Menganalisis penggunaan sarana dan sistem kerja.
c. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan rencana. d. Menganalisis gejala dan penyebab terjadinya penyimpangan untuk selanjutnya
melakukan langkah-langkah tindak lanjut. 3. Tindak Lanjut
a. Jenis tindak lanjut. Tindak lanjut terhadap hasil pengawasan melekat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu berupa: 1 Tindakan administratif di bidang kepegawaian, termasuk penerapan hukuman
disiplin. 2 Tindakan tuntutangugatan perdata, antara lain tuntutan ganti rugipenyetoran
kembali, tuntutan perbendaharaan dan tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi dll.
3 Tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada instansi yang berwenang.
4 Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan.
5 Tindakan peningkatan dayaguna dan hasilguna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat terselenggara
dengan sebaik-baiknya dan tercapai hasil kerja yang optimal. 6 Tindakan pemberian pengharagaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang
dinilai patut mendapat penghargaan. b. Pelaksanaan
12
1 Tindak lanjut hasil pengawasan melekat harus secepat mungkin dilaksanakan setelah diyakini adanya penyimpangan dan diperoleh cara
mengatasinya, atau prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan. 2 Pelaksanaan tindak lanjut merupakan kewenangan atasan bersangkutan
kecuali apabila tindak lanjut tersebut di luar batas kewenangan. 3 Dalam hal tindak lanjut hasil pengawasan melekat bukan menjadi wewenang
atasan yanng bersangkutan, maka atasan tersebut wajib melaporkan kepada atasannya atau kepada pejabat yang berwenang melaksanakan tindak lanjut.
4 Laporan tersebut pada butir 3 diatas disertai saranrekomendasi pelaksanaan tindak lanjut.
5 Tindak lanjut harus dipantau dan dievaluasi pelaksanaannya guna memperoleh keyakinan bahwa tindakan-tindakan dalam tindak lanjut
tersebut mencapai sasaaran yang tepat. 4. Pelaporan
Setiap unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan wajib menyusun laporan Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat P3 Waskat
dan pelaksanaan tindak lanjut. a. Materi laporan berupa kegiatan-kegiatan yang memenuhi salah satu atau lebih
dari kriteria dibawah ini: 1. Berkaitan dengan pelayanan umum.
2. Berkaitan dengan kepegawaian, keuangan dan materil. 3. Prioritas unit kerjainstansi.
4. Kegiatan yang dipandang oleh pimpinan unit kerja sifatnya rawan terhadap penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan-
penyelewengan. b. Penyusunan Laporan
13
1 Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat P3 Waskat meliputi:
a. Kegiatan yang terdiri dari 3 aspek yaitu sarana pengawasan melekat, manusia dan budaya serta tugas unit kerja.
b. Program kerja pelaksanaan kegiatan di atas. c. Waktu pelaksanaan kegiatan.
d. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan. e. Tolak ukur dari keberhasilan peaksanaan kegiatan.
2 Pelaksanaan tindak lanjut pengawasan melekat. a. Menginvestrisasi penyimpangan dan prestasi kerja pegawai yang perlu
diberikan penghargaan. b. Menyebutkan unit kerja dimana terjadinya penyimpangan atau prestasi
kerja pegawai. c. Menguraikan peristiwa penyimpangan atau prestasi kerja pegawai.
d. Menyebutkan nama pelaku penyimpangan atau prestasi kerja pegawai. e. Menyebutkan jenis tindak lanjut terhadap penyimpangan atau prestasi
kerja pegawai. c. Waktu Penyampaian Laporan
1 Pimpinan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan KabupatenKotamadya menyusun program peningkatan pelaksanaan
pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari unit kerja di lingkungannya, kemudian melaporkannya kepada Kepala Kantor
Wilayah. 3 Pimpinan Unit Pelaksana Teknis UPT yang dikoordinasikan oleh Kantor
Wilayah, menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut, kemudian melaporkannya kepada Kepala Kantor Wilayah.
14
a. Program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat P3 Waskat pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan. 4 Pimpinan Unit Pelaksana Teknis UPT Unit Utama menyusun program
peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkan kepada pimpinan unit utama yang terkait.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat P3 Waskat pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan. 5 Pimpinan pusat-pusat menyusun program peningkatan pelaksanaan
pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkannya kepada pimpinan unit utama pembinanya.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat P3 Waskat pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan. 6 Pimpinan Sekolah Tinggi AkademiPoliteknik dan Koordinasi Perguruan
Tinggi Swasta menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkannya kepada Direktur
Jenderal Pendidikan Tinggi dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat P3 Waskat pada awal bulan September tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Juni tahun berjalan. 7 Pimpinan UniversitasInstitut, menyusun program peningkatan pelaksanaan
pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkannya kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara MENPAN
15
dengan tembusan kepala ketua Lembaga Administrasi Negara LAN, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Sekretaris Jenderal dalan hal ini Kepala Biro Organisasi.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat P3 Waskat pada awal bulan September tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Juni tahun berjalan. 8 Pimpinan Kantor Wilayah, menyusun program peningkatan pelaksanaan
pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Unit Pelaksana Teknis, dan unit kerja di
lingkungannya, kemudian melaporkannya kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat P3 Waskat pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan. 9 Pimpinan Unit Utama menyusun program peningkatan pelaksanaan
pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari Unit Kerja Pusat dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungannya, kemudian melaporkannya
kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi. 10 Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi mengevaluasi
program program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut dari Unit Utama, Kantor Wilayah, dan Perguruan Tinggi Negeri, serta menyusun
program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan hasil evaluasi,
kemudian melaporkannya kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara MENPAN.
1.5.2 Akuntabilitas Kerja 1.5.2.1 Pengertian Akuntabilitas Kerja
16
Akuntabilitas Kerja adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorangsekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam
suatu organisasi Syahrudin, Rasul, 2003 : 8 Sedangkan menurut UNDP, Akuntabilitas Kerja adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatankinerja organisasi untuk
dapat dipertanggungjawabkan serta sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang.
Menurut the liang gie, 2001 akuntabilitas kerja adalah kesadaran dari seseorang pengelola kepentingan untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya tanpa
menuntut untuk di saksikan oleh pihak-pihak lain yang menjadi sasaran pertanggungjawabannya.
Akuntabilitas Kerja merupakan konsep yang komplek yang lebih sulit mewujudkannya dari pada memberantas korupsi. Akuntabilitas Kerja adalah keharusan
lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekan pada pertanggungjawaban horizontal masyarakat bukan hanya pertanggungjawaban vertikal otoritas yang lebih
tinggi Turner and Hulme ,1997. Akuntabilitas Kerja adalah pertanggungjawaban dari
seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Dalam
Akuntabilitas Kerja terdapat beberapa tingkatan. Tingkatan Akuntabilitas Kerja menurut majalah Akuntansi:
1. Akuntabilitas Kerja Personal. Akuntabilitas Kerja berkaitan dengan diri sendiri. 2. Akuntabilitas Kerja Individu. Akuntabilitas Kerja yang berkaitan dengan suatu
pelaksanaan. 3. Akuntabilitas Kerja Tim. Akuntabilitas Kerja yang dibagi dalam kerja kelompok
atau tim. 4. Akuntabilitas Kerja Organisasi. Akuntabilitas Kerja Internal dan Eksternal
didalam organisasi.
17
5. Akuntabilitas Kerja Stakeholders. Akuntabilitas Kerja yang terpisah antara stakeholders dan organisasi.
1.5.2.2 Dimensi Akuntabilitas Kerja
Dimensi Akuntabilitas Kerja ada 5, yaitu Syahrudin Rasul, 2003:11: a. Akuntabilitas Kerja hukum dan kejujuran accuntability for probity and
legality Akuntabilitas Kerja hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, sedangkan Akuntabilitas Kerja kejujuran terkait dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas Kerja hukum menjamin ditegakkannya supremasi hukum, sedangkan Akuntabilitas
Kerja kejujuran menjamin adanya praktik organisasi yang sehat. b. Akuntabilitas Kerja manajerial yang dapat juga diartikan sebagai
Akuntabilitas Kerja kinerja performance accountability adalah pertanggungjawaban untuk melakukan pengelolaan organisasi secara
efektif dan efisien. c. Akuntabilitas Kerja program
Akuntabilitas Kerja program juga berarti bahwa programprogram organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung
strategi dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat
sampai pada pelaksanaan program. d. Akuntabilitas Kerja kebijakan
Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak
18
dimasa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.
e. Akuntabilitas Kerja financial Akuntabilitas Kerja ini merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan dana
publik public money secara ekonomis, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas Kerja
financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat. Akuntabilitas Kerja ini mengharuskan lembaga-lembaga public untuk
membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi kepada pihak luar.
1.5.2.3 Aspek-Aspek Akuntabilitas Kerja
Berdasarkan dimensi yang dikemukakan Syahrudin Rasul, artikel kajian pustaka menjelaskan beberapa aspek-aspek akuntabilitas kerja.
http:www.kajianpustaka.com201212teori-akuntabilitas.html sebagai berikut : 1. Akuntabitas adalah sebuah hubungan
Akuntabilitas Kerja adalah komunikasi dua arah sebagaimana yang diterangkan oleh Auditor General Of British Columbia yaitu merupakan sebuah kontrak
antara dua pihak 2. Akuntabilitas Kerja Berorientasi Hasil
Pada stuktur organisasi sektor swasta dan publik saat ini Akuntabilitas Kerja tidak melihat kepada input ataupun autput melainkan kepada outcome.
3. Akuntabilitas Kerja memerlukan pelaporan Pelaporan adalah tulang punggung dari Akuntabilitas Kerja
4. Akuntabilitas Kerja itu tidak ada artinya tanpa konsekuensi
19
Kata kunci yang digunakan dalam mendiskusikan dan mendefinisikan Akuntabilitas Kerja adalah tanggung jawab. Tanggung jawab itu
mengindikasikan kewajiban dan kewajiban datang bersama konsekuensi. 5. Akuntabilitas Kerja meningkatkan kinerja
Tujuan dari Akuntabilitas Kerja adalah untuk meningkatkan kinerja, bukan untuk mencari kesalahan dan memberikan hukuman.
1.5.2.4 Alat-alat Akuntabilitas Kerja
Alat- alat akuntabilitas kerja menurut Rasul, 2003 menjelaskan bahwa : 1. Rencana Strategis
Rencana strategis adalah suatu proses yang membantu organisasi untuk memikirkan tentang sasaran yang harus diterapkan untuk memenuhi misi mereka dan
arah apa yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran tersebut. Hal tersebut adalah dasar dari semua perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
kegiatan suatu organisasi. Manfaat dari Rencana Stratejik antara lain membantu kesepakatan sekitar tujuan, sasaran dan prioritas suatu organisasi menyediakan dasar
alokasi sumber daya dan perencanaan operasional; menentukan ukuran untuk mengawasi hasil; dan membantu untuk mengevaluasi kinerja organisasi.
2. Rencana Kinerja Rencana kinerja menekankan komitmen organisasi untuk mencapai hasil
tertentu sesuai dengan tujuan, sasaran, dan strategi dari rencana strategis organisasi untuk permintaan sumber daya yang dianggarkan.
3. Kesepakatan Kinerja Kesepakatan kinerja didesain, dalam hubungannya antara dengan yang
melaksanakan pekerjaan untuk menyediakan sebuah proses untuk mengukur kinerja dan bersamaan dengan itu membangun Akuntabilitas Kerja.
a. Laporan Akuntabilitas Kerja
20
Dipublikasikan tahunan, laporan Akuntabilitas Kerja termasuk program dan informasi keuangan, seperti laporan keuangan yang telah diaudit dan
indikator kinerja yang merefleksikan kinerja dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan utama organisasi.
b. Penilaian Sendiri Adalah proses berjalan dimana organisasi memonitor kinerjanya dan
mengevaluasi kemampuannya mencapai tujuan kinerja, ukuran capaian kinerjanya dan tahapan-tahapan, serta mengendalikan dan meningkatkan
proses itu. c. Penilaian Kinerja
Adalah proses berjalan untuk merencanakan dan memonitor kinerja. Penilaian ini membandingkan kinerja aktual selama periode review
tertentu dengan kinerja yang direncanakan. Dari hasil perbandingan tersebut, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, perubahan atas kinerja
yang diterapkan dan arah masa depan bisa direncanakan. d. Kendali Manajemen
Akuntabilitas Kerja manajemen adalah harapan bahwa para manajer akan bertanggungjawab atas kualitas dan ketepatan waktu kinerja,
meningkatkan produktivitas, mengendalikan biaya dan menekan berbagai aspek negatif kegiatan, dan menjamin bahwa program diatur
dengan integritas dan sesuai peraturan yang berlaku. Dari dimensi Akuntabilitas Kerja yang telah dijelaskan dan disebutkan dapat
diturunkan menjadi indikator Akuntabilitas Kerja adalah sebagai berikut Rasul, 2003 : 1. Akuntabilitas Kerja hukum dan kejujuran
a. Kepatuhan terhadap hukum b. Penghindaran korupsi dan kolusi
21
2. Akuntabilitas Kerja Proses a. Adanya kepatuhan terhadap prosedur
b. Adanya pelayanan publik yang responsif c. Adanya pelayanan publik yang cermat
3. Akuntabilitas Kerja Program a. Alternatif program yang memberikan hasil yang optimal
b. Mempertanggung jawabkan yang telah dibuat 4. Akuntabilitas Kerja Kebijakan
Mempertanggung jawabkan kebijakan yang telah diambil
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara tentang suatu rumusan masalah penelitian yang kebenarannya perlu diuji dan dibuktikan melalui penelitian.
Suatu hipotesis dapat dianggap benar apabila disertai dengan fakta-fakta dan bukti-bukti yang nyata. Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:
1. Hipotesis Nol Ho
Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara Pengawasan dengan Akuntabilitas Kerja Pegawai di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Asahan.
2. Hipotesis Kerja Ha
Bahwa Pengawasan memberi hubungan yang positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kerja di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Asahan.
1.7. Definisi Konsep