Bahan Bahan Media dan pengencer Peralatan Bahan Prosedur Analisis Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian

b. Bahan

1 Tahu Cina 2 Tahu Sumedang 3 Aquadest 4 Asam phospat 85 5 Larutan AgNo 3 6 Asam kromatoprat 0,5 dalam H2SO 4 60

c. Cara Kerja

1. Timbang 50 gr sampel masukkan ke dalam labu destilasi 2. Tambahkan 100 ml aqaduest dan 5 ml Asam phospat 85 3. Pasang alat destilasi, lakukan destilasi sampai diperoleh destilat 50 ml yang ditampung di dalam erlenmeyer yang berisi 10 ml aquadest ujung pendingin harus tercelup ke dalam aquadest 4. Sebagian di destilat masukkan ke dalam tabung reaksi + Asam kromatoprat 0,5 dalam H 2 SO 4 60, panaskan dalam water bath sampai menjadi warna ungu Cahyo dan Diana, 2006.

3.7.2 Penentuan Angka Lempeng Total a. Peralatan

1 Timbangan dengan ketelitian 0,0001 g 2 Alat hitung koloni 3 Autoclave 4 Stomaker Universitas Sumatera Utara 5 Inkubator 35 ± 1°C 6 Anaerobic jar 7 Cawan petri 15 mm x 90 mm 8 Botol pengencer 9 Batang gelas bengkok dengan diameter 3-4mm, panjang tangkai 15-20mm 10 Pipet gelas: 0,1 ml; 1 ml; 5 ml dan 10 ml

b. Bahan

1 Tahu Cina 2 Tahu Sumedang

c. Media dan pengencer

1 Plate Count Agar PCA 2 Larutan Butterfield’sphosphate Buffered 3 Gas pack dan indikator air anaerob

d. Cara Kerja

1. Masing-masing sampel ditimbang 25 gram dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian ditambahkan larutan buffer phosphat pH.7.0 hingga mencapai volume 100 ml, kemudian dikocok sampai homogen 2. Dengan menggunakan pipet steril, pindahkan 1 ml suspensi di atas ke dalam larutan buffer Phosfat. Lakukan pengenceran sampai di dapat pengenceran 10 -1 , kemudian sebanyak 1 ml dari tiap pengenceran tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam 9 ml buffer phosphat pengenceran 10 -2 . Universitas Sumatera Utara Pengenceran dilanjutkan hingga terbentuk suspensi akhir dengan pengenceran 10 -6. 3. Dengan menggunakan pipet ambil 1 ml dari setiap pengenceran 10 -1 , 10 -2 dst masukkan ke dalam cawan petri steril. Lakukan secara duplo untuk setiap pengenceran. 4. Ke dalam cawan petri tuang 12 ml – 15 ml PCA, cawan petri digoyang hingga suspensi tersebar merata 5. Setelah agar menjadi padat, cawan diinkubasi pada suhu 22°C ± 1°C selama 48 jam ± 2 jam dalam posisi dibalik 6. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung Harmita dan Maksum, 2006

3.7.3 Uji Kandungan Logam Berat dengan Metode Atomic Absorption Spectrometry AAS

a. Peralatan

1 Perangkat AAS 2 Tanur 3 Hot plate 4 Batang pengaduk 5 Kertas saring 6 Timbangan

b. Bahan

1 Tahu Cina dan Tahu Sumedang 2 Larutan HNO3 6,5 Universitas Sumatera Utara 3 Aquadest

c. Prosedur

1. Timbang sampel sebanyak 5 gram, ditanur selama jam pada suhu tanur 300°C 2. Sampel yang sudah ditanur didiamkan hingga dingin 3. Larutan HNO 3 6,5 sebanyak 10 ml di masukan ke dalam sampel yang telah di tanur. 4. Sampel di panaskan pada hot plate selama 5 menit 5. Sampel diaduk menggunakan batang pengaduk agar tercampur dengan larutan 6. Sampel disaring menggunakan kertas saring lalu campurkan aquadest sampai larutan mencapai 50ml 7. Menyiapkan alat AAS yang telah tersambung dengan komputer yang akan mencatat hasil analisis Darmono, 1995.

3.8 Analisis Data

Data yang diperoleh di lapangan beserta hasil pemeriksaan laboratorium diolah secara manual, disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Sari Rejo adalah satu dari lima kelurahan di Kecamatan Medan Polonia. Di daerah ini terdapat 12 Industri Rumah Tangga pembuatan tahu dimana 11 industri yang memroduksi Tahu Sumedang berada di daerah Jalan Ayahanda dan 1 industri yang memproduksi Tahu Cina berada di Jalan Langgar. Industri rumah tangga pembuatan tahu yang menjadi lokasi penelitian yaitu 1 industri yang berada di Jalan Ayahanda dan 1 indutri Tahu Cina yang berada di Jalan Langgar. Daerah ini lumayan strategis menjadi tempat pembuatan tahu karena bahan baku kedelai berupa kedelai impor mudah diperoleh yang dipasok dari daerah Helvetia juga adanya lahan yang tersedia sebagai tempat berdirinya industri rumah tangga. Industri rumah tangga pembuatan Tahu Cina mempunyai luas kira-kira 9x6 meter, dengan bentuk huruf L. Industri ini memiliki halaman yang cukup luas yang digunakan sebagai tempat parkir truk pengangkut kedelai dan tahu. Industri ini menggunakan 3 mesin penggiling kedelai dan 3 mesin perebusan bubur kedelai yang digunakan secara bersamaan setiap hari untuk menghemat waktu kerja, dan 1 alat penyaring. Di sebelah ruangan produksi terdapat satu tungku berukuran besar yang digunakan untuk memanaskan air dalam pipa dan uap yang nantinya keluar dari pipa akan digunakan untuk merebusmendidihkan bubur kedelai. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Penggilingan Kedelai Gambar 4.2 Pemindahan Bubur Kedelai Hasil Penyaringan ke Wadah Penggumpalan Dari gambar 4.1 dan 4.2 di atas, peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan Tahu Cina tidak terawat, terlihat dari mesin yang sudah usang dan berkarat. Begitu juga dengan drum yang digunakan untuk memindahkan bubur kedelai hasil saringan ke wadah penggumpalan terlihat berwarna coklat dan kotor. Peralatan yang tidak bersih seperti ini bisa mencemari produk karena terlepasnya kotoran atau cemaran dari peralatan yang digunakan. Universitas Sumatera Utara Tidak berbeda jauh dengan industri pembuatan Tahu Cina, industri pembuatan Tahu Sumedang juga menggunakan tungku untuk menyalurkan uap yang dibutuhkan untuk proses perebusan bubur kedelai. Dengan luas bangunan kira-kira 7x7 meter, disinilah diproduksi Tahu Sumedang setiap hari dengan menggunakan satu alat penggiling kedelai, dua kuali perebusan dan dua alat penyaring. Sisi kanan dan kiri industri digunakan sebagai area pencetakan tahu dengan meletakkan baki-baki pencetakan dalam posisi berjajar. Gambar 4.3 Proses Pembuatan Tahu Sumedang Dari gambar terlihat ada dua buah bak penampungan air, yang satu berlumut dan bak yang lain berwarna cokelat. Bak ini digunakan untuk menampung air yang akan digunakan untuk proses pembuatan tahu seperti pada perendaman kedelai, Universitas Sumatera Utara penggilingan dan perendaman tahu yang sudah jadi. Terlihat juga jeregen-jeregen perendaman kedelai yang kotor. Bak dan jeregen yang tidak dibersihkan akan memicu produk yang dihasilkan kurang baik seperti adanya cemaran yang akan mengotori produk.

4.2 Hasil Pemeriksaan Bahaya Fisik, Kimia dan Mikrobiologis

Dokumen yang terkait

Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Formalin Pada Tahu Hasil Industri Rumah Tangga di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016

9 41 129

Analisis Bahaya dan Identifikasi Titik Kritis pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu Cina dan Tahu Sumedang di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia

0 0 13

Analisis Bahaya dan Identifikasi Titik Kritis pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu Cina dan Tahu Sumedang di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia

0 0 2

Analisis Bahaya dan Identifikasi Titik Kritis pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu Cina dan Tahu Sumedang di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia

0 1 7

Analisis Bahaya dan Identifikasi Titik Kritis pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu Cina dan Tahu Sumedang di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia

0 0 23

Analisis Bahaya dan Identifikasi Titik Kritis pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu Cina dan Tahu Sumedang di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Chapter III VI

1 4 47

Analisis Bahaya dan Identifikasi Titik Kritis pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu Cina dan Tahu Sumedang di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia

0 3 3

Analisis Bahaya dan Identifikasi Titik Kritis pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu Cina dan Tahu Sumedang di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia

0 0 12

Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Formalin Pada Tahu Hasil Industri Rumah Tangga di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016

0 0 17

Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Formalin Pada Tahu Hasil Industri Rumah Tangga di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016

0 0 2