8
5. Apakah ukuran dewan komisaris UDK berpengaruh terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan ?
6. Apakah profitabilitas ROA, umur perusahaan, tingkat leverage, ukuran perusahaan, dan ukuran dewan komisaris secara simultan berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan ?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji pengaruh profitabilitas ROA terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan.
2. Untuk menguji pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan.
3. Untuk menguji pengaruh tingkat leverage terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan.
4. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan.
5. Untuk menguji pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan.
6. Untuk menguji pengaruh profitabilitas ROA, umur perusahaan, tingkat leverage, ukuran perusahaan, dan ukuran dewan komisaris secara simultan
terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
9
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti, dengan melakukan penelitian ini maka peneliti akan
mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam dan komprehensif mengenai akuntansi sosial pada umumnya dan pelaporan
sukarela yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaannya pada
khususnya. 2. Pelaku bisnis, secara empiris penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dalam mempertimbangkan pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan sehubungan dengan penerapan CSR
dalam operasional perusahaan dan pengungkapannya dalam laporan tahunan perusahaan terkhusus perusahaan manufaktur. Selain itu bagi
investor, akan
dapat memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam
berinvestasi dan tidak terpaku hanya pada ukuran-ukuran moneter. 3. Akademisi, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian-
penelitian selanjutnya dan juga disamping itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan berkaitan dengan tanggung sosial.
Universitas Sumatera Utara
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Konsep Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility CSR merupakan sebuah komitmen perusahaan atau suatu entitas bisnis dalam berkontribusi untuk pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan
lingkungan Untung, 2007. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang disebut juga Corporate
Social Responsibility CSR, secara teoritis sampai saat ini memiliki definisi yang beragam atau kontradiksi. Salah satu definisi CSR yang terkenal adalah yang
diungkapkan oleh Caroll 1991 yang mendefinisikan CSR kedalam empat bagian yaitu : tanggung jawab ekonomi economic responsibilities, tanggung jawab
hukum legal responsibilities, tanggung jawab etis ethical responsibilities, dan tanggung jawab filantropis philanthropic responsibilities. Keempat bagian CSR
ini oleh Caroll digambarkan kedalam sebuah piramid yang dimulai dengan tanggung jawab ekonomi sebagai dasar untuk tanggung jawab yang lain.
Pada saat yang sama, perusahaan diharapkan untuk mematuhi hukum, karena hukum adalah kodifikasi yang dapat diterima masyarakat berkenaan
dengan perilaku yang dapat diterima dan perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Selanjutnya, perusahaan harus bertanggung jawab secara etis. Dan
yang terakhir, perusahaan diharapkan untuk dapat menjadi warga perusahaan
Universitas Sumatera Utara
11
yang baik good corporate citizen. Definisi mengenai CSR sangatlah beragam, seperti definisi CSR yang dikemukan oleh World Bank 2002, sebagai berikut:
“.......... CSR is committment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local
community and society at large to improve quality of live, in ways that are both good for business and good for development. ..........”
Maksud dari definisi ini adalah CSR merupakan suatu komitmen bisnis untuk berperan dalam pembangunan ekonomi yang dapat bekerja dengan karyawan dan
perwakilan mereka, masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas untuk memperbaiki kualitas hidup mereka, dengan cara yang baik bagi bisnis maupun
pengembangan Sumedi, 2010. Commission of the European Communities 2001 mendefinisikan CSR
sebagai berikut : “A concept whereby companies integrate social and environmental
concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis.”
Dari pengertian di atas konsep CSR adalah perusahaan seharusnya mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka
dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder secara sukarela. Sementara menurut WBCSD World Business Council for Sustainable
Development, yaitu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara khusus bergerak dibidang “pembangunan berkelanjutan” sustainable
development mendefinisikan CS R sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
12
“…CSR is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the
workforce and their families as well as of the local community and society at large.”
Ini berarti bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup tenaga
kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Ini bisa dilakukan dengan cara berusaha untuk mengerti aspirasi dan kebutuhan
stakeholder dan kemudian berkomunikasi dan berinteraksi dengan para stakeholder.
Akibat banyaknya definisi CSR yang sangat beragam, lebih lanjut dalam penelitian Dahlsrud 2006 meneliti komponen yang terdapat dalam definisi-
definisi CSR yang telah ada sebelumnya. Dahlsrud menemukan bahwa berbagai definisi CSR yang diteliti secara konsisten mengandung lima komponen, yaitu :
ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku kepentingan dan voluntarisme. Jika hasil analisis frekuensi diterapkan, maka urutan paling konsisten dari lima komponen
adalah pemangku kepentingan dan sosial keduanya memiliki rasio 88, disusul ekonomi 86, voluntarisme 80, dan lingkungan 59.
Dauman dan Hargreaves 1992 dalam Hasibuan 2001 menyatakan bahwa CSR dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut :
1. Basic responsibility. Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu perusahan yang muncul karena keberadaan
perusahaan tersebut seperti: perusahaan harus membayar pajak, memenuhi
Universitas Sumatera Utara
13
hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan
dampak yang sangat serius. 2. Organization responsibility. Pada level kedua ini menunjukan tanggung
jawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.
3. Sociental responses. Pada level ketiga ini, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian
kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya
secara keseluruhan. Dalam ISO 26000:2010, guidance on social responsibility, menyebutkan:
“Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on society and the environment, through transparent and ethical
behaviour that contributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes into account the expectations of stakeholders; is
in compliance with applicable law and consistent with international norms of behaviour; and is integrated throughout the organization and practiced
in its relationships.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek inti tanggung jawab sosial dapat diurai dengan gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
14
Gambar 2.1 Subjek Inti CSR
Sumber: ISO 26000: 2010 Guidance on Social Responsibility dikutip dari www.csrindonesia.com
2.2 Teori-Teori Dalam Corporate Social Responsibility CSR Disclosure
Berdasarkan buku yang ditulis oleh Lako 2010:5-6 ada beberapa teori yang menekankan pentingnya perusahaan peduli dan melaksanakan CSR secara
tepat, sungguh-sungguh, dan konsisten, diantaranya yaitu:
Teori stakeholder menyatakan bahwa kesuksesan dan hidup matinya
sebuah perusahaan sangat bergantung pada kemampuannya menyeimbangkan beragam kepentingan dari para stakeholder atau pemangku kepentingan. Bila
suatu perusahaan mampu, maka perusahaan akan meraih dukungan yang berkelanjutan dan menikmati pangsa pasar, penjualan, serta laba. Dalam
perspektif teori stakeholder , masyarakat dan lingkungan merupakan stakeholder inti perusahaan yang harus diperhatikan.
Universitas Sumatera Utara
15
Teori legitimasi legitimacy policy menyatakan bahwa perusahaan dan
komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat kerena keduanya terikat dalam suatu “social contract” yang menyatakan bahwa keberadaan perusahaan
dalam suatu area karena didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi pemerintah dan parlemen yang merupakan representasi dari masyarakat. Dengan
demikian, ada kontrak sosial secara tidak langsung antara perusahaan dan masyarakat di mana masyarakat memberi costs dan benefits untuk keberlanjutan
suatu korporasi. Karena itu, CSR merupakan suatu kewajiban asasi perusahaan yang tidak bersifat suka rela.
Teori sustainabilitas korporasi corporate sustainability theory yang
menyatakan bahwa agar dapat hidup dan tumbuh secara berkelanjutan, korporasi harus mengintegrasikan tujuan bisnis dengan tujuan sosial dan ekologi secara utuh.
Pembangunan bisnis harus berlandaskan pada tiga pilar utama yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan secara terpadu, serta tidak mengorbankan kepentingan
generasi-generasi berikutnya untuk hidup dan memenuhi kebutuhannya. Dalam perspektif teori ini, masyarakat dan lingkungan adalah pilar dasar dan utama yang
menentukan keberhasilan bisnis suatu perusahaan sehingga harus selalu diproteksi dan diberdayakan.
Teori political economy menyatakan bahwa domain ekonomi tidak dapat
diisolasikan dari lingkungan di mana transaksi-transaksi ekonomi dilakukan. Laporan keuangan ekonomi perusahaan merupakan dokumen sosial dan politik
serta juga dokumen ekonomi. Karena tidak dapat diisolasikan dari masyarakat dan lingkungan, perusahaan wajib memperhatikan dan melaksanakan CSR.
Universitas Sumatera Utara
16
Teori keadilan justice policy menyatakan bahwa sisitem kapitalis pasar
bebas labarugi sangat tergantung pada the unequal rewards and priveleges yang terdapat dalam laba dan kompensasi. Labarugi mencerminkan ketidakadilan
antarpihak yang dinikmati atau yang diderita oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus adil terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang
sudah turut ikut menanggung dampak eksternalitas perusahaan melalui program- program CSR.
2.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR Disclosure
Pengungkapan adalah pengeluaran informasi yang ditujukan bagi pihak- pihak yang berkepentingan. Tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan Corporate Social Responsibility Disclosure adalah agar perusahaan dapat menyampaikan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan
dalam periode tertentu. Penerapan CSR dapat diungkapkan perusahaan dalam media laporan tahunan annual report perusahaan yang berisi laporan tanggung
jawab sosial perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan Rizkia, 2012. Pengungkapan kaitannya dalam laporan keuangan, mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut
harus lengkap, jelas, serta mampu menggambarkan secara tepat, mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha
Ghozali dan Chariri, 2007. Informasi yang dimuat dalam laporan tahunan ada dua jenis. Yang pertama adalah laporan tahunan dengan pengungkapan wajib
Universitas Sumatera Utara
17
mandatory disclosure yaitu pengungkapan informasi yang wajib diberitahukan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bapepam. Jenis yang kedua adalah laporan
tahunan dengan pengungkapan sukarela voluntary disclosure yaitu pengungkapan informasi diluar pengungkapan wajib yang diberikan dengan
sukarela oleh perusahaan kepada para pemakai Yularto dan Chariri, 2003. Salah satu bagian dari pengungkapan sukarela yang diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengungkapan melibatkan keseluruhan proses pelaporan. Ada metode
yang berbeda-beda dalam mengungkapkan informasi yang dianggap penting. Pemilihan metode terbaik dari pengungkapan tiap-tiap kasus tergantung pada sifat
informasi yang ingin disampaikan serta kepentingan relatifnya. Menurut Hendriksen dan Brenda 2002, metode yang biasa dipakai dalam pengungkapan
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Bentuk dan susunan laporan formal
b. Terminologi dan penyajian yang terinci c. Informasi parenthis
d. Catatan kaki e. Laporan dan daftar schedule pelengkap
f. Komentar dalam laporan auditor g. Pembahasan dan analisis manajemen dan surat direktur utama
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai isi dari pengungkapan CSR itu sendiri Chariri dan Ghozali, 2007. Dalam survei yang
dilakukan oleh Ernst dan Ernst1998 dalam Chariri dan Ghozali 2007
Universitas Sumatera Utara
18
menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu sosial dan lingkungan jika pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikatagorikan
ke dalam kelompok berikut ini : 1. Lingkungan
2. Energi 3. Praktik bisnis yang wajar fair
4. Sumber daya manusia 5. Keterlibatan masyarakat
6. Produk yang dihasilkan 7. Pengungkapan lainnya
Ada berbagai motivasi bagi para manajer untuk sukarela melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti memutuskan untuk melaporkan informasi sosial
dan lingkungan. Deegan 2002 dalam penelitiannya merangkum beberapa alasan yang dikemukakan oleh berbagai peneliti untuk melaporkan informasi sosial dan
lingkungan sebagai berikut : 1. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-
Undang. 2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi.
3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan. 4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman.
5. Untuk memenuhi harapan masyarakat, mungkin mencerminkan suatu pandangan yang sesuai dengan komunitas lisensi untuk beroperasi.
Universitas Sumatera Utara
19
Oleh karena itu, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social
accounting atau corporate social responsibility Hackston dan Milne, 1996 diartikan sebagai suatu proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan
dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan Sembiring, 2005.
2.4 Karakteristik Perusahaan dan CSR Disclosure
Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor
kualitas pengungkapan Lang and Lundholm, 1993. Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu entitas dengan entitas lainnya. Lang and
Lundhlom 1993 dan Wallance 1994 membagi karakteristik perusahaan menjadi tiga kategori yaitu, variabel struktur structure-related variables,
variabel kinerja performance-related variable, dan variabel pasar market- related variables.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Anggraini 2006, Chanda Sari 2010, Sembiring 2006, Rosmasita 2007 dan Apriwenni 2008 menggunakan
variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tingkat leverage, sementara itu Reverte 2008, Branco dan Rodrigues 2008 menggunakan pengungkapan media
dan sensitivitas industri. Penelitian yang dilakukan oleh Rizkia 2012 menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, tipe industri atau profile,
leverage, dan pertumbuhan perusahaan. Ada juga Ahmad Nurkhin 2007, Hexana
Universitas Sumatera Utara
20
Sri Lastanti 2005, Angling Mahatma 2010 menggunakan kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, struktur kepemilikan sebagai variabel
karakteristik perusahaan, sementara itu Rendro 2010, Theodora Hutabarat 2007 menggunakan variabel ukuran dewan komisaris sebagai indikator karakteristik
perusahaan. Haryanto dan Lady Aprilia 2007 menggunakan rasio ungkitan KIT, rasio likuiditas LIK, basis perusahaan BAS, umur emiten MUR,
kepemilikan publik PUB dan kepemilikan asing ASI besar perusahaan AKT dan good corporate governance GCG sebagai indikator karakteristik perusahaan.
Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 5 lima variabel, yaitu : profitabilitas ROA, umur perusahaan AGE, leverage LEV, ukuran
perusahaan SIZE, dan ukuran dewan komisaris UDK. Dengan alasan bahwa kelima variabel tersebut secara umum dapat mewakili variasi dari beberapa
variabel di atas dalam pengungkapan CSR dan merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya.
2.4.1 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Profitabilitas juga
merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada pemegang saham
Heinze, 1976 dalam Hackston Milne 1996, hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial adalah bahwa ketika
perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan manajemen menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi
Universitas Sumatera Utara
21
tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan berharap pengguna laporan akan membaca “good
news” kinerja perusahaan.
2.4.2 Umur Perusahaan
Menurut Poerwadarmita 2003:1338 defenisi umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Menurut Widiastuti 2002
dalam Rahmawati 2012:187 menyatakan bahwa umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing. Dalam
undang-undang no.8 tahun 1997 perusahaan didefinisikan sebagai berikut:
“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba , baik
yang diselenggarakan oleh orang perorangan, maupun badan usaha yang berberentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan
berkedudukan di wilayah Indonesia”. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam dunia
usaha dan mampu mempertahankan kesinambungan usahanya serta merupakan bagian dari dokumentasi yang menunjukan tujuan dari perusahaan tersebut.
Umur perusahaan, diproksikan sejak perusahaan terdaftar di BEI. Umur perusahaan dihitung dengan tahun berjalan dikurangi dengan tahun terdaftar
perusahaan di BEI atau tahun IPO.
Universitas Sumatera Utara
22
2.4.3 Tingkat Leverage