Definisi Beban Pendingin dan Kondisi Perencanaan 24.02 38.02 49.02 Siklus Pengkondisian Udara

Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009

3.1. Definisi Beban Pendingin dan Kondisi Perencanaan

Beban pendingin adalah total seluruh kalor yang harus dikeluarkan dari sebuah ruangan agar temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat kenyamanan tertentu. Komponen-komponen yang mengkonstribusikan kalor yang diserap oleh ruangan dapat dituliskan sebagai berikut: a. Transmisi kalor melalui struktur bangunan b. Radiasi panas matahari c. Infiltrasi atau kebocoran udara yang masuk ke dalam ruangan d. Kalor yang masuk dikarenakan oleh kebutuhan ventilasi e. Emisi kalor dari manusia yang berada didalam ruangan f. Kalor dari lampu dan barang elektronik g. Kalor yang bersumber dari dalam ruangan, seperti halnya komputer, pemanas air dan sebagainya. h. Kalor yang berasal dari material atau barang yang dibawa masuk ke dalam ruangan yang dikondisikan, yang berasal dari temperatur yang lebih tinggi. Kondisi perencanaan meliputi: • Kondisi suhu dalam ruang direncanakan T, r adalah 75,2 o F 24 o C dengan kelembaban relatif RH berdasarkan perhitungan grafik Psychometric Chart. • Suhu udara luar direncanakan dari suhu udara maksimum berdasarkan tabel data statistik suhu dan kelembaban udara kota Medan pada Lampiran [L.1] yaitu T, o = 35,6 º C DB dengan RH = 77. Hal ini didasarkan atas Data Badan Meteorologi dan Geofisika BMG 3.2. Perhitungan Cooling Load 3.2.1. Perhitungan Cooling Load dari dinding Besarnya panas yang diserap oleh dinding bangunan karena radiasi matahari dihitung dengan: Q dinding = U × A × TETD…………3.1 literatur : Jordan, Richard C., “Refrigeration and Air Conditioning” ,hal 225 Dimana: U = koefisien perpindahan panas menyeluruh dari dinding Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 A = luas permukaan dinding luar yaitu dinding yang menerima sinar matahari secara langsung. TETD = Total equivalent temperature diference adalah total perbedaan temperatur ekivalen yang ditampilkan pada tabel 3.1 berikut yang terdapat pada Lampiran [L.4] Tabel 3.1 TETD untuk dinding 4 in Brick, warna terang ARAH Waktu

8:00 9:00

10:00 11:00

12:00 13:00

14:00 15:00

16:00 17:00

18:00 N

-4 -3 -2 1 4 5 6 8 10 11 12 E 7 14 15 16 15 14 13 12 13 14 S -4 -3 -2 5 12 14 16 17 18 17 16 W -2 -1 3 6 7 8 13 18 23 28 SE -2 4 10 14 18 17 16 15 14 14 14 SW -2 -2 -2 1 4 3 2 15 22 24 26 NE -4 4 12 11 10 8 6 8 10 12 14 NW -4 -3 -2 1 4 5 6 9 12 17 22 Sumber : Jordan, Richard C.,Refrigeration and Air Conditioning ,hal 224 Adapun material dinding pada bangunan kantor ini dengan tahanan panasnya masing- masing berdasarkan Tabel 3.1.1 adalah sbb : - 4 in common brick dengan tahanan termal R 1 adalah 0,8 o F hr ft 2 Btu. - 1 in cement plaster dengan tahanan termal R 2 =R 3 adalah 0,2 o F hr ft 2 Btu. - Tahanan konveksi di luar ruangan untuk udara bergerak dengan kecepatan 7,5mph Ro adalah 0,25 o F hr ft 2 Btu. - Tahanan konveksi di luar ruangan untuk udara bergerak menurut Jordan [L. 4] dengan kecepatan angin berkisar antara 7,5 - 15 mph. Sedangkan dari hasil pengukuran diperoleh kecepatan angin di Medan berkisar antara 10 - 12 kmjam dan dipilih kecepatan maksimumnya yaitu 12 kmjam atau sekitar 7,5 mph. Sehingga tahanan konveksi di luar ruangan Ro = 0,25 o F.hr.ft 2 Btu - Maka U = i o R R R R R + + + + 3 2 1 1 = 68 , 25 , 2 , 2 , 8 , 1 + + + + =0,47 Btuft 2 hr o F Tabel 3.2. Nilai tahanan panas untuk berbagai material Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 3.1. Konstruksi dinding Menurut Jordan , nilai TETD pada tabel 3.1 harus dikoreksi terlebih dahulu dengan faktor pertimbangan koreksi sebagai berikut: • Berdasarkan perbedaan temperatur udara luar dengan temperatur udara ruangan yang dikondisikan. a. Jika perbedaan temperatur lebih besar dari 15 derajat, tambahkan kelebihannya ke nilai TETD pada tabel 3.1. b. Jika perbedaan temperatur lebih kecil dari 15 derajat, kurangkan kekurangannya ke nilai TETD pada tabel 3.1. • Berdasarkan daily range temperatur udara luar. a. Jika daily range lebih kecil dari 20 derajat, tambahkan 1 derajat setiap penurunan 2 derajat daily range ke nilai TETD pada tabel 3.1. b. Jika daily range lebih besar dari 20 derajat, kurangkan 1 derajat setiap naiknya 2 derajat daily range ke nilai TETD pada tabel 3.1. Sehingga faktor koreksi dapat dihitung sbb: - Daily range yang diperoleh dari hasil pengolahan data temperatur dan kelembaban kota Medan secara statistik pada Lampiran [L.2] yaitu 8,12 o F 20 o F, maka koreksi yang perlu ditambahkan adalah : = 20 o F – 8,12 o F 2 = 5,94 o F ≈ 6 o F - Perbedaan temperatur udara luar maksimum dengan temperatur udara ruangan yang dikondisikan adalah: T o - T r = 96,08 o F – 76 o F = 20,08 o F 15 o F maka koreksi yang perlu ditambahkan adalah : = 20,08 o F – 15 o F = 5,08 o F Maka total koreksi yang perlu ditambahkan adalah = 5,94 + 5,08 = 11,02 o F Adapun nilai TETD yang telah dikoreksi dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini. Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Tabel 3.3 Nilai TETD setelah dikoreksi ARAH Waktu

8:00 9:00

10:00 11:00

12:00 13:00

14:00 15:00

16:00 17:00

18:00 N

8.04 9.04 9.02 12.02 15.02 16.02 17.02 19.02 21.02 22.02 23.02 E 12.04 19.04 25.02 26.02 27.02 26.02 25.02 24.02 23.02 24.02 25.02 S 8.04 9.04 9.02 16.02 23.02 25.02 27.02 28.02 29.02 28.02 27.02 W 10.04 11.04 11.02 14.02 17.02 18.02 19.02 24.02 29.02 34.02 39.02 SE 10.04 16.04 21.02 25.02 29.02 28.02 27.02 26.02 25.02 25.02 25.02 SW 10.04 10.04 9.02 12.02 15.02 14.02 13.02 26.02 33.02 35.02 37.02 NE 8.04 16.04 23.02 22.02 21.02 19.02 17.02 19.02 21.02 23.02 25.02 NW 8.04 9.04 9.02 12.02 15.02 16.02 17.02 20.02 23.02 28.02 33.02 Berdasarkan gambar 3.3, luas dinding arah utara lantai 1 dapat dihitung sbb: Q dinding = U × A × TETD = 0,47 x 2619,4194 x 8,04 =9898,262 Dengan cara yang sama, arah dan luas dinding luar dari lantai 1 sampai 3 dapat dihitung dan ditampilkan pada tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4 Arah dan luas dinding luar dari lantai 1 sampai 3 Arah dan luas dinding Dinding M 2 ft 2 Lantai 1 Luas sebelah TIMUR = 165.85 1785.2094 Luas sebelah BARAT = 159 1711.476 Luas sebelah UTARA = 243.35 2619.4194 Luas sebelah SELATAN = 283.2 3048.3648 TOTAL A dinding Lt.1 851.4 9164.4696 Lantai 2 Luas sebelah TIMUR = Luas sebelah BARAT = 36 387.504 Luas sebelah UTARA = 93.6 1007.5104 Luas sebelah SELATAN = 58.55 630.2322 TOTAL A dinding Lt.2 188.15 2025.2466 Lantai 3 Luas sebelah TIMUR = Luas sebelah BARAT = 36 387.504 Luas sebelah UTARA = 57.6 620.0064 Luas sebelah SELATAN = 60.75 653.913 TOTAL A dinding Lt.3 154.35 1661.4234 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Dengan cara yang sama, cooling load dari dinding untuk tiap arah di lantai 1 sampai lantai 3 mulai dari pukul 08.00-18.00 dapat dihitung dan ditampilkan pada tabel 3.5 berikut. Adapun besar cooling load dari dinding untuk tiap lantai yang diperhitungkan adalah cooling load maksimum yaitu yang ditandai dengan tulisan cetak tebal. Tabel 3.5 Cooling load dari dinding untuk semua lantai mulai pukul 08.00-18.00 Lantai Arah Waktu dinding 8:00

9:00 10:00

11:00 12:00

13:00 14:00

15:00 16:00

17:00 18:00

1 N 9898 11129 11104 14798 18491 19722 20953 23416 25878 27109 28340 S 11519 12951 12923 22952 32981 35846 38712 40145 41577 40145 38712 E 10102 15975 20992 21832 22671 21832 20992 20153 19314 20153 20992 W 8076 8880 8864 11277 13690 14495 15299 19321 23343 27365 31387 Total Lt.1 39595 48937 53885 70860 87834 91896 95958 103036 110114 114773 119433 2 N 3807 4280 4271 5691 7112 7585 8059 9006 9953 10427 10900 S 2381 2677 2671 4745 6818 7411 8003 8299 8595 8299 8003 E W 1828 2010 2007 2553 3099 3281 3464 4374 5285 6195 7106 Total Lt.2 8017 8969 8950 12990 17030 18279 19527 21681 23834 24922 26010 3 N 2342 2634 2628 3502 4376 4668 4959 5542 6125 6416 6708 S 2471 2778 2772 4923 7074 7689 8304 8611 8918 8611 8304 E W 1828 2010 2007 2553 3099 3281 3464 4374 5285 6195 7106 Total Lt.3 6642 7423 7407 10979 14551 15639 16728 18528 20329 21224 22118 TOTAL 54255 65329 70243 94830 119417 125815 132213 143246 154279 160921 167563 Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk Cooling Load Dinding yang terbesar Maksimum adalah pada waktu Pukul 18:00 dengan Total Cooling Load Dinding sebesar 167563 BtuHour.

3.2.2. Perhitungan Cooling Load dari Atap

Besarnya panas yang diserap oleh atap bangunan karena radiasi matahari dihitung dengan: Q atap = U × A × TETD……. 3.2 literatur : Jordan, Richard C., “Refrigeration and Air Conditioning” ,hal 222 Dimana: U = koefisien perpindahan panas menyeluruh dari atap A = luas proyeksi horizontal dari atap TETD = Total equivalent temperature difference adalah total perbedaan temperatur ekivalen atap. 38 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 3.2. Konstruksi Atap Adapun jenis material atap untuk bangunan kantor ini berdasarkan gambar 3.2 yaitu untuk ruangan yang dikondisikan beserta tahanan panasnya masing-masing berdasarkan Lampiran [L.4] adalah sbb: - Concrete 6 inci dengan R 1 = 0,91 o F.hr.ft 2 Btu - Air space 40 inci dengan C = 1,1 o F.hr.ft 2 Btu - Gypsum inci dengan R 2 = 0,32 o F.hr.ft 2 Btu - Tahanan konveksi di luar ruangan untuk udara bergerak berdasarkan Lampiran [L.4] dengan kecepatan angin berkisar antara 7,5 - 15 mph. Sedangkan dari hasil pengukuran diperoleh kecepatan angin di Medan berkisar antara 10 - 12 kmjam dan dipilih kecepatan maksimumnya yaitu 12 kmjam atau sekitar 7,5 mph. Sehingga tahanan konveksi di luar ruangan Ro = 0,25 o F.hr.ft 2 Btu - Tahanan konveksi di dalam ruangan untuk udara diam Ri adalah 0,92 o F.hr.ft 2 Btu Maka U = i o R R R C R + + + + 2 1 1 = 92 , 32 , 91 , 1 , 1 25 , 1 + + + + = 0,285 Btuft 2 hr o F Perbedaan temperatur ekivalen total untuk atap dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut berdasarkan tabel 10.6 Jordan pada Lampiran [L.5] Tabel 3.6. Total Equivalent Temperature Differentials untuk atap konstruksi berat dengan bahan beton 6 inci ,terbuka ke matahari Deskripsi Konstruksi atap Waktu 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 6” concrete 6 6 6 13 20 27 34 38 42 43 44 Sumber : Jordan, Richard C., Refrigeration and Air Conditioning ,hal 222 Adapun faktor koreksinya adalah sama dengan faktor koreksi seperti pada tabel 3.7 sehingga memberikan hasil yang sama yaitu 11,02 o F. Dengan penambahan Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 faktor koreksi tersebut, perbedaan temperatur ekivalen totalnya dapat ditampilkan sbb: Tabel 3.7 Total Equivalent Temperature Differentials setelah dikoreksi Deskripsi Konstruksi atap Waktu 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 6” concrete 17.02 17.02

17.02 24.02

31.02 38.02

45.02 49.02

53.02 54.02

55.02 Berdasarkan gambar 2.12, luas proyeksi horizontal atap dapat dihitung dan diperoleh sbb: A atap = 1221,42 m 2 = 13147,36488 ft 2 Maka Cooling Load Atap pada pukul 08:00 dapat dihitung dengan cara sbb: Q atap = U × A × TETD = 0,285 x 13147,36488 x 17,02 = 63773 BtuHour Dengan cara yang sama, Cooling Load untuk atap dari Pukul 08:00 sampai Pukul 18:00 dapat ditabelkan pada Tabel 3.8 berikut : Tabel 3.8. Perhitungan Cooling Load Atap Lantai 8:00

9:00 10:00

11:00 12:00

13:00 14:00

15:00 16:00

17:00 18:00

3 63773 63773 63773 90002 116231 142460 168689 183677 198665 202412 206159 TOTAL A atap 63773 63773 63773 90002 116231 142460 168689 183677 198665 202412 206159 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cooling load Atap paling besar Maksimum adalah pada pukul 18:00 sebesar 206159 BtuHour

2.4.2. Perhitungan Cooling Load dari Kaca

Energi radiasi matahari yang dipantulkan dan juga yang diserap oleh kaca jendela ataupun kaca pintu akan masuk ke dalam ruangan dan menjadi beban mesin pendingin. Besarnya panas yang diserap oleh kaca dapat dihitung dengan rumus : Q kaca = SHGF × A × SC × CLF…..3.3 literatur : Pita, Edward G., “Air Conditioning Systems”, hal 102 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Dimana: SHGF = Solar Heat Gain Factor yaitu panas matahari maksimum yang diserap pada waktu , orientasi , dan garis lintang tertentu dalam satuan Btuhr-ft 2 A = luas permukaan kaca, ft 2 SC = shade coefficient yaitu suatu koefisien untuk faktor koreksi yang bergantung pada jenis kaca CLF = cooling load factor yaitu faktor koreksi beban pendingin dari kaca yang bergantung pada waktu. SHGF untuk daerah Medan pada posisi 4 o LU.. Dari Interpolasi nilai SHGF untuk 0 o LU dan 8 o LU, diperoleh nilai SHGF untuk berbagai arah yang ditampilkan pada tabel 3.9 berikut Tabel 3.9. SHGF maksimum untuk kaca pada garis lintang 4 o LU Arah 0 o LU 8 o LU 4ºLU N 75 47 61 E 212 216 214 S 38 41 39.5 W 212 216 214 SE 112 128 120 SW 112 128 120 NE 187 179 183 Sumber : Pita, Edward G., Air Conditioning Systems, hal 102 Adapun shading coefficient SC untuk kaca jenis reflective glass, no interior shading dari tabel 3.10 berikut bernilai 0,4. Tabel 3.10. SC untuk kaca Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Sumber : Pita, Edward G., Air Conditioning Systems, hal 104 Untuk harga cooling load factor CLF, dapat diambil dari tabel 3.11 untuk tipe konstruksi kaca medium berdasarkan Lampiran [L.7] Tabel 3.11. CLF untuk kaca tanpa Interior Shade termasuk Reflective Glass untuk tipe konstruksi kaca medium Arah 8:00

9:00 10:00

11:00 12:00

13:00 14:00

15:00 16:00

17:00 18:00

N 0.46 0.52 0.59 0.65 0.7 0.73 0.75 0.76 0.74 0.75 0.79 E 0.44 0.5 0.51 0.45 0.39 0.35 0.32 0.29 0.26 0.23 0.21 S 0.14 0.21 0.31 0.42 0.52 0.57 0.58 0.53 0.47 0.41 0.36 W 0.1 0.11 0.12 0.13 0.14 0.19 0.29 0.4 0.5 0.56 0.55 SE 0.38 0.48 0.54 0.55 0.51 0.45 0.4 0.36 0.33 0.29 0.25 SW 0.12 0.13 0.15 0.17 0.23 0.33 0.44 0.53 0.58 0.59 0.53 NE 0.44 0.45 0.4 0.36 0.33 0.31 0.3 0.28 0.26 0.23 0.21 Sumber : Pita, Edward G., Air Conditioning Systems, hal 105 Luas dan Arah Bangunan Kantor ini dapat dihitung dan ditabelkan pada Tabel 3.12 sbb: Tabel 3.12. Perhitungan Luas Kaca pada berbagai arah Kaca m 2 ft 2 Lantai 1 Luas Sebelah TIMUR = 36.15 389.1186 Luas Sebelah BARAT = 43 462.852 Luas Sebelah UTARA = 47.65 512.9046 Luas Sebelah SELATAN = 43.8 471.4632 TOTAL A kaca Lt.1 170.6 1836.3384 Lantai 2 Luas Sebelah TIMUR = 117.6 1265.8464 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Luas Sebelah BARAT = 105.6 1136.6784 Luas Sebelah UTARA = 168 1808.352 Luas Sebelah SELATAN = 203.05 2185.6302 TOTAL A kaca Lt.2 594.25 6396.507 Lantai 3 Luas Sebelah TIMUR = 141.6 1524.1824 Luas Sebelah BARAT = 129.6 1395.0144 Luas Sebelah UTARA = 204 2195.856 Luas Sebelah SELATAN = 201.65 2170.5606 TOTAL A kaca Lt.3 676.85 7285.6134 Dengan menggunakan rumus 3.3, cooling load dari kaca untuk tiap lantai dari lantai 1 sampai lantai 3 mulai dari pukul 08.00-18.00 dapat dihitung dan ditampilkan pada tabel berikut. Sama halnya seperti cooling load dari dinding dan atap, besar cooling load dari kaca untuk tiap kamar yang diperhitungkan adalah cooling load maksimum yang ditandai dengan tulisan cetak tebal Tabel 3.13.Cooling load dari kaca untuk lantai 1 mulai pukul 08.00-18.00 Lantai Arah Waktu Kaca

8:00 9:00

10:00 11:00

12:00 13:00

14:00 15:00

16:00 17:00

18:00 1

N 5756 6507 7383 8134 8760 9135 9386 9511 9261 9386 9886 S 1042 1564 2309 3128 3873 4245 4320 3948 3501 3054 2681 E 14655 16654 16987 14988 12990 11657 10658 9659 8660 7660 6994 W 3962 4358 4754 5150 5546 7527 11489 15848 19810 22187 21791 Total Lt.1 25417 29084 31434 31402 31171 32567 35855 38966 41232 42288 41354 2 N 20296 22944 26033 28680 30886 32210 33092 33534 32651 33092 34857 S 4834 7251 10705 14503 17957 19683 20029 18302 16230 14158 12431 E 47676 54178 55261 48760 42259 37924 34674 31423 28172 24921 22754 W 9729 10702 11675 12648 13621 18486 28216 38919 48649 54487 53514 Total Lt.2 82538 95077 103676 104593 104724 108305 116012 122179 125704 126661 123559 3 N 24646 27861 31611 34826 37505 39112 40184 40719 39648 40184 42327 S 4801 7201 10631 14403 17833 19548 19891 18176 16118 14060 12346 E 57406 65235 66539 58711 50883 45664 41750 37836 33922 30008 27398 W 11941 13135 14329 15523 16717 22688 34629 47765 59706 66871 65677 Total Lt.3 98795 113433 123112 123465 122939 127013 136455 144497 149395 151124 147749 TOTAL 206751 237595 258223 259461 258835 267887 288323 305644 316332 320074 312663 Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa Cooling Load kaca terbesar maksimumadalah pada pukul 17:00 sebesar 320074 BtuHour.

3.2.4. Perhitungan Cooling Load dari Lantai

Besarnya panas yang diserap oleh lantai bangunan dari tanah dapat dihitung Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 dengan rumus: Q lantai = U × A × TD…..3.4 literatur : Pita, Edward G., “Air Conditioning Systems”, hal 101 Dimana: U = koefisien perpindahan panas menyeluruh dari lantai A = luas lantai, ft 2 TD = Temperature difference: T tanah – T desain ruangan T tanah = 28 o C = 82,4 o F TD = 82,4 – 75 o F TD = 7,4 o F Adapun material lantai bangunan kantor beserta tahanan panasnya masing-masing berdasarkan Tabel 3.2. adalah sbb: - Ceramic Tile 1 inci memiliki R 1 = 0,08 hr.ft 2 . o FBtu - Concrete 5 inci memiliki R 2 = 0,81 hr.ft 2 . o FBtu - Cement Plaster 2 inci memiliki R 3 = 0,4 hr.ft 2 . o FBtu Gambar 3.3. Konstruksi lantai Maka U = 3 2 1 1 R R R + + = 4 , 81 , 08 , 1 + + = 0,77 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Berdasarkan gambar 2.10, luas lantai 1 dapat dihitung dengan hasil sebagai berikut: A lantai = 1540 m 2 = 16576.56 ft 2 Adapun cooling load dari lantai lantai 1 dapat dihitung sebagai berikut: Q lantai = U × A lantai × TD = 0,77 × 16576,56 × 7,4 = 94453,23 Btuhr

3.2.5. Perhitungan Cooling Load dari Lampu Penerangan dan Alat Elektronik

Besarnya beban pendingin yang dihasilkan oleh penerangan lampu dapat dihitung dengan rumus : Q penerangan = 3,4 × W × BF…..3.5 literatur : Pita, Edward G., “Air Conditioning Systems”, hal 108 Dimana : W = total daya lampu keseluruhan BF = Balast Factor Untuk lampu fluorescent BF = 1,25 Untuk lampu incandescent BF = 1,0 Adapun daya lampu yang dibutuhkan untuk penerangan pada bangunan Kantor dipilih sebesar 30 Wattm 2 untuk daya lampu daerah komputer berdasarkan Tabel 3.14, dengan jenis lampu incandescent dengan BF = 1,0. Sedangkan alat elektronik yang diperkirakan ada sesuai standar hotel hanyalah TV dengan 200Watt dan computer dengan 125 Watt. Tabel 3.14. Estimasi Beban listrik suatu Bangunan Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Sumber : Tangoro, Dwi, Utilitas Bangunan, hal 76 Dengan cara tabulasi sebagai berikut, cooling load dari lampu dan alat elektronik untuk tiap ruangan mulai dari lantai 1 sampai lantai 3 dapat dilihat pada tabel 3.15. Tabel 3.15. Cooling load dari PeneranganLampu dan TV untuk tiap ruangan dari lantai 1 sampai 3 Lantai Ruang DayaLuas Alat Elektronik Luas Q lampu Q elektronik Q lampu Wattm 2 TV Komputer Ruangm 2 Btuh Btuh Elektronik Btuh 1 Lobby 30 1 2 595.6 75939 2231.25 78170.25 Ruang SerbagunaAula 30 1 2 331.8 42304.5 2231.25 44535.75 Ruang Istirahat Ka.Adpel 30 1 1 50.4 6426 1381.25 7807.25 Kabid.KPLP 30 1 2 36 4590 2231.25 6821.25 Kasi Kesyahbandaraan 30 - 1 13 1657.5 850 2507.5 Kasi Penyelamatan 30 - 1 13 1657.5 850 2507.5 Kasi Keamanan 30 1 11.4 1453.5 127.5 1581 Ruang Senjata 30 - - 11.4 1453.5 - 1453.5 Ruang KPLP 30 1 5 330.4 42126 4781.25 46907.25 TOTAL LANTAI 1 1393 177607.5 14683.75 192291.25 2 Bid.Lala Kepelabuhan 30 1 5 311.8 39754.5 4781.25 44535.75 Ruang Kab.Lala Kepelabuhan 30 1 1 36 4590 1381.25 5971.25 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Ruang Kontrol 30 - 3 11.4 1453.5 2550 4003.5 Ruang Peralatan 30 - - 11.4 1453.5 - 1453.5 Bag. Pembukuan 30 - 2 13 1657.5 1700 3357.5 Bag. Keuangan 30 - 2 13 1657.5 1700 3357.5 Ruang Istirahat 30 2 1 64.8 8262 1912.5 10174.5 Ruang Obat-obatan 30 - - 21.6 2754 - 2754 Kantin 30 2 - 9 1147.5 1062.5 2210 Koridor 30 - - 118.08 15055.2 - 15055.2 TOTAL LANTAI 2 610.08 77785.2 15087.5 92872.7 3 Bid.Lala Kepelabuhan 30 1 5 337.86 43077.15 4781.25 47858.4 Kabid.Lala Kepelabuhan 30 1 1 36 4590 1381.25 5971.25 Kasi Was.Fasilitas 30 - 2 25.2 3213 1700 4913 Kasi Lalin dan Angla 30 - 2 10.08 1285.2 1700 2985.2 Kasi penumpang Angla TKBM 30 - 2 35.28 4498.2 1700 6198.2 Ruang Wudhu 30 - - 19.8 2524.5 - 2524.5 Koridor 30 - - 75.6 9639 - 9639 Kabid.Kelaiklautan Kapal 30 1 2 46.8 5967 2231.25 5967 Ruang AIS 30 - - 15.12 1927.8 - 1927.8 Bid.Kelaiklautan Kapal 30 1 5 321.9 41042.25 4781.25 45823.5 Kasi Keselamatan Kapal 30 - 2 15.3 1950.75 1700 3650.75 Kasi Kepelautan 30 - 2 15 1912.5 1700 3612.5 Kasi Pengukuran 30 - 2 15 1912.5 1700 3612.5 TOTAL LANTAI 3 968.94 123539.85 23375 144683.6 TOTAL COOLING LOAD PENERANGAN ALAT ELEKTRONIK 378932.55 53146.25 429847.55 Dengan demikian, Beban Pendingin dari Penerangan dan Alat Elektronik adalah sebesar 429847 BtuHour.

3.2.6. Perhitungan Cooling Load dari Manusia

Total kalor yang dilepas oleh tubuh manusia sangat tergantung kepada kegiatan yang dilakukan oleh manusia tersebut. Untuk menghitung besarnya kalor yang dilepas oleh tubuh manusia dapat digunakan rumus sebagai berikut: Q sensibel = q sensibel × n…...3.6 Q laten = q laten × n………..3.7 literatur : Pita, Edward G., “Air Conditioning Systems”, hal 111 Dimana: Q sensibel dan Q laten = total panas sensibel dan laten dari tubuh manusia q sensibel dan q laten = panas sensibel dan laten untuk tiap orang n = banyaknya jumlah orang didalam ruang Tabel 3.16. Panas yang dihasilkan dari manusia Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Sumber : Carrier Air Conditioning Co., System Design Manual 1, Load Estimating, hal 100 - Dari tabel 3.16, untuk aktivitas pekerja kantor dan aktivitas berdiri, berjalan lambat pada aplikasi hotel, besarnya panas sensibel dan panas laten untuk temperatur ruangan 76 o F masing-masing didapat 235 Btuhr dan 215 Btuhr per orang. Selanjutnya cooling load dari manusia untuk tiap ruangan mulai dari lantai 1 sampai lantai 3 berdasarkan denah bangunan dapat dilihat pada tabel 3.17. Tabel 3.17. Cooling load dari manusia mulai lantai 1 sampai lantai 3 Lantai Ruang n Qs Btuh Ql Btuh Q manusia Btuh 1 Lobby 13 2450 2050 5000 Ruang SerbagunaAula Ruang Istirahat Ka.Adpel Kabid.KPLP 2 490 410 900 Kasi Kesyahbandaraan 2 490 410 900 Kasi Penyelamatan 2 490 410 900 Kasi Keamanan 2 490 410 900 Ruang Senjata 2 490 410 900 Bid. KPLP 11 2450 2050 4950 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 TOTAL Q manusia Lantai 1 7350 6150 14450 2 Bid.Administrasi 50 12250 10250 22500 Ruang Kab.Administrasi 7 1715 1435 3150 Ruang Kontrol 2 490 410 900 Ruang Peralatan 2 490 410 900 Bag. Pembukuan 2 490 410 900 Bag. Keuangan 2 490 410 900 Ruang Istirahat 2 490 410 900 Ruang Perpustakaan Mini 2 490 410 900 Kantin 4 980 820 1800 Koridor 2 490 410 900 TOTAL Q manusia Lantai 2 18375 15375 33750 3 Bid.Lala Kepelabuhan 50 12250 10250 22500 Kabid.Lala Kepelabuhan 7 1715 1435 3150 Kasi Was.Fasilitas 5 1225 1025 2250 Kasi Lalin dan Angla 2 490 410 900 Kasi penumpang Angla TKBM 7 1715 1435 3150 Ruang Wudhu Koridor 2 490 410 900 Kabid.Kelaiklautan Kapal 2 490 410 900 Ruang AIS 3 735 615 1350 Bid.Kelaiklautan Kapal 48 11760 9840 21600 Kasi Keselamatan Kapal 2 490 410 900 Kasi Kepelautan 2 490 410 900 Kasi Pengukuran 2 490 410 900 TOTAL Q manusia Lantai 3 32340 27060 59400 TOTAL COOLING LOAD MANUSIA 58065 48585 107600

3.2.7. Perhitungan Cooling Load dari Infiltrasi

Biasanya kebutuhan udara luar sangat cukup untuk menghasilkan tekanan yang sedikit berbeda dari ruangan dan menyeimbangkan infiltrasi. Tidak perlu untuk memikirkan infiltrasi hanya jika volume udara luar dapat ditangani oleh peralatan yang mampu untuk menyeimbangkan besarnya total infiltrasi yang diperhitungkan. Tapi jika peralatan tidak mampu untuk menangani infiltrasi yang terlalu besar, maka infiltrasi perlu diperhitungkan sebagai total beban pendingin. Besarnya infiltrasi dalam ruangan yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Cfm inf = 60 60 gan VolumeRuan G W L H = × × × …..3.8 literatur : Jordan, Richard C., “Refrigeration and Air Conditioning” ,hal 234 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Dimana : H = tinggi gedung ft L = panjang gedung ft W= lebar gedung ft G = faktor dinding G = 1 , jika ruangan memiliki satu dinding luar G = 1,5 , jika ruangan memiliki dua dinding luar G = 2 , jika ruangan memiliki tiga buah atau lebih dinding luar Yang dimaksud dengan dinding luar adalah dinding yang berhubungan dengan bagian ruangan gedung yang tak dikondisikan yaitu dinding yang memiliki jendela ataupun pintu yang memungkinkan terjadinya infiltrasi. Jika celah-celah pintu dan jendela diisolasi dengan strip, maka infiltrasi yang terjadi adalah setengah dari besarnya infiltrasi yang diperoleh dari persamaan 3.8. Infiltrasi pada bangunan kantor ini berdasarkan gambar 2.10-2.12, dan ditinjau pada lantai 1,2 dan 3 yaitu pada lobby dan Ruang Serbaguna serta Ruang yang yang memiliki pintu yang berhubungan langsung dengan udara luar dan alirannnya ke tingkat selanjutnya. Tidak adanya infiltrasi melalui jendela karena tidak terdapat jendela pada Gedung ini. Besarnya infiltrasi tersebut diatur dengan putaran exhaust fan dan disesuaikan dengan kebutuhan udara ventilasi untuk ruangan-ruangan tersebut. Sehingga besar infiltrasi ini identik dengan kebutuhan udara ventilasi dan oleh sebab itu menjadi bagian dari perhitungan cooling load dari ventilasi Adapun perhitungan infiltrasi pada lantai yaitu perhitungan infiltrasi untuk lobby yang memiliki pintu depan dan ruang serbaguna yang memiliki pintu samping serta ruang lain yang memiliki ruang kontak dengan udara luar. Dengan tinggi lobby 4 m 13,123 ft dan luas lantai lobby 6411.0384 ft 2 berdasarkan tabel 3.19, dimana dinding ruangan lobby ini memiliki 1 buah dinding luar, maka Cfm inf lobby dapat dihitung sbb: Cfm inf = 50 60 1 0384 , 6411 404 , 16 x x x Cfm inf = 2629.166848cfm ≈ 2629 cfm Udara infiltrasi yang masuk ke dalam ruangan ini memiliki nilai kalor sensibel dan kalor laten. Besarnya kalor sensibel dan kalor laten inilah yang akan menjadi Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 beban pendingin yang selanjutnya akan dibuang oleh mesin pendingin ke lingkungan. Besarnya kalor sensibel dan laten udara luar infiltrasi dihitung dengan persamaan: Q sensibel = 1,08 × Cfm inf × T, o – T, r ….3.9 literatur : Jordan, Richard C., “Refrigeration and Air Conditioning” ,hal 233 Dimana: T, o – T, r = perbedaan temperatur udara luar dengan temperatur ruang yaitu 96,08 o F dan 75 o F. Q laten = 0,68 × Cfm inf × w o ` - w i `……3.10 literatur : Jordan, Richard C., “Refrigeration and Air Conditioning” ,hal 234 Dimana: w o ’ – w i ’ = perbedaan rasio kelembaban udara luar dengan udara ruang. Nilai w o ’ dan w i ’ini didapat dari grafik psikometrik berdasarkan T, o = 96,08 o F dan T, r = 76 o F, diperoleh 200 lblb dry air dan 65 lblb dry air. Maka Rumus untuk mencari Cooling Load Infiltrasi total adalah: Q infiltrasi = Q sensibel + Q laten Dengan cara Tabulasi pada Tabel 3.18 berikut ini dapat dihitung nilai Beban Pendingin yang berasal dari Infiltrasi sebagai berikut: Tabel 3.18. Perhitungan Coolind Load Infiltrasi Lantai 1,2,dan 3 Lantai Ruang Tinggift A lantai m 2 A lantai ft 2 Cfm inf Qs Ql Q infiltrasi 1 Lobby 16.404 595.6 6411.0384 2629.1668 64456.6544 241357.516 305814.1 Ruang SerbagunaAula 16.404 331.8 3571.4952 1952.8935 47877.1388 179275.63 227152.7 Ruang Istirahat Ka.Adpel 16.404 50.4 542.5056 148.32103 3636.238397 13615.8706 17252.1 TOTAL Lantai 1 16.404 977.8 10525.0392 4730.38133 115970.032 434249.0166 550218.9 2 Koridor 13.123 118.08 1271.0131 138.99587 3407.622907 12759.8214 16167.44 TOTAL Lantai 2 13.123 118.08 1271.0131 138.99587 3407.62291 12759.8214 16167.44 3 Ruang Wudhu 13.123 19.8 213.1272 23.307235 571.4001826 2139.6042 2711.004 Koridor 13.123 75.6 813.7584 88.991262 2181.709788 8169.39788 10351.1 TOTAL Lantai 3 13.123 95.4 1026.8856 112.298497 2753.10997 10309.00208 13062.104 Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009

3.2.8. Perhitungan Cooling load dari Ventilasi

Untuk tetap menjaga agar ruangan tetap segar, maka udara luar juga harus dimasukkan ke dalam ruangan yang dikondisikan untuk menghilangkan atau mengurangi kadar konsentrasi dari asap rokok, bau badan, karbon dioksida, dan yang lainnya. Dalam aplikasi kantor ini, Kebutuhan udara ventilasi ruangan kantor disuplai dari koridor sebagai udara infiltrasi yang masuk lewat celah pintu. Udara ventilasi tersebut menjadi cooling load koridor karena udara tersebut telah dikondisikan di koridor sebelum disuplai ke tiap ruangan kantor. Adapun besar ventilasi ini akan dibandingkan dengan besar infiltrasi, jika ventilasi lebih besar dari infiltrasi, maka infiltrasi dapat diabaikan dan besar cooling load dari ventilasi inilah yang akan diperhitungkan untuk cooling load total. Dari tabel 3.19 berikut, diperoleh kebutuhan ventilasi untuk aplikasi Office Room untuk recommended cfm berkisar antara 35 per orang dalam hal ini dipilih 15 cfm per orang. Tabel 3.19 Kebutuhan udara untuk ventilasi Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Sumber : Pita, Edward G., Air Conditioning Systems, hal 118 Dengan cara yang sama seperti menghitung cooling load dari infiltrasi, cooling load dari ventilasi dapat dihitung sebagai berikut: Q sensibel = 1,08 × Cfm inf × T, o – T,r Q laten = 0,68 × Cfm inf × w o ` - w i ` Q ventilasi = Q sensibel + Q laten Perhitungan Cooling Load dari Ventilasi ini dapat ditabelkan sebagai berikut: Tabel 3.20 Cooling load dari ventilasi yang disuplai pada ruangan tertentu dari lantai 1 sampai lantai 3 Lantai Ruang n cfm Qs Ql Q ventilasi 1 Lobby 10 350 8580.6 32130 40710.6 Ruang SerbagunaAula TOTAL Lantai 1 10 350 8580.6 32130 40710.6 2 Koridor 2 70 1716.12 6426 8142.12 TOTAL Lantai 2 2 70 1716.12 6426 8142.12 3 Ruang Wudhu Koridor 15 525 12870.9 48195 61065.9 TOTAL Lantai 3 15 525 12870.9 48195 61065.9 Terlihat bahwa kebutuhan udara ventilasi dan cooling load dari ventilasi lebih kecil dari infiltrasi, sehingga cooling load dari infiltrasi yang akan diperhitungkan pada cooling load total.

3.2.9 Total Cooling Load

Besarnya cooling load secara keseluruhan yang menjadi beban dari mesin pendingin dapat dihitung dengan: Q cooling load = Q atap + Q dinding + Q kaca + Q infiltrasi + Q manusia + Q penerangan dan elektronik +Q lantai Adapun cooling load secara keseluruhan ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu: - Beban laten, yaitu beban yang harus dibebankan kepada mesin pendingin untuk menurunkan kelembaban dalam ruangan. Beban ini berasal dari manusia dan infiltrasi atau ventilasi. - Beban sensibel, yaitu beban yang harus dibebankan kepada mesin pendingin untuk menurunkan suhu ruangan. Beban ini berasal dari struktur bangunan yang Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 mencakup dinding, kaca, lantai, atap dan juga beban manusia, penerangan , alat elektronik, dan infiltrasiventilasi Tabel 3.21 Cooling load total tiap kamar dari lantai 1 sampai lantai 6 lantai Q dinding Q kaca Q lantai Q lampu Q manusia Q infiltrasi Q atap Q total Btuhr Qsensibel Btuhr Btuhr Btuhr Btuhr Btuhr Btuhr Btuhr Btuhr 1 119433 41354 94453 192291 14450 550218 - 1012199 378560 2 26010 123559 - 92872 33750 16167 - 276191 264223 3 22118 147749 - 144683 59400 13062 206159 387012 581527 TOTAL 167561 312662 94453 429846 107600 579447 206159 1675402 1224310 Berdasarkan tabel 3.21 di atas, terlihat bahwa cooling load total dari lantai 1 sampai lantai 3 adalah sebesar 1675402 Btuhr atau setara dengan 492,75 kW atau 140 Ton of Refrigeran TOR. Menurut Jordan ,cooling load total ini dalam perencanaan biasanya ditambah 10 dari nilainya sebagai faktor keamanan safety factor. Dengan demikian, cooling load total tersebut menjadi 1.842.942 Btuhr atau setara dengan 542 kW atau 153,57 TOR. Selanjutnya akan diuraikan perhitungan beban mesin pendingin dengan menggunakan analisa psychrometric chart. Perhitungan dengan psychrometric chart maupun dengan estimasi cooling load seperti diuraikan sebelumnya akan memberikan hasil yang kurang lebih sama.

3.3. Siklus Pengkondisian Udara

Adapun siklus pengkondisian udara yang akan diuraikan dalam subbab ini adalah pada semua ruangan pada lantai 1,2 dan 3, dimana terdapat beban pendingin dari udara luar yaitu udara ventilasi bagi manusia di dalamnya sehingga siklus pengkondisian udara yang terjadi dapat dianalisa secara lengkap. Dari grafik psikrometrik, siklus pendingin udara dapat dilihat dimana udara luar 1 dan udara dari ruangan yang dikondisikan 2 bercampur di titik 3 dibalikkan kembali ke kondensor. Di dalam coil kondensor mengalir air bersuhu sekitar 37,4 o F3ºC yang berasal dari evaporator. Udara yang melewati coil pendingin, suhu dan kelembabannya akan turun 4. Udara keluar dari coil inilah yang akan dihembus dengan blower ke dalam ruangan. Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 1 3 4 2 2 2 ruangan udara supplai ke ruangan dikondisikan udara supplai ke 4 udara balik dari ruangan ruangan 3 4 udara balik dari ruangan blower 1 Gambar 3.4. Siklus pengkondisian udara 3.3.1.Analisa Grafik Psikometrik Psychometric Chart Pertama-tama, siklus pengkondisian udara pada koridor lantai 1 yang akan dianalisa. Adapun kondisi perencanaan seperti yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya yaitu: ♦ Suhu dalam ruang yang direncanakan T, r = 24ºC76 o F DB dan RH = 50 ♦ Suhu udara luar T, o = 35,6ºC96,08ºF DB dengan RH = 77 Dengan mengacu pada gambar 3.4, langkah untuk menganalisa psychrometric chart adalah: 1. Karena percampuran udara titik 3 terjadi di dalam ruangan, maka kondisi udara campuran inilah yang harus diperhitungkan sebagai kondisi udara perencanaan pada ruangan tersebut yaitu T, r = 76 o F dan RH yang akan dicari. Dengan kondisi udara luar titik 1 yang telah diketahui yaitu T ,o = 96,08 o F dan RH = 77, maka dapat ditarik suatu garis lurus penghubung antara titik 1 dengan titik 3. 2. Pada titik perpotongan suhu 80ºF dan RH = 50, terdapat sebuah titik yang disebut “titik setan”. Dari titik ini ditarik garis lurus ke sumbu GSHF Global Sensible Heat Factor yang dapat dihitung dengan rumus: GSHF = load cooling sensibel Q Q = 69 . 800783 550571 = Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Dari titik 3 kemudian ditarik garis sejajar dengan garis GSHF hingga ke garis saturasi pada psychrometric chart. 3. Temperatur coil didapat dari perpotongan garis tersebut pada garis saturasi yaitu pada suhu 37,8 o F yang untuk selanjutnya disebut t adp . 4. Ketika udara campuran tersebut melewati coil pendingin, ternyata tidak semua udara tersebut mengalami penurunan suhu dan terkondensasi. Sebagian kecil udara ada yang lolos melewati coil tanpa mengalami penurunan suhu. Perbandingan antara jumlah udara yang lolos tanpa mengalami penurunan suhu dengan jumlah udara total yang melewati coil disebut dengan Bypass Factor BF. Untuk kecepatan udara melewati coil yang tidak melebihi 500 fpm, dan 2 baris coil, By-pass Factor direncanakan 0.313. 5. Kemudian titik 4 yaitu kondisi udara setelah melewati coil dapat dicari berdasarkan harga By-pass Factor dengan menggunakan rumus: BF = adp 3 adp 4 t t t t − − ⇔ F t 4 2 , 49 4 , 37 4 , 37 2 , 75 313 . = + − × = 6. Selanjutnya pada titik 4 tarik garis lurus dengan kemiringan garis RSHFRoom Sensible Heat Factor yaitu garis dengan kemiringan SHF yang didapat dengan tanpa memperhitungkan udara ventilasi atau infiltrasi hingga memotong perpanjangan garis yang menghubungkan titik 1 dan 3. Adapun titik yang didapat dari perpotongan kedua garis tersebut merupakan kondisi udara setelah menyerap panas dari cooling load ruangan sebelum bercampur dengan udara luar, yang untuk selanjutnya disebut titik 2. 7. Dari psychrometric chart, diperoleh h 4 = 19 Btulb udara dan h 3 = 30 Btulb udara. 8. Kuantitas udara suplai yang diperlukan cfm dapat dicari dari rumus: cfm = cfm t t Q sensible 2 , 19607 2 , 49 2 , 75 08 . 1 550771 08 , 1 4 3 = − × = − × 9. Beban mesin pendingin di lantai 1 dapat dicari dengan persamaan: Q lobby = 4,55·cfm·h 3 – h 4 = 4,55·19607,2·30 – 19 = 981340,36 Btuh Madi Margoyungan : Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Kantor ADPEL Di Medan, 2008. USU Repository © 2009 Ternyata perhitungan Q lantai 1 dengan grafik psikrometrik memberikan hasil yang hampir sama dengan perhitungan Q lantai 1 dari cooling load sebelumnya yaitu 1052170 Btuhr. Dengan cara yang sama, dan harga Bypass Factor, T 1 , dan T 3 yang sama, maka GSHF, RSHF, t adp , t 4 , t 2 , h 3 , h 4 , serta Q koridor lantai 2,3 dapat dicari dan memberikan hasil sebagai berikut: Lantai 2 Lantai 3 GSHF = 0,81 GSHF = 0,93 cfm = 12093,7 cfm cfm = 22690,36 cfm t adp = 37,4 o F t adp = 37,4 o F t 4 = 49,2 o F t 4 = 49,2 o F h 3 = 26,4 Btulb h 3 = 25,2 Btulb h 4 = 18,2 Btulb h 4 = 17,6 Btulb Untuk lebih jelasnya, grafik psikometrik untuk kondisi lantai 1 dan lantai 2 serta lantai 3 seperti yang diuraikan sebelumnya, dapat dilihat pada halaman berikut.

BAB 4 ANALISA TERMODINAMIKA