Wirawan Sarwono, bahwa sikap ada lah “Kesiapan pada seseorang untuk
bertindak secara tertentu terhadap hal- hal tertentu”
4
Lebih lanjut menurut Akyas Azhari menjelaskan pengertian sikap attitude sebagau berikut :
Sikap adalah suatu perbuatan atau tingkah laku atau reaksi atau respon terhadap rangsangan stimulus yang disertai dengan
pendirian orang itu. Dalam hal ini sebagian psikolog bahwa sikap diawali dengan perasan emosi baru menunjukan reaksi respon
atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagi sebuah reaksi, sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif; senang atau tidak
senang; melaksanakan atau menjahuinya.
5
Menurut Ma’rat sebagimana dikutip oleh Jalaludin, meskipun belum
lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap. Dari 13 itu dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut
adalah bahwa: 1.
Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan sikap interaksi yang terus menerus dengan lingkungan attitudes are
learned. 2.
Sikap selau berhubungan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide attitudes are referent.
3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah,
sekolah, tempat ibadat ataupun tempat lainya melalui nasihat, teladan atau percakapan attitudes are social learnings.
4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara
tertentu terhadap objek attitudes have readiness to respond. 5.
Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan yang apakah positif, negative, atau ragu
attitudes are affective.
4
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, h.94.
5
Akyas Azhari, Psikologi Umum Dan Perkembangan, Jakarta:Penerbit Teraju, 2004, Cet. 1 h. 161
6. Sikap memilki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau
lemah attitudes are very intensive. 7.
Sikap bergantung pada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan sedangkan di saat dan situasi yang
berbeda belum tentu cocok attitudes have a timedimension. 8.
Sikap dapat bersikap relatif Consistent dalam sejarah hidup individu attitudes duration factor.
9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi atau kognisi individu
attitudes are complex. 10.
Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan attitudes
are evaloations. 11.
Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai attitudes are
inferred.
6
Definisi-definisi di atas menunjukan bahwa sikap merupakan kesiapan dalam diri individu untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek
tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang
objek. Komponen afeksi dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap objek senang atau tidak senang. Adapun konasi berhubungan dengan kesediaan atau
kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Dengan demikian, sikap merupakan interaksi dari komponen-komponen tersebut secara kompleks.
7
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah
laku merespon secara tertentu pula.
6
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996,Cet 1, h.215.
7
Jalaludin, Psikologi Agama ,… h.216.
b. Proses pembentukan dan perubahan sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau terjadi begitu saja. Pembentukanya selalu berhubungan dengan interaksi sosial baik yang terjadi di
dalam maupun yang terjadi di luar kelompok, berjalan secara alamiah maupun dengan bantuan teknologi informasi. Pada dasarnya proses pembentukan sikap
berawal dari lingkungan keluarga, kemudian interaksi dengan lingkungan masyarakat dan tentu saja berhubungan dengan lingkungan pendidikan, baik
formal maupun informal. Selain itu sikap berhubungan dengan perbedaan bakat, minat, dan intensitas perasan
8
. Secara umum, pembentukan dan perubahan sikap dapat terjadi melaui empat
cara, yakni : a.
Adopsi. Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu
dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap. b.
Deferensiasi. Hal-hal yang terjadinya dianggap sejenis, berkembang sejalan dengan berkembangnya intelegensi, pengalaman dan usia yang
kemudian dipandang tersendiri dan dilepas dari jenisnya. c.
Integrasi. Pembentukan sikap terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagi pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu sehingga
akhirnya terbentuk sikap megenai hal tersebut. d.
Trauma. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman-pegalaman yang
traumatis dapat
menyebabkan terbentuknya sikap
9
.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap
Pembentukan sikap pada diri individu tak lepas dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan yang saling
8
Akyas Azahari, Psikologi umum dan perkembangan…h. 162
9
Zikri Neni Iska, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006, Cet 1 h. 110
mempengaruhi, meliputi hubungan antara individu dengan individu yang lainya, individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya.
Dalam interaksi sosialnya, individu membentuk sikap tertentu terhadap objek sikap tertentu. Di anatara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
dalam diri individu adalah : a.
Pengalaman pribadi. Pembentukan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu
yang bersangkutan, situasi di mana taggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meniggalkan kesan yang kuat. Karena sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut terjadi pada situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan
lebih mendalam dan berbekas. b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu cenderung unutk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap
orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan unutk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut. Seseorang yang dianggap penting tersebut akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita
terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang yang statusnya lebih tinggi, teman
sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain- lain. c.
Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
d. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
sperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan- pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi
dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan dan
lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara garis yang diboleh lakukan atau yang tidak boleh
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan dan serta ajaran-ajaranya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat
menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada giliranya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap
individu terhadap sesuatu hal. f.
Pengaruh faktor emosional. Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu
bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian merupakan sikap yang sementara dan segera beralalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat
pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
d. Pengartian tentang Agama, Beragama dan Keberagamaan
Sebelum mengemukakan definisi tentang keberagamaan, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian agama yang merupakan kata dasar dari keberagamaan.
Kata keberagamaan ditinjau dari as pek bahasa berasal dari kata “agama” yang
berarti suatu ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dengan manusia serta manuasia dengan lingkungannya .
10
Sedangkan dalam Ensiklopedi Hukum Islam agama adalah aturan atau tata cara hidup manusia yang dipercayainya bersumber dari Yang Maha Kuasa untuk
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
11
Secara terminologis istilah, terdapat banyak definisi mengenai agama. Banyak dan beragamnya definisi mengenai agama karena pengertian agama dari
sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektifitas dari orang yang mengartikannya. Berikut di antaranya.
Menurut Quraish Shihab agama adalah “Hubungan antara makhluk dengan
khalikNya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batinya serta tampak dalam ibadah yang dilakukanya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.”
12
Adapun menurut Muhamad Syaltut agama adalah “ketetapan-ketetapan Ilahi
yang di wahyukan kepada nabinya untuk menjadi pedoman hidup Manusia.”
Menurut H.A Mukti Ali yang dikutip oleh Mujdhaid Abdul Manaf “agama”
adalah keperayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-utusan-Nya. Untuk kebahagiaan hidup manusia di
dunia dan di akhirat
13
Menganalisa definisi agama di atas, dapat diakui kurang memuaskan dan memang tidak ada definisi agama yang benar-benar memuaskan. Karena satu hal,
setiap agama mempunyai keanekaragamannya yang hampir tidak dapat dibayangkan memerlukan deksripsi penggambaran dan bukan definisi batasan.
Adalah merupakan tugas terpelajar untuk terus menerus menggali definisi agama sesuai dengan tujuan yang bersifat khusus, yaitu definisi yang cukup khas sebagai
alat yang berguna untuk memahami kehidupan sosial.
10
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indnesia, … h. 12.
11
Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, Cet 1, h. 32
12
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Bandung:Mizan,1994, h. 210
13
Mujdhaid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1994, h. 4
Perbedaan definisi tersebut dapat dipahami karena setiap agama dan orang mendefinisikan agama dengan karakteristik yang berbeda-beda, menjadi suatu hal
yang wajar apabila definisi-definisi tersebut kurang memuaskan. Selanjutnya bila kata agama mendapatkan awalan ber-
menjadi “beragama” yang berarti beribadat, taat kepada agama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “beragama” diartikan sebagai,
“ Menganut atau memeluk agama; Beribadah atau taat kepada agama atau lebih konkritnya lagi kata beragama diartikan sebagai memeluk atau taat menjalankan
ajaran- ajaran yang dianut.”
14
Kemudian ditambahkan lagi awalan ke- dan akhiran an-, menjadi “keberagamaan” yang berarti perihal beragama.
15
Dari uraian-uraian di atas, mengenai sikap beragama, adapun pengertian sikap beragama dengan sendirinya
adalah keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku berkaitan dengan agama. Agama menyangkut kehidupan batin manusia oleh
karena itu kesadaran beragama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu
yang sakral dan gaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama maka kemudian muncul sikap keberagamaan yang ditampilkan seseorang.
Pengertian sikap keberagamaan di atas sejalan dengan pendapat Jalaludin yaitu: “Sikap beragama merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, sikap keberagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antar
kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagi unsur konatif.
”
16
Oleh karena itu keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ritual saja, akan tetapi dalm akatifitas lainya. Islam menyuruh umatnya
untuk beragama secara menyeluruh. Setiap muslim baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak harus secara Islami. Bahkan dalam melakukan aktifitas-aktifitas
14
Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahsa Indonesi a…h.211
15
Tim penyusun, KamusBesar Bahsa Indonesia,h. 12.
16
Jalaludin, Psikologi Agama … h. 184
lainya. Seorang muslim diperintahkan untuk melakukanya secara islami dalam rangka beribadah kepada Allah semata.
Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat, bahwa kondisi kedalaman keberagamaan akan terbentuk dalam diri pemeluk agama
apabila ia memiliki kesadaran keagamaan religious counsciousness dan pengalaman
keagamaan Religious
Experience. Kesadaran
keagamaan merupakan aspek mental dari prerilaku aktivitas agama. Adapun pengalaman
keagamaan dalam menumbuhkan keyakinan yang menghasilkan tindakan atau amaliah.
17
Dengan demikian secara kongkrit yang dimaksud dengan sikap keberagamaan adalah tingkah laku yang taat kepada agama atau perbuatan yang mencerminkan
ketaatan dalam menjalankan ajaran agama yang didasarkan oleh pengetahuan dan perasaan terhadap agama dengan harapan mendapat ridha Allah SWT.
Dari segi konteks keberagamaan dalam agama Islam menurut Yusuf Al Qaradhowy memiliki dimensi-dimensi atau pokok-pokok Islam yang secara garis
besar dibagi 3 yaitu aqidah, ibadah at au praktek agama atau syari’ah, akhlak.
18
1. Aqidah
“Aqidah secara etimologi yaitu kepercayaan”
19
sedangkan secara terminologi
“disamakan dengan keimanan, yang menunjukan kepada seberapa tingkat keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran
agamanya yan g bersifat fundamental dan dogmatis.”
20
2. Ibadah atau praktik agama syari’ah
Ibadah atau prakt ik syari’ah merupakan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan langsung seorang muslim dengan Kholiknya dan sesama manusia, yang menunjukan seberapa patuh tingkat ketaatan
17
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1996, Cet. 15, h. 3-4
18
Yususf Al Qaradhawi, Pengantar Kajian Islam, penerjemah setiawan Budi Utomo, Jakarta: Pustaka Al Kausar, 1997,h.55
19
Idrus Alkaf, Kamus Al Manar, Surabaya: Karya Utama
20
Yususf Al Qaradhawi, Pengantar Kajian Islam ,… h.55
seseorang muslim yang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual keagamaan yang diperintahkan dan dianjurkan, baik yang menyangkut
ibadah ritual dalam arti khusus maupun dalam arti yang luas yang merupakan media komunikasi langsung dan integral serta sarana
komunikasi antara Khalik dan mahkluknya. Ibadah juga merupakan perwujudan dari sikap keberagamaan seseorang dalam kehidupan.
3. Akhlak
“Kata akhlak sacara etimologi adalah tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kesatriaan, kej
antanan dan kemarahan”
21
Sedangkan menurut Imam Ghazali yang merupakan definisi secara terminologi
adalah” sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan- perbuatan yang dengan gamang dan mudah, tanpa memerluka pemikiran
dan pertimbangan”
22
“Soegarda Poerbakawatja menjelaskan bahwa akhlak adalah budi perkerti, watak kesusilaan kesadaran etik dan moral yaitu kelakuan yang baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama
manusia.”
23
Dalam penjelasan Yusuf Al-Qaradhawy di atas merupkan pokok-pokok Islam yang dapat dijadikan ruang lingkup dari sikap keberagamaan:
1. Aspek aqidah, ruang lingkup aqidah merupakan yang paling
mendasar dalam diri seseorang dikarenakan dengan aqidahlah seseorang memiliki pondasi atas sikap keberagamaan, aqidah juga
merupakan alasan utama seseorang yang dapat berprilaku sebagai hamba yang percaya kepada atas kekuasaan Tuhannya. Aqidah
berkaitan dengan iman dan taqwa hal inilah yang melahirkan keyakinan-keyakinan atas yang ada pada setiap dirinya merupakan
21
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994 jilid III, h.58
22
Imam Ghazali, Ihya Ulumudin, Kairo : Maktabah Mathbah al Masyad al Husainy, 1958 juz III, h 58
23
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Islam, Jakarta : Gunung Agung, 1976, h.9
pemberian dari Tuhan, dan ia mengetahui bahwa ia akan kembali kepada Tuhanya pula.
2. Aspek Syari’ah, ruang lingkup syariah merupakan realisasi atas
aqidah, iman yang tertanam dalam dirinya, ia berusaha melakukan setiap kewajiban yang diperintahkan sang Khlaik, hal ini berkaitan
dengan dengan ritual atau praktik ibadah seperti shalat lima waktu, shalat sunnah contahnya shalat dhuha dan salat tahajud serta lain
sebaginya, berdoa, puasa, membayar zakat dan lain sebaginya. Aspek syariah ini bertautan sekali dengan rukun Islam.
3. Aspek Akhlak, ruang lingkup akhlak berkaitan dengan perilaku
dirinya sebagi muslim yang taat, dalam menjalankan kehidupannya sehari-sehari yang semuanya itu sesuai dengan ajaran agama Islam.
Hal ini disebabkan ia memiliki kesadaran yang terdapat pada jiwanya tentang ajaran agama yang sesungguhnya, juga setiap
ajaran agamaya itu telah meresap sebenar-benarnya dalam hatinya. Sehingga lahirlah sikap yang mulia, dan dalam prilaku sehari-
harinya dapat mencerminkan sikap keberagamaan, seperti mudah menolong, jujur, dan bersedekah dan sebagainya.
e. Terbentuknya sikap keberagamaan
Pembentukan sikap keberagamaan seseorang dapat dilalukan dengan melalui 3 pendekatan yaitu pendektan rasional, emosional dan keteladanan.
a. Pendekatan rasional
“Pendekatan rasional adalah usaha memberikan peranan pada akal rasio pesarta didik dalam memahami dan membedakan bahan ajar
dalam standar materi kaitannya dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.”
24
24
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta : Kalam Mulia, 2004, Cet. 4, h 152
b. Pendekatan emosional
“Pendekatan emosional adalah upaya untuk merubah perasaan emosi peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran
Islam dan budaya bangsa serta dapat merasakan yang baik dan yang buruk”
25
. Dalam konteks ini terdapat dua metode yaitu : 1
Metode nasehat merupakan salah satu metode dalam membentuk sikap keberagamaan anak, mempersiapkan secara moral, psikis dan
sosial, dikarenakan nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat, menghiasi dengan moral dan
mengajari tentang prinsip-pri nsip Islam. “Dalam menggunakan
metode nasehat handaknya pendidik menghindari perintah atau larangan secara langsung, sebaiknya menggunakan teknik-teknik
tidak langsung seperti membuat perumpamaan”.
26
2 Metode pengawasan yaitu seorang pendidik mendampingi dan
mengawasi anak didiknya baik hal jasmani maupun rohani dalam upaya pebentukan aqidah, moral dan sosial yang baik. Aspek
pengawasan juga harus memberikan nilai-nilai yang positif dan optimal oleh karena itu harus dilakukan dengan cara yang tidak
mengekang anak, akan tetapi dengan cara menjelaskan dengan baik dimengerti oleh anak.
c. Pendekatan keteladanan
Pendekatan keteladanan adalah menjadikan guru sebagai figur agama dan non agama dengan seluruh warga sekolah sebagai cerminan
manusia yang berkepribadian agama. Keteladanan dalam pendidikan amat penting dan lebih efektif, apalagi dalam usaha pembentukan sikap
keberagamaan, seorang anak akan lebih mudah memahami atau mengerti apabila ada seseorang yang dapat ditirunya. Keteladanan ini
pun menjadi media yang amat baik bagi optimalnya pembentukan jiwa keberagaman seseorang.
25
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam ,…h 151
26
Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos, 1995, h. 1192
“Keteladanan pendidik terhadap pesarta didik kunci keberhasilan dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial
anak.”
27
f. Manfaat Sikap Beragama
a. Aspek Aqidah
Manfaat sikap keberagamaan dalam aspek aqidah adalah merupakan hal yang krusial, yaitu menambah kuatnya aqidah atau sebuah pemahaman.
Dengan adanya sikap keberagamaan yang merupakan relasasi dari sebuah pemahaman maka akan terjadi keseimbangan yang baik antara ranah teoritis
dan ranah empiris. Menurut Imam Al-Ghazali ada tiga cara untuk memantapkan aqidah
yaitu: a
Membaca Alquran dengan mempelajari arti dan tafsirnya. b
Membaca hadist dengan memahami maknanya. c
Konsekuensi dalam menegakan segala tugas ibadah “Menurut Imam Al Ghazali bahwa dengan tekun mengerjakan tiga
macam melakukan ibadah akan semakin bertambah mantap. Dan ini memang bisa kita rasakan sendiri, asal kita melakukanya dengan hati yang ikhlas,
bukan karena ingin dipuji”
28
Ciri-ciri aqidah yang benar berdasarkan keterangan dalam Al-Quran dan hadist bahwa di antara ciri-ciri aqidah yang benar tarhadap Allah adalah
sebagi berikut : 1
Yakin akan keesaan Allah, tuhan yang sebenarnya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu. Allah memerintahkan
umat manusia menyembah-Nya dan melarang manusia untuk memeprsekutukan-Nya dengan sesuatu.
2 Tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah, karena patuh kepada
perintah dan larangan Allah. Dalam surat Ali Imran ayat 175 :
27
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam ,…h 154
28
Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, Surabaya : Al Ihklas, 1994, Cet 1, h.280
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya orang-orang
musyrik Quraisy, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang
yang beriman
”. 3
Berani menegakan kebenaran dan keadilan sesuai dengan ajaran agama Islam, karena yakin barang siapa yang membela
kebenaran dan keadilan sesuai dengan agama Allah itu pasti akan di tolong oleh Allah SWT, sebagimana firma Nya dalam
surat Muhammad ayat 7 :
“ Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
” 4
Orang yang betul-betul beriman kepada Allah SWT pasti tidak akan tunduk begitu saja dengan kehendak-kehendak orang-orang
kafir dan munafik maupun dengan sesama Islamnya bila bertentangan dengan akidahnya. Mereka lebih tunduk kepada
Allah dan Rasulnya dari pada kepada manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 48 :
“ Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan
mereka dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.
”
5 Orang yang beriman kepada Allah itu tidak akan berani angkuh
dan sombong dikala ia kuat, baik kuat dalam arti fisik maupun dalam arti mempunyai kekuasaan. Adanya bersikap ankuh dan
sombong itu demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia itu sendiri.
6 Orang yang benar dan baik imannya kepada Allah tidak akan
berani bersikap pura-pura baik di hadapan orang, karena yakin bahwa niatnya pasti diketahui oleh Allah SWT. Allah
mengikatkan kita dalam surat Al An’am ayat 3
“Dan Dialah Allah yang disembah, baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang
kamu lahirkan dan mengetahui pula apa yang kamu usahakan ”
29
b. Aspek diri pribadi
Manfaat sikap keberagamaan dalam kehidupan seseorang berpengaruh biasanya pada saat dia mengerti atau sudah dewasa. Dalam
hal ini secara pribadi atau individual diri paham akan kesehatan sebagi anugrah dari Tuhan dan harus dijaga, dengan adanya sikap
keberagamaan ia akan berpikir untuk tidak merusak kesehatan atau tubuhnya
dengan melakukan
hal-hal yang
buruk sehingga
mengakibatkan kerusakan tubuhnya, meningkatkan kualitas psikologi subtansi psikologis kejiwaanRohaniah.
Dengan adanya sikap keberagamaan dalam jawanya potensi- potensi yang ada akan dapat lebih menigkatkan kualitas kehidupan
psikologinya.
29
Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, Surabaya : Al Ihklas, 1994, Cet 1, h.280
b. Aspek Rasa Tanggung Jawab Sosial
Edgar Shefield Brightman dalam buku A Philosophy of Reilegion mengatakan bahwa agama suatu unsur mengenai pengalaman-
pengalaman yang dipandang mempunyai nilai-nilai yang tinggi, pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang dipercayai sebagai
sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai-nilai ini, dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta
pengabdian tersebut, baik dengan jalan malakukan upacara-upacara yang simbolis maupun melaui perbuatan-perbuatan yang lain yang
bersifat perseorangan, serta yang bersifat kemsayarakatan.
30
Dalam Al-Quran dan Sunnah sudah terdapat prinsip-prinsip umum tentang pembinaan masyarakat yang harus kita jadikan landasan. Ada
beberapa kaidah sosial atau prinsip-prinsip yang kemasyarakatan yang perlu diperhatikan oleh manusia dalam menyusun konsepsi bagi
masyarakat, Bangsa, dan Negara. Prinsip-prinsip sosial itu adalah sebagai berikut :
1 Baik dan buruknya masyarakat tergantung kepada baik dan buruknya
akhlaq individu masyarakat itu. Dalam surat al Anfal ayat 53 :
“ Siksaan yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
” 2
Rusaknya masyarakat banyak disebabkan oleh rusaknya moral para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat itu.
30
Inu Kencana Syafiie.Filsafat Kehidupan, Jakarta : Bumi Aksara, 1995, Cet 1, h.55
Qaidah sosial kedua ini menegaskan bahwa penyebab utama kerusakan moral masyarakat adalah karena meniru pemimpin yang
tokohnya sudah rusak itu. Dengan kata lain rusaknya moral masyarakat adalah cermin rusaknya moral para pemimpin dan tokoh
masyarakat itu. Kerusakan moral rakyat kecil adalah kerusakan moral orang-orang besar itu. Kenakalan para remaja, pemuda
sebenarnya korban kenakalan orang-orang yang dituakan dalam suatu bangsa atau masyarakat.
3 Hanya kepada orang-orang yang saleh yang bisa dipercayakan untuk
memperbaiki keadaan ini. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Anbiya ayat 105 :
“Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah kami tulis dalam Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-
hambaKu yang saleh. ”
Pada ayat ini harus diperhatikan sekali dan direnungkan oleh generasi sekarang untuk dijadikan landasan dalam upaya pembinaan
generasi muda yang akan memegang estafet kepemimpinan bangsa dan Negara. Pembinaan kualitas seseorang tidak hanya dinilai dari
segi intelektualnya saja akan tetapi yang paling penting adalah kualitas rohaninya, kualitas ahklaknya. Atau kita harus megusahakan
generasi penerus ini menjadi manusia-manusia yang saleh bukan manusia-manusia yang bangga dengan perbuatan yang salah.
31
31
Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, Surabaya : Al Ihklas, 1994, Cet 1, h.280
g. Faktor Penunjang dan Penghambat Sikap Beragama
Manusia sebagai makhluk Allah memiliki salah satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yaitu dianugrahinya kemampuan untuk
mengenal Tuhannya. Dari kemampuan untuk mengenal Tuhan inilah maka timbul kemampuan sikap beragama. Terbentuk sikap pada diri seseorang tentu
saja tidak terjadi beguitu saja. Ini dapat dilihat dari adanya barbagai sikap dan diperlihatkan manusia dalam setiap tingkah lakunya. Pada dasarnya manusia
mempunyai naluri untuk beragama yang dibawa sejak lahir. Dalam perkembanganya ia memerlukan pendidikan dan dikembangkan secara
maksimal potensi yang dimilikinya supaya ia mempunyai pandangan hidup dan berpegang teguh kepada ajaran agama yang dimilikinya.
Dalam Islam naluri agar tersebut disebut fitrah. Firman Allah dalam Surat Ar-rum ayat : 30
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
”
32
Dapat dipahami bahwa pembinaan agama melalui pemberian pendidikan kepada seseorang mempunyai peranan penting, karena fitrah yang dibiarkan
tanpa pembinaan dapat menyimpang dan berubah dari fitrah dasarnya. Dalam Hal ini, pendapat Zakiyah Darajat manarik untuk dikutip.
“Semakin banyak pula pengalaman yang bersifat agama sesuai dengan ajaran
32
Inu Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan, Jakarta : Bumi Aksara, 1995, Cet 1, h.55
agama yang di dapatkan. Semakin banyak unsur agama, sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.”
33
Penulis menyimpulkan bahwa terbentuknya sikap beragama pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menunjang. Penulis
mengklsifikasikan faktor-faktor tersebut ke dalam dua bentuk yaitu : 1.
Faktor internal atau faktor-faktor yang datang dari dalam diri pribadi seseorang.
2. Faktor eksternal atau faktor-faktor yang datang dari luar pribadi
seseorang. Berikut ini penulis uraikan satu persatu.
Adapun faktor-faktor penunjang terbentuknya sikap beragama seperti: 1.
Faktor internal yaitu : a.
Kebutuhan manusia akan agama dimana kebutuhan manusia akan pedoman hidup yang dapat menunjang jalan kearah kebahagiaan
dunia dan akhirat. b.
Adanya cita-cita untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. c.
Adanya dorongan unutk bersyukur, taat, patuh, atau mengabdi kepada Allah swt, sebagaimana Allah menegaskan tentang tujuan
diciptakanya manusia dalam firmaNya Surat al-Dzariat ayat : 56
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
”.
34
33
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, h. 55
34
Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahanya, Madinah: King Abdul Aziz,1412, h. 862. Cetakan Saudi Arabia
2. Faktor Eksternal
Menurut pandangan Filsafat ketuhanan theologi manusia disebut “Homo religious” makhluk beragama, oleh karena itu ia memiliki
naluri agama tersebut dikenal dengan nafsu mutmainnah. Pandangan falsafah ini, menggambarkan bahwa manusia memiliki
potensi dasar yang dapat dikembangkan menjadi makhluk yang beragama. Manusia dalam kelahiranya dilengkapi oleh Allah potensi
kesiapan untuk menerima pengaruh dari luar, sehingga dirinya dapat membentuk pribadi makhluk yang memiliki rasa dan prilaku keagamaan.
Potensi yang dimiliki ini secara umum disebut fitrah keagamaan yaitu kecenderungan untuk bertauhid.
Faktor eksternal yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan perkembangan sikap beragama anak dan sifat lingkungan dapat dilihat
dari: a.
Lingkungan Keluarga Orang tua adalah Pembina pribadi yang utama dan pertama untuk
anak. Sikap ia terhadap agama sangat dipengaruhi oleh sikap orang tuanya terhadap agama. Pendidikan yang diberikan dalam keluarga dalam
bentuk contoh dan pembiasaan berpengaruh terhadap pembentukan terhadap sikap bergamanya. Dalam pelaksanaan pendidikan, meliputi
keteladanan orang tua yang mencerminkan keimanan dan ketaatan beragama, dipenuhi kasih sayang dan perhatian, latihan dan pembiasaan
untuk melaksanakan ajaran agama sejak kecil maka akan menimbulkan sikap positip terhadap agama.
Orang tua telah diberikan tanggung jawab yang besar dalam menentukan sikap beragama pada anak-anaknya, sehingga keluarganya
terhindar dari berbagai macam malapetaka di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat : 6
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. ”
35
. Dan lebih spesifik lagi, sesuai dengan hadist nabi Muhammad saw
yang di riwayatkan oleh Bukhari.
ﻴ ﻰﺒ ﻦﻋ ة
ﻃﻔ ﻰ ﻋ ﺪ ﻮﻴ ﻻﺇ ﺪﻮ ﻮﻤ ﻦﻤ ﻤ ﻢ ﺺ ﻗ ﺚﺪﺤﻴ ﻦ ﻜ ة
ﺴﺠﻤﻴﻮ ﺼ ﻴﻮ ﺪﻮ ﻴ ﻮﺒ ﻔ
“Dari Abu Hurairah, bahwa Rosulullah SAW bersabda : Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrahsuci kedua orang tuanya yang
mendidik menjadi Yahudi, Nasrani tau Majusi .”
36
Atas dasar itulah tangggung jawab peran keluarga sangat besar sekali terhadap perkembangan sikap keberagamaanya, hal ini senada dengan
pendapat Agus Sujarto bahwa betapa pentingnya peranan keluarga sebagai peletak dasar pola pembentukan kepribadian remaja.
35
Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahanya …,h. 951
36
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqolani, Fathul Bari: Syarah Shaheh Bukhari, Bariut: Darul Fikr,1990Juz 3, h.583
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai institusi formal mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap bergama pengaruh tersebut terjadi antara
lain karena interaksi kurikulum dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sarana ibadah. Melihat kaitanya dengan perkembangan
sikap beragama, keempat interaksi jelas mempengaruhi kehidupan mereka.
Guru adalah tenaga pendidik yang secara teknik mempunyai bekal ilmu dan keterampilan untuk membantu anak didik memperoleh sikap
dan prilaku terpuji. Dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam menumbuh kembangkan sikap beragama siswa. Ini tentu saja beralasan,
karena guru berinteraksi lebih banyak dibandingkan dengan yang lainya.
c. Lingkungan Masyarakat
Umumnya siswa SMP menghabiskan waktunya di luar rumah sekolah dan masyarakat. Berbeda dengan di sekolah, umumya
pergaulan di masyarakat kurang memperhatikan kedisiplinan atau aturan yang harus dipatuhi. Namun demikian kehidupan di masyarakat diatasi
oleh norma-norma atau nilai-nilai yang didukung oleh warganya. Norma- norma dalam masyarakat biasanya dipengaruhi oleh nilai-nilai agama
yang dianut.
B. Rohis
A. Pengertian Rohis
Rohis kepanjagan dari kata Rohani dan Islam dalam bahasa arab berarti “Ruh”, sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia arti rohani adalah roh yang
bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani.
37
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pusaka, 1989, Cet ke-1, hal 752
Sedangkan menurut Abdul Halim Mahmud, ruh adalah bagian manusia yang paling mulia karena ia adalah tiupan dari Allah SWT. Ia harus dididik dengan
tujuan untuk mempermudah jalan dihadapannya untuk bermakrifat kepada Allah SWT dan membiasakan serta melatihnya untuk benar-benar ibadah kepada
Allah. Ruh adalah nama bagi nafsu yang dengannya mengalir kehidupan, gerakan,
upaya mencari kebaikan, dan upaya menghindarkan keburukan dari dalam diri manusia.
38
Sedangkan pengertian Islam dalam buku ensiklopedi Islam disebutkan bahwasannya, Islam diartikan dengan tunduk, patuh kepada ajaran yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW.
39
Rohis SMP Negeri 10 Tagerang Selatan berdiri setealah beberapa bulan SMPN 10 Tangerang selatan dengan anggota tidak lain adalah siswa-siswi SMP