Tahap Pencatatan di Bursa Efek.

4. Tahap Pencatatan di Bursa Efek.

Setelah penawaran perdana selesai dilaksanakan, emiten dapat me- lakukan proses pencatatan sahamnya dipasar sekunder. Pencatatan saham Listing di bursa efek dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Share listing, yaitu pencatatan saham di bursa efek sejumlah emisi yang dilakukan. Misalnya, modal disetor satu juta lembar saham, sedangkan jumlah emisi 20, maka yang dicatatkan di bursa efek adalah 20 itu saja. Bila perusahaan bersangkutan menawarkan saham atas sisa sahamnya yang 80 di masa yang akan datang, perusahaan tersebut harus menempuh proses emisi dari awal lagi. b. Partial listing, yaitu pencatatan saham di bursa efek melebihi jumlah yang diemisikan tetapi masih di bawah jumlah modal disetor. Misalnya, total emisi 20 dari modal disetor perusahaan, maka yang dicatatkan di bursa melebihi 20. c. Company listing, yaitu pencatatan saham sejumlah modal yang telah disetor. Dengan kata lain perusahaan bersangkutan mencatatkan seluruh sahamnya sesuai dengan jumlah saham yang telah disetor. Misalnya, modal disetor 1 satu juta saham lembar saham, total emisi 20, yang dicatatkan di bursa efek adalah 1 satu juta saham Sumber: Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin, 2006 Gambar 2.1. Skema Tahapan-Tahapan dalam IPO B. Nilai Perusahaan Nilai Perusahaan adalah sama dengan nilai pasar saham ditambah dengan nilai pasar hutang. Apabila besarnya nilai hutang konstan maka setiap peningkatan nilai saham dengan sendirinya akan meningkatkan nilai Sebelum Emisi Emisi Sesudah Emisi Internal Perusahaan BAPEPAM Pasar Perdana Pasar Sekunder 1. Pernyataan Pendaftaran 2. Expose terabatas di BAPEPAM 3. Tanggapan atas:  Kelengkapa n dokumen  Kecukupan kejelasan informasi  Keterbukaan aspek hukum, akuntansi, keuangan, manajemen 4. Komentar tertulis dalam waktu 30 hari 5. Penyataan pendaftaran dinyatakan efektif 1. Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen penjual 2. Penjatahan kepada investor oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten 3. Pengembal ian dana Refund 4. Distribusi efek kepada investor secara elektronik 1. Emiten mencatatkan sahamnya di Bursa Efek 2. Perdagangan efek di Bursa Efek 1. Laporan berkala, misalya laporan tahunan dan laporan tengah tahunan 2. Laporan kejadian penting dan relevan, misalnya akuisisi , pergantian direksi, dan lain-lain 1. Rencana go public 2. RUPS 3. Penunjukan:  Underwriter jika ada  Profesi Penunjang  Lembaga Penunjang 4. Mempersiapka n dokumen- dokumen 5. Konfirmasi Sebagi agen Penjual oleh Penjamin Emisi 6. Kontrak Pendahuluan dengan Bursa Efek 7. Public Expose 8. Penandatanga nan Perjanjian Pasar Sekunder perusahaan. Apabila besarnya nilai hutang berubah,maka tentunya struktur modal akan ikut berubah juga. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan bagi para pemegang saham hanya jika nilai perusahaan meningkat. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa dikatakan peningkatan nilai perusahaan adalah sama dengan peningkatan nilai saham Rudianto; 2005. Nilai perusahaan yang sudah go public tercermin dalam harga pasar saham perusahaan Fama, 1978 ; Wrights Ferris, 1997; Walker, 2000 dalam Sri Hasnawati, 2005. Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin memiliki suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima pemilik perusahaan. Pengertian nilai perusahaan yang belum go public nilainya terealisasi apabila perusahaan akan dijual total aktiva, prospek perusahaan, risiko usaha, lingkungan usaha.

C. Ownership Retention

Proporsi kepemilikan saham yang ditahan oleh pemilik saham lama menggambarkan tingkat kepercayaan manajemen dan pemegang saham lama akan keberhasilan IPO. Pemegang saham lama dan manajemen tidak akan melepaskan proporsi kepemilikan dalam perusahaan bila mereka tidak yakin akan keberhasilan IPO sehingga proporsi kepemilikan yang ditahan oleh pemegang saham lama dapat dipertimbangkan sebagai factor yang turut membangun keyakinan investor akan keberhasilan IPO dalam Helen dan Sulistio 2005. Leland dan Pyle 1977 dalam Gumanti 2000 mendemonstrasikan adanya hubungan yang kuat antara proporsi saham yang ditahan oleh pemilik lama ownership retention dengan nilai perusahaan. Teori ini menyatakan bahwa issuer akan menjual sebagian kecil sahamnya apabila mereka mengetahui bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus dimasa mendatang. Informasi mengenai jumlah saham yang ditawarkan di masyarakat diperoleh dari prospektus ringkas emiten Nurhayati dan Indriantoro, 1998 dalam Almira Santosa dan Titik Indrawati, 2007. Besarnya presentase ownership retention ini, diukur dari selisih presentase total saham dikurangi dengan jumlah presentase saham yang ditawarkan ke masyarakat Khomsiyah, 2005. Atau dapat pula dihitung dengan cara: saham Total publik ke ditawarkan yang saham Jumlah - saham Total Retention Ownership 

D. Firm Size

Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal di dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar menunjukan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pengukuran atas ukuran perusahaan dilakukan berdasarkan total aktiva pada tahun terakhir sebelum perusahaan melakukan IPO Helen dan Sulistio, 2005.

E. Signaling Theory

Isyarat atau sinyal menurut Brigham dan Houston 1999 dalam Almira Santosa dan Titik Indrawati 2007 adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham, sangat dipengaruhi peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan signaling theory.

F. Investment Investasi

Investasi adalah menanamkan atau menempatkan asset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang. Atau secara sederhana, investasi berarti mengubah cashflow agar mendapatkan keuntungan atau jumlah yang lebih besar di kemudian hari. Sedangkan investasi keuangan adalah menanamkan dana pada surat berharga financial assets yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang. Secara investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset- aset finansial financial assets dan investasi pada aset-aset riil real assets. Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang dan pasar modal. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya Drs. Abdul Halim, 2005: 4. Investasi pada aset riil termasuk dalam penganggaran modal capital budgeting, yaitu keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan tentang pengeluaran dana yang jangka waktu pengembaliannya lebih dari satu tahun. Keterbatasan dana yang tersedia untuk membiayai usulan proyek investasi sering kali merupakan penghambat utama dalam proses penganggaran modal. Oleh karena hampir semua perusahaan mempunyai dana yang jumlahnya terbatas untuk membiayai usulan proyek investasi, maka beberapa usulan proyek investasi tersebut akan saling berkompetisi untuk mendapatkan dana yang jumlahnya terbatas. Dengan demikian, perusahaan perlu mengalokasikan dana dalam usulan proyek investasi yang dapat menghasilkan tingkat pengembalian paling tinggi dalam jangka panjang. Banyaknya usulan proyek investasi yang akan dibiayai dapat diperkecil dengan cara dikelompokan berdasarkan sifatnya, yaitu: 1. Proyek saling lepas mutually exlusive projects, merupakan proyek investasi yang mempunyai fungsi yang sama. Maksudnya jika perusahaan menerima salah satu usulan proyek investasi yang mutually exlusive, maka usulan proyek investasi lainnya akan ditolak. Misalnya, perusahaan dihadapkan pada 3 usulan proyek investasi, yaitu A, B, dan C yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan bahan baku dari gudang ke pabrik. Jika usulan proyek investasi A yang diterima, maka usulan proyek B dan C akan ditolak. 2. Proyek Independen Independents projects, merupakan proyek investasi yang mempunyai fungsi berbeda. Maksudnya penerimaan usulan proyek investasi yang satu tidak akan menghilangkan kesempatan penerimaan usulan proyek investasi yang lainnya. Misalnya, perusahaan dihadapkan pada dua usulan proyek investasi, yaitu A dan B. Usulan proyek A berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan bahan baku dari gudang ke pabrik, sedangkan usulan proyek B berfungsi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Apabila usulan proyek investasi A diterima, maka tidak akan menutup kemungkinan usulan proyek investasi B juga diterima. Untuk menentukan usulan poyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak, maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai. Adapun metode-metode penilaian yang sering digunakan untuk menilai suatu usulan proyek investasi adalah: 1. Payback Period PP yaitu jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi awal melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Suatu usulan proyek diterima jika periode pengembalian yang dihasilkan lebih cepat dari yang disyaratkan. Sebaliknya, jika periode pengembalian yang dihasilkan lebih lama dari yang disyaratkan, maka usulan proyek investasi tersebut ditolak. 2. Net Present Value NPV yaitu selisih antara PV arus kas dengan investasi awal. Jika NPV positif, maka investasi tersebut diterima. Sebaliknya, jika NPV bernilai negatif, maka usulan investasi tersebut ditolak. 3. Profitability Index PI yaitu Rasio PV arus kas terhadap nilai investasi awal. Suatu investasi akan diterima jika indeks profitabilitasnya lebih besar dari satu, dan sebaliknya akan ditolak jika indeks profitabilitasnya lebih kecil dari satu. 4. Internal Rate of Return IRR yaitu tingkat bunga yang menyamakan PV arus kas dengan nilai investasi awal. Suatu usulan investasi diterima jika IRR-nya sama atau lebih tinggi dari tingkat bunga yang disyaratkan. Sebaliknya, investasi ditolak jika IRR-nya lebih rendah dari tingkat bunga yang disyaratkan. Investasi juga dapat dibagi ke dalam empat golongan, diantaranya: 1. Investasi yang tidak menghasilkan laba non profit investment Investasi ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atu rugi. Misalnya karena air limbah yang telah digunakan dalam proses produksi jika dialirkan keluar pabrik akan mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan, maka pemerintah mewajibkan perusahaan untuk memasang instalasi pembersih air limbah, sebelum air tersebut dibuang ke luar pabrik. Karena sifatnya merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan, maka investasi jenis ini tidak memerlukan pertimbangan ekonomis sebagai kriteria untuk mengukur perlu atau tidaknya pengeluaran tersebut. 2. Investasi yang tidak dapat di ukur labanya non measureable profit investment Investasi ini dimaksudkan untuk menaikan laba namun laba yang diharapkan perusahaan akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit diukur secara teliti. Sebagai contoh adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka panjang, biaya penelitian dan pengembangan, biaya program pelatihan dan pendidikan karyawan. 3. Investasi dalam penggantian mesin dan equipment replacement investment Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan equipment yang ada. Penggantian mesin dan equipment biasanya dilakukan atas dasar pertimbangan adanya penghematan biaya yang akan diperoleh atau adanya kenaikan produktivitas dengan adanya penggantian tersebut. Bila penghematan biaya yang diperoleh dari penggantian mesin dan equipment berjumlah pantas bila dibandingkan dengan tambahan investasi untuk penggantian tersebut, maka penggantian tersebut secara ekonomis memang diperlukan. 4. Investasi dalam perluasan usaha expansion investment Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. Tambahan kapasitas akan memerlukan adanya biaya tambahan investasi dan akan menghasilkan tambahan pendapatan serta akan memerlukan tambahan biaya. How dan Low 1993 dalam Almira Santosa dan Titik Indrawati 2007 menyatakan bahwa nilai perusahaan firm value yang melakukan IPO bisa dihubungkan dengan volume penawaran. Perusahaan pada umumnya memiliki proyek tunggal. Nilai perusahaan tersebut akan sangat tergantung pada pembiayaan investasi pada proyek tunggal tersebut. IPO disinyalir merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendanai proyek tunggal. Jadi semakin besar volume penawaran semakin besar dana yang digunakan untuk membiayai investasi tersebut. Semakin tinggi investasi, semakin tinggi pula penilaian pasar terhadap nilai perusahaan. Pada saat issuer menjual sahamnya di pasar, maka akan diperoleh proceeds dari penjualan saham tersebut. Proceeds menunjukan besarnya ukuran penawaran volume penawaran pada saat IPO. Proceeds ini disinyalir digunakan perusahaan untuk investasi. Dengan semakin besarnya investasi maka diharapkan prospek perusahaan di masa mendatang membaik. Sehingga akan meningkatkan harga saham sebagai proksi peningkatan nilai perusahaan.

G. Underpricing

Underpricing adalah suatu kondisi dimana, secara rata-rata, harga pasar saham perusahaan yang baru go public, biasanya dalam hitungan hari atau minggu, lebih tinggi dibandingkan dengan harga penawarannya di pasar perdana Tatang Ary Gumanti, 2002. Apabila penentuan harga saham pada saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan yang terjadi di pasar sekunder, maka fenomena ini disebut dengan underpricing Almira Santosa dan Titik Indrawati, 2007. Underpricing ini diukur dengan initial return yang diterima investor, yaitu selisih antara harga penutupan saham closing price pada hari pertama perdagangan dibursa dengan harga di pasar perdana dibagi dengan harga perdana Apriliani Triani dan Nikmah, 2006. Rumusan yang digunakan adalah metode sederhana mean adjusted model: 100 1    to to t P P P R Untuk menghindari bias karena pengaruh magnitude pembaginya, maka digunakan rumus sebagai berikut Aminul Amin, 2007: R it = ln P 1 P Selain itu, dikarenakan adanya kemungkinan bahwa kenaikan harga saham di pasar sekunder disebabkan oleh indeks harga di pasar yang sedang bergairah Almira Santosa dan Titik Indriati ; 2007 maka penghitungan underpricing disesuaikan dengan return pasar adjusted underpricing. Untuk adjusted underpricing, digunakan rumus sebagai berikut         1 1 ln ln IHSG IHSG P P AUP   Dimana: R = Return awal P t0 = Harga penawaran perdana offering price P t1 = Harga penutupan closing price pada hari pertama perusahaan melakukan IPO di BEI. IHSG = Indeks harga saham gabungan pada hari saat melakukan go public. IHSG 1 = Indeks harga saham gabungan sehari sebelum go public.

1. Hubungan underpricing dengan nilai perusahaan

Dokumen yang terkait

Analisis Perusahaan yang Mengalami Underpricing di Bursa Efek Indonesia

24 157 108

Pengaruh Financial Leverage, Return on Equity (ROE), Ukuran Dan Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 30 95

Pengaruh variabel keuangan dan non keuangan Terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan initial public offering (ipo) Di bursa efek indonesia

0 5 120

PENGARUH MANAGERIAL OWNERSHIP, FAMILY OWNERSHIP, FIRM SIZE DAN FIRM RISK TERHADAP FIRM VALUE (Studi pada perusahaan terdaftar di BEI)

0 4 71

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, AUDITOR TYPE, UNDERWRITER REPUTATION DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

2 5 114

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, UNDERWRITER REPUTATION DAN FIRM SIZE TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012 SKRIPSI.

0 7 54

PENGARUH OWNERSHIP RETENTION, UNDERWRITER REPUTATION DAN FIRM SIZE TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012.

2 6 52

PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, FIRM SIZE, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA INDUSTRI KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2015

0 0 2

PENGARUH ANALISIS INFORMASI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 18

PENGARUH ANALISIS INFORMASI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13