Gambaran Umum Sinetron religi komedi satire Mengintip Surga

hukum. Sarah tidak ambil peduli. Tekadnya mengalahkan segala ketakutan. Protes mamanya, dokter Lita, yang menyuruh Sarah mengambil praktek di rumah sakit keluarga saja tidak digubris. Apalagi sekadar masukan dari orang-orang sekitar. Sekalipun telah dicabut semua fasilitas kemewahan dari dirinya, Sarah tetap pada keputusannya. Minggu pertama menetap di kampung, Sarah temui Pak RT dengan harapan pimpinan kampung itu bisa membantu. Nyatanya selain penjudi, si RT ini juga tukang tadah barang-barang curian. Hanya di depan Sarah, ia harus memperlihatkan sisi baiknya. Termasuk membantu mencarikan kontrakan untuk praktik dokter Sarah. Bagaimana dengan warga lainnya? Lebih mengerikan lagi. Ada juga yang baik, hanya tetap salah jalan. Dia Bonang, seorang pencuri yang sok menjadi Robin Hood Hari pertama, Sarah kedatangan seorang tetangga yang ingin membantu. Nyatanya Sarah harus kehilangan tensi-meter. Hari pertama pula, Sarah tidak mendapatkan pasien. Mereka lebih percaya dukun dan minum jamu daripada harus ke dokter. Belum juga hari berganti Sarah sudah kedatangan Jack, seorang pencuri kotak amal. Rumah kontrakan Sarah menjadi tempat Jack biasa bersembunyi. Masih juga hari belum berganti, Sarah mendengar percakapan tetangganya yang hendak melakukan perampokan. Malam itu juga Sarah menemui Pak RT hendak melapor. Hanya Alif –anak Pak RT- yang menemuinya, Pak RT tengah asyik berjudi. Bidin tukang ojek langganan Sarah mengingatkannya untuk meninggalkan kampung tersebut, dokter Sarah memilih bertahan. Ia malah berargumen, justru dengan semua peristiwa yang dihadapinya, Sarah merasa bisa mengintip surga. Berbuat baik kepada sesama adalah kenikmatan tersendiri, tak ubahnya mengintip surga. Lambat laun, Sarah mulai memahami irama kehidupan kampung yang ditinggali itu. Fakta-fakta betapa munafiknya warga membuat Sarah miris sekaligus tertantang untuk bisa memberikan sedikit pencerahan. Di sela-sela kesibukannya sebagai dokter, Sarah membuka pengajian. Putri seorang PSK pun datang sebagai muridnya. Sarah semakin optimistis dengan pilihannya. Diam- diam, ayah Sarah juga memberikan dukungan.

B. Profil Penulis Skenario Sinetron Mengintip Surga

Penulis skenario sinetron Mengintip Surga bernama lengkap Nasrul Warid tapi biasa disapa dengan panggilan Warid AS. Nama belakang “AS” di ambil dari nama kedua orang tuanya. Pria kelahiran Jakarta, 27 tahun silam ini semenjak SMA sangat mengimpikan menjadi seorang penulis skenario, semasa sekolah dahulu seorang Warid AS termasuk anak yang tidak begitu menyukai akan dunia belajar mengajar, dibenaknya sudah terpendam keinginan untuk terjun ke dunia perfilman. Akhirnya Allah pun menjawab doanya, pada tahun akhirnya Nasrul Warid berhasil menjadi penulis skenario. Tetapi sebelum sukses menjadi penulis skenario dia pernah juga menggeluti bidang yang tak jauh dari dunia perfilman yaitu Sutradara, Dari tahun 2004 sampai 200 sutradara menjadi pekerjaan pokoknya saat itu dan menulis skenario hanya sampingan saja, tapi sayangnya rejeki tidak begitu lancar masuk ke saku Warid, mungkin memang bukan rejekinya untuk menggeluti bidang itu. Dia pun tidak munafik jika dia ingin sekali menjadi orang yang sukses dan banyak uangnya, akhirnya dia meninggalkan dunia sutradara dan membalik profesinya menjadi menulis skenario pekerjaan pokoknya dan sutradara hanya sampingan saja dan terbukti tangan dan otaknya dibiarkan terus bekerja dengan mudahnya untuk mengarang sebuah cerita yang pada akhirnya dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Penghargaan yang telah di dapat adalah bukti bahwa profesinya sebagai penulis scenario telah diakui oleh banyak orang. Dan saat ini Warid AS sudah menjadi penulis skenario yang sukses banyak karya yang sudah ia ciptakan. Dia sangat bersyukur karena Allah begitu Maha Penyayangnya karena telah mengatur rejekinya dengan begitu sangat apik. Anak ke-3 dari 6 bersaudara ini memiliki latar belakang pendidikan agama Islam yang sangat religius, kakeknya seorang kiai di Banten dan bapaknya Aus Iskandar seorang ustadz, adik dari bapaknya khusus murotal Walau memang pendidikan formalnya tidak berasal dari sekolah keagamaan apalagi masuk ke pesantren, tapi suasana religius di keluarga yang membuatnya sangat memahami agama. Karena orangtuanya tidak serta merta berdiam diri untuk mengajarkan tentang Islam kepada Warid. Dia sangat ingin sekali mengajar jus amma, karena menurutnya mengajarkan jus amma lebih bermanfaat daripada mengajarkan kitab, bila kita mengajarkan anak-anak kecil untuk mempelajari huruf, alif, Ba, atau Ta’ maka anak-anak kecil itu akan mudah mengingat karena