8. Identifikasi dan kemamputelusuran produk
9. Pengendalian proses
10. Pengujian dan pemeriksaan
11. Pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian alat
12. Inspeksi dan keadaanstatus pengujian
13. Pengendalian produk
14. Tindakan korektif
15. Penanganan, penyimpanan, pengepakan, pengiriman
16. Rekamacatatan kualitas
17. Pemeriksaan kualitas internal
18. Pelatihan
19. Pelayanan
20. Teknik-Teknik statistic
B. Organisational Learning OL Organisasi Belajar
1. Definisi Organisasi Belajar
Organisasi belajar dapat dipandang sebagai tanggapan atas makin
meningkatnya dinamika dan “unpredictable”-nya lingkungan bisnis. Ada beberapa penulis yang mengemukakan definisi:
“Inti organisasi belajar adalah kemampuan organisasi untuk memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna menciptakan sejenis proses
yang akan menyempurnakan organisasi” Dixon, 1994 dalam Mustafa, 2001:9.
“Organisasi di
mana orang-orangnya
secara terus-menerus
mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola-pola berfikir baru dan berkembang dipupuk,
dimana aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan dimana orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari learning to learn sesuatu
secara bersama” Seng, 1990. Di samping itu ada satu definisi yang mencoba menguraikannya
secara lebih komprehensif. Organisasi belajar adalah organisasi yang di dalamnya terdapat sistem, mekanisme, dan proses, yang digunakan secara
kontinu oleh anggota-anggotanya guna meningkatkan kapabilitas sehingga mampu mencapai sasaran pribadinya dan komunitas di mana dia
berpartisipasi Skyrme dalam Mustafa, 2001:9.
2. Pokok Pikiran Organisasi Belajar
Beberapa pokok pikiran penting yang mencirikan organisasi belajar adalah:
a. Adaptif pada lingkungan eksternal
b. Terus-menerus meningkatkan kapabilitas untuk berubah
c. Mengembangkan kemampuan belajar secara individual dan kolektif
d. Menggunakan hasil belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Pengetahuan organisasi dapat dipahami sebagai proses dimana pengetahuan baru diciptakan Argyris Schon, 1978; Crossan dkk; 1999;
DeGeus, 1988; Dodgson, 1993; Huber, 1991; Lei dkk; 1996; Levitt March,
1988; McGill Slocum, 1993; Snell dkk, 1996 dalam Martinez dkk. Menurut Pedler et al dalam Ariani 2003 Organisasi belajar adalah organisasi yang
mendukung kegiatan proses pembelajaran bagi semua anggota dan secara terus-menerus mengadakan perubahan. Terdapat tiga fase tipe belajar, yaitu:
Mempelajari fakta-fakta, pengetahuan, proses, dan prosedur. Diaplikasikan pada situasi buruk yang telah diketahui.
1. Mempelajari keterampilan kerja baru yang bisa ditransfer ke situasi lain.
Diaplikasikan pada situasi baru yang memerlukan perubahan. Membawa pakar dari luar organisasa merupakan cara yang bermanfaat.
2. Belajar beradaptasi, diaplikasikan pada situasi yang lebih baik.
3. Belajar mempelajari sesuatu.
Menurut Crossan dkk 1995 dalam Micaela dkk dan Buddy Ibrahim proses belajar ini terjadi pada tiga tingkatan, yaitu tingkatan individu, tim,
dan organisasimasyarakat untuk mengaplikasikan tipe belajar diatas yaitu: 1.
Tingkat Individu, Sebelum proses belajar dimulai seorang pemimpin harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi motivasi karyawan dan pola
berfikir mereka untuk melaksanakan motivasi tersebut. Apabila suasana lingkungan motivasi tercipta, maka proses belajar individu akan menjadi
efektif. 2.
Tingkat Tim, mengelolah tim merupakan kunci fungsi kepemimpinan untuk proses belajar tim, aktivitas tim penting untuk perbaikan kualitas,
karena:
a. Kompleksitas masalah memerlukan tim lintas fungsional.
b. Kemampuan kreativitas kolektif dalam tim mempunyai efek lebih besar
terhadap organisasi dari pada belajar sendiri sebagai individu. c.
Belajar bersama sebagai tim mempunyai efek besar terhadap organisasi daripada belajar sendiri sebagai individu.
d. Bila suatu timgroup belajar bersama-sama sesuatu, hal ini akan
menjadi asset group maupun asset individual. 3.
Organisasi Secara berurutan sistem, strategi, struktur, prosedur dan budaya
perusahaan dimana semuanya mesti diadaptasi di setiap situasi perusahaan. Jenis terakhir dari organisasi belajar dihadapi pada sistem dan budaya
organisasi dengan menguasai pengetahuan dan pertukaran ide pada individu baru.
Secara umum dari literatur implementasi organisasional learning adalah proses mendapatkan pengetahuan baru Micaela dkk, 2008.
Transfer, perluasan dan mengunakan pengetahuan adalah elemen kunci perusahaan mendapatkan terus menerus keunggulan kompetitif dan
keberhasilan Lei dkk, 1996; Miner Mezias, 1996; Teece, 1998 dalam Micaela dkk, 2008.
Disini hubungan itu menjadi poin positif tersendiri antara pengetahuan organisasi yang efektif akan meningkatkan kemampuan
organisasi Inkepen: 2000 dan penciptaan pengetahuan baru Grant: 1996, dengan kemampuan dan pengetahuan, OL akan membawa
perkembangan interpretasi baru akibat fakta dan situasi Fiol: 1994. Dalam perjalanannya, OL akan menguntungkan keunggulan kompetitif.
Hal ini tidak hanya terjadi di Departemen RD tetapi organisasi keseluruhan dan akan membawa reaksi dan kontrol pada internal dan
eksternal pengetahuan untuk sekarang dan aktivitas masa depan. Untuk memahaminya OL memiliki maksud ganda; disisi pertama proses
mendapatkan keahlian atau “Know how” mampu memproduksi hal baru, dan sisi kedua “Know whay” maksudnya mampu memahami dan mampu
mengkonsep sebuah pengalaman Kim: 1993 dalam Martinez, 2008:2. Lebih dari dua dekade perkembangan yang pesat di Manajemen
Mutu Terpadu TQM seperti kemampuan strategi untuk mendukung perusahaan dengan keunggulan kompetitif. Secara umum, peneliti
berpendapat TQM memiliki efek positif terhadap penghasilan perusahaan. Selain itu banyak literatur dengan isu tertentu menghubungkan TQM dan
kualitas produk dan non keuangan. Literatur berpendapat sistem TQM dapat mengembangkan
pengetahuan organisasi OL. terbukti sekarang ini beberapa karya tulis menghasilkan sebuah sistem TQM dihubungkan dengan penciptaan
pengetahuan. Sekarang ini review literatur mengindikasikan teori dasar yang mana kedepanya bagaimana sistem TQM dapat membantu organisasi
untuk belajar, mereka tidak memberikan kenyataan yang dapat di generalkan.
Secara teoritis, philosophy TQM dapat dimanfaatkan untuk belajar. Beberapa pendapat berkembang dibawah ini. Ditempat pertama, TQM
menekankan perkembangan personil, motivasi dan pelatihan. Keseluruhan elemen ini berada pada level individu. Menggunakan lingkaran kualitas
atau tindakan indisipliner bagian kelompok untuk penyelesaian masalah menggunakan alat kualitas yang akan mendorong pengetahuan kelompok
Aune, 1998; Cruise Obrien, 1995; Hill, 1996 dalam Martinez dkk 2008. Kepemimpinan dan dukungan manajemen, akan meningkatkan
pemahaman sistem keseluruhan, berupa tiang-tiang dari philosophy TQM. Hal ini menjadi iklim yang baik sebagai poin awal pengetahuan organisasi
. Selanjutnya dibutuhkan tujuan terus-menerus membantu organisasi mengembangkan tehnik baru dan kemampuan Lima dkk, 1999 dalam
Martinez dkk 2008. Banyak penelitian menghubungkan TQM dan learning Senge:
1990. Beliau membagi menjadi bagian yang berbeda disamping OL. Bagian itu Sebagai berikut:
a. Systems thinking: orang dalam organisasi belajar bekerja dalam
lingkungan sistemik. Inti berfikir sistem adalah kesadaran akan keterkaitan dirinya dalam tim, keterkaitan tim dengan organisasi,
keterkaitan tim dengan lingkungan yang lebih luas lagi b.
Personal mastering: Dalam organisasi belajar, individu dan profesinya dipandang sebagai faktor yang krusial untuk membawa keberhasilan
organisasi. Oleh karena itu individu tidak boleh berhenti belajar. Dia
harus memiliki visi mimpi pribadi, harus kreatif, dan harus komit pada kebenaran. 7 Habits of Effective People.
c. Mental Models: Respon atau perilaku kita atas lingkungan dipengaruhi
oleh asumsi yang ada dalam pikiran kita tentang pekerjaan dan organisasi. Kognitif. Persoalannya muncul ketika mental kita terbatas
atau bahkan tidak berfungsi, sehingga menghalangi perkembangan organisasi. Dalam organisasi belajar model mental menjadi tidak
terbatas, melainkan bebas dan selalu bisa berubah. Jika organisasi menginginkan berubah menjadi organisasi belajar maka harus bisa
mengatasi ketakutan-ketakutan atau kecemasan-kecemasan untuk berpikir.
d. Shared Vision: Tujuan, nilai, misi akan sangat berdampak pada
perilaku dalam organisasi, jika dibagikan dan dipahami bersama, dan dimiliki oleh semua anggota organisasi. Gambaran masa depan
organisasi merupakan juga mimpi-mimpi indah kelompok dan individu. Visi bersama akan menghasilkan komitmen yang kokoh dari
individu daripada visi yang hanya datang dari atas. e.
Team Learning: Tim senantiasa ada dalam setiap organisasi. Sebutannya bermacam-macam: departemen, unit, divisi, panitia, dan
lain sebagainya. Seringkali seorang individu berfungsi di beberapa tim. Dalam organisasi individu harus mampu mendudukan dirinya dalam
tim. Dia harus mampu berpikir bersama, berdialog, saling melengkapi, saling mengoreksi kesalahan. Individu melihat dirinya sendiri sebagai
satu unit yang tidak bisa terpisahkan dari unit lain, dan saling tergantung.
Dari komponen tersebut, Dervitsiotis 1998 dalam Mustafa 2001 mengkutip poin TQM memiliki persamaan dengan ciptaan dari
sebuah “learning organization”, poin persamaan adalah: a.
Penciptaan budaya baru dimana perubahan yang lebih baik b.
Peningkatan karyawan, di level individu dan kelompok c.
Mencoba menggabungkan pandangan setiap orang dalam organisasi
d. Menggunakan fakta sebagai dasar informasi untuk penyelesaian
masalah e.
Tujuan jangka panjang adalah perioritas pada jangka pendek; f.
Menggunakan pengetahuan untuk setiap wilayah tertentu
3. Ciri-Ciri Organisational Learning Organisasi Belajar