UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jakarta, natrium karboksimetilselulosa Na CMC dari laboratorium universitas pancasila, NaCl Fisiologis 0,9 dari Pharmacy Natural
Analysis fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah jakarta.
3.2.4 Bahan Pereaksi
Bahan pelarut untuk ekstraksi adalah etanol. Bahan untuk penapisan fitokimia adalah kloroform, H
2
SO
4
pekat, amonia encer, etil asetat, FeCl
3
0,1 , reagen mayer, reagen dragendroff, asam klorida, aquadest.
3.2.5 Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian uji aktivitas antiinflamasi adalah tikus putih jantan Strain Sprague Dawley dengan
berat 200 – 250 gram umur 2-3 bulan yang didapat di laboratorium farmakologi Universitas Indonesia, disimpan dalam kandang tikus
TOYORIKO, pada suhu ruang, lampu dalam keaadaan hidup selama 12 jam dan lampu keadaan mati selama 12 jam, diberikan makanan standar
dan diberikan minum air.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pengambilan Sampel
Bahan yang digunakan adalah lumut hati Mastigophora diclados Mastigophoraceae yang diambil di batang pinus dan batang agathis
pada ketinggian 800 m blok 55 , Gunung Slamet Purwokerto pada tanggal 21 April 2012 jam 11.30 WIB.
3.3.2 Determinasi Tanaman
Sebelum dilakukan penelitian terhadap tumbuhan, lumut hati Mastigophora diclados terlebih dahulu dilakukan determinasi untuk
mengidentifikasi jenis dan memastikan kebenaran simplisia. Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Puslit Biologi Bidang Botani LIPI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Cibinong Lampiran 4.
3.3.3 Penyiapan Bahan yang Digunakan
a. Pengumpulan dan penyediaan simplisia b. Lumut hati Mastigophora diclados disortasi basah, dicuci dengan air
hingga bersih, ditiriskan agar bisa bebas dari air sisa cucian, dikering anginkan dalam ruangan, setelah kering dan bebas dari air, disortasi
kering, ditimbang kemudian di giling menggunakan blender hingga menjadi serbuk.
3.3.4 Pembuatan Sediaan
1. Pembuatan Ekstrak Etanol Lumut Hati Mastigophora diclados Sebanyak 90 gram serbuk kering dari lumut hati Mastigophora
diclados dimasukkan ke dalam wadah diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol sampai serbuk terendam oleh
pelarut, disimpan ditempat yang gelap dan sesekali digoyang- goyangkan. Pelarut diganti setiap 3 hari sampai diperoleh filtrat yang
bening. Kemudian filtrat disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental, air yang tersisa
dikentalkan menggunakan freeze dryer. dihitung hasil kadar ekstrak dengan rumus :
kadar ekstrak = Bobot ekstrak yang didapat x 100 Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi
2. Pembuatan Suspensi Asam asetil salisilat
Untuk Dosis 135 mgKgBB Asetosal ditimbang sebanyak 675 mg digerus perlahan didalam
lumpang, ditambahkan 5 mL suspensi Na CMC 0,5 diaduk sampai homogen, kemudian ditambahkan suspensi Na CMC 0,5
sampai 50 mL.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Pembuatan larutan karagenan Untuk membuat karagenan 1 sebanyak 10 mL maka karagenan
ditimbang sebanyak 100 mg kemudian dilarutkan dengan NaCl Fisiologis sampai 10 mL lalu diaduk samapai homogen.
3.3.5 Percobaan Pendahuluan
Percobaan pendahuluan dilakukan untuk mencari dosis yang mempunyai efek terhadap hewan percobaan. Dosis yang
diberikan untuk percobaan pendahuluan adalah 10, 100, dan 1000 mgkg BB. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa ketiga dosis
tersebut mampu menunjukkan efek positif dan setelah di analisa secara statistik hasil hambat udem dari ketiga dosis belum
menunjukkan perbedaan yang bermakna pada taraf uji statistik 0,05 ρ≥0,05, maka dilakukan pengujian lagi dengan pengecilan dosis
dibawah dosis 10 mgKgBB, yaitu dosis 1 mgKgBB dan dosis 0,1 mgKgBB.
3.3.6 Perencanaan Dosis Asam asetil salisilat
Dosis Asam asetil salisilat : Dosis lazim asam asetil salisilat untuk manusia adalah 325-650 mg untuk
sekali pakai. Untuk dosis analgetik adalah 500 mg sekali pakai Tjay Rahardja, 2007. Dosis asam asetil salisilat sebagai antiinflamasi 2-3 x dosis
analgetik Tjay Rahardja, 2007. Maka dosis untuk antiinflamasi 1000- 1500 mg, sehingga dosis yang dapat diberikan pada tikus 200 g
menggunakan rumus tabel konversi dosis hewan adalah : Laurence, 1964 0,018 X 1000 – 1500 mg = 18 – 27 mg.
pada penelitian ini akan diambil dosis 27 mg 200 gBB atau 135 mgKgBB
keterangan : 0,018 = konversi dari dosis manusia ke dosis tikus 200 g
3.3.7 Penapisan Fitokimia Ayoola et al, 2008