Süddeutsche Zeitung dan Handelsblatt dan selanjutnya di Die Welt. Sejak 2005 beliau adalah tetap untuk International Herald Tribune.
Sejak 2002 Tibi juga mempublikasikan sebuah esai tahunan dalam mingguan Die Zeit dan sejak 2001 menjadi bulanan di St. Galler Tagblatt,
Switzerland. Tibi juga sebagai kontributor utama untuk The Spiegel 1992-98 kemudian bersaing dengan majalah Jerman Focus 1996-2005 1996-2004. Antara
1990 dan 2000 beliau juga ilmuwan Islam dan Timur Tengah dari German ZDF television.
C. Pokok-Pokok Pikiran Bassam Tibi
Bassam Tibi adalah seorang intelektual muslim brilian dan agresif yang populer di belahan dunia. Ia dikenal sebagai pemikir Islam di bidang politik dan
hubungan Internasional. Di bawah ini akan diilustrasikan beberapa pokok-pokok pikiran Bassam Tibi mengenai Islam, demokrasi, dan sekularisme.
a. Islam dan Demokrasi
Gagasan mengenai demokrasi berakar dari masyarakat Yunani kuno. Demokrasi tidak bisa dipungkiri sebagai realitas sosial yang hadir di depan mata kita.
Ia merupakan fenomena yang muncul dan berkembang di era modern dan berhubungan secara integral dengan perkembangan modernisasi di Barat. Demokrasi Barat telah
menjadi model dalam menandingi budaya-budaya dan peradaban-peradaban non-
Barat, termasuk di dalamnya peradaban Islam.
21
Demokrasi merupakan sebuah prestasi Barat, sehingga sering dicurigai oleh sebagian kalangan non-Barat. Tibi
memandangnya sebagai berikut:
“Democracy and Pluralism are a basket. It is basket universal? What is the view of Islam on this issue? In the large, as well as within each civilisation,
there is a conflict between those who have one vision to be imposed on the entiere humanity and others, who subscribe along the lines of pluralism to
diversity. Islamic civilation is no exeption. Regardless of these different views, the Qur’an teachs us diversity”.
22
Demokrasi dan pluralisme adalah sebuah jaringan. Itu adalah jaringan universal?apakah ini masalah dalam Islam? seperti dalam setiap peradaban,
disana ada suatu konflik diantara siapapun yang memiliki satu pandangan yang menentukan masuknya kemanusiaan dan yang lainya, yang menganut garis
pluralisme yang berbeda. Peradaban Islam bukanlah harapan. Tiada pengakuan dari pandangan-pandangan yang berbeda, al-Qur’an yang
mengajari kita perbedaan.
b. Sekularisme
Bassam Tibi dalam hal ini berkeyakinan bahwa dengan menggunakan ideologi sekular Pemisahan agama dan politik sebagai ideologi negara akan dapat membuat
Islam lebih maju, baik di bidang keamanan, politik, sosial budaya dan ekonomi dll. Menurutnya, sekularisasi merupakan alternatif bagi pengembangan Islam di masa yang
21
Bassam Tibi, The Challenge of Fundamentalism Political Islam and the New World Disorder, University of California Press: 1998 Cet. I, h.30.
22
Bassam Tibi, Islamic Civilization the Quest for Democratic Pluralism: Good Governance and the Political Culture of Non–violence, dalam Karlina Helmanita, Irfan Abubakar,
Dina Afrianty Ed Dialogue in the World Disorder, Jakarta: PBB UIN Jakarta, 2004 Cet. I, h.159.
akan datang, sebab sekularisasi adalah merupakan fenomena pemikiran, bahkan fenomena filsafat, dan masyarakat Muslim kini sedang mengembangkannya.
2324
Akan tetapi dengan berbagai alasan, kaum tradisionalis dan fundamentalis muslim tidak bisa mengapresiasi konsep “sekularisasi” karena dalam konsepsi mereka,
istilah itu tidak sesuai dengan Islam. Menurut Tibi penolakan kaum tradisional dan fundamentalis terhadap sekularisme dan atau berbagai istilah Barat Eropa, sebagian di
antarannya dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan mereka terhadap pengertian dan signifikansi dari sekularisasi. Karenanya, Tibi menilai bahwa sudah saatnya Timur
Tengah Islam untuk mengacu kepada pergumulan tradisi agama dan peradaban lain untuk dapat mengembangkan potensi diri mereka secara maksimal.
23
Aripin, Pemikiran Pembaharuan, h. 8.
BAB III LANDASAN TEORITIS FUNDAMENTALISME ISLAM
A. Pengertian dan Asal Usul Istilah Fundamentalisme