Epidemiologi Patofisiologi LANDASAN TEORI 1. Definisi Diare

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah sayuran dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita. Widjaja, 2002 c. Imunodefisiensi Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun normal. Defisiensi imun terutama Secretory Immunoglobulin A SigA yang mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur, terutama Candida. Mansjoer dkk, 2000, Asnil dkk, 2003 d. Terapi obat Walaupun sebagian besar besar diare disebabkan oleh infeksi, namun diare juga dapat dipicu oleh pemakaian obat-obatan. Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotik dan antasida. Mansjoer dkk, 2000, Asnil dkk, 2003 e. Keadaan tertentu Keadaan lain yang menyebabkan seseorang diare seperti gangguan psikis ketakutan, gugup, gangguan saraf. Mansjoer dkk, 2000, Asnil dkk, 2003 Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar. Widjaja, 2002

2.1.4. Epidemiologi

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada balita dari pada anak yang lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita. Prevalensi diare yang tinggi di negara berkembang merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar dengan kekurangan protein yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999 Penurunan angka kejadian diare pada bayi di negara-negara maju erat kaitannya dengan pemberian Air Susu Ibu ASI, yang sebagian disebabkan oleh kurangnya pencemaran minum anak dan sebagian lagi karena faktor pencegahan imunologik dari ASI. Asnil dkk, 2003 Perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare antara lain, tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, dan tidak mencuci tangan sesudah buang air besar. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999

2.1.5. Patofisiologi

a. Proses sekretorik Proses ini terjadi karena dihasilkannya enterotoksin oleh kuman, zat metabolik, atau sumber toksin dari luar. Enterotoksin merangsang sekresi air dan elektrolit oleh sel-sel kripta dari mukosa usus halus. Proses tersebut melalui pengaktifan adenyl siklase dan peningkatan sekresi aktif cairan dan elektrolit dari sel kripta ke lumen usus halus. Proses ini juga melibatkan prostaglandin. Dengan mekanisme yang belum jelas, Enterotoksin juga menghambat reabsorpsi cairan dan elektrolit oleh sel-sel villi usus halus. Proses ini terjadi pada infeksi oleh Vibrio cholera, Enterotoxigenic Escherichia coli ETEC, Shigella stadium awal, Clostridium sp, Salmonella sp, Campylobacter sp, dan Staphylococcus sp. Gejala-gejalanya: diare disertai dengan muntah, tidak ada demam, dan cepat menyebabkan dehidrasi. Diare yang disebabkan oleh ETEC berlangsung lebih singkat dibandingkan kolera, sehingga penggunaan antibiotik tidak atau kurang berguna. Infeksi karena ETEC biasanya berlangsung selama 2-3 hari. Garnadi Y,dkk, 2000 b. Proses invasif Pada proses ini ditandai dengan terjadinya kerusakan atau destruksi sel-sel mukosa villi usus halus, sering disebabkan oleh invasi virus. Setelah sel mengalami lisis, vili memendek sehingga luas permukaan untuk absorbsi berkurang. Selain itu infeksi Rotavirus dapat meningkatkann aktivitas enzim laktase dan disakaridase, sehingga menyebabkan gangguan penyerapan disakarida. Sementara itu sel kripta yang berfungsi sekretorik tidak banyak terganggu, dengan demikian hasil akhir adalah penurunan absorbsi dan sekresi relatif bertambah sehingga terjadi diare yang bersifat cair. Garnadi Y,dkk, 2000 c. Proses osmotik Diare osmotik disebabkan oleh adanya bahan non-absorbsi di traktus gastrointestinal. Proses ini sering terlihat pada sindrom malabsorbsi, meskipun sebenarnya secara fungsional terjadi pula pada diare karena proses sekretorik dan invasif yang mana terdapat penurunan kemampuan absorbsi cairan dan nutrien secara normal. Sindrom malabsorbsi yang paling sering adalah intoleransi laktosa. Mekanisme diare osmotik karena malabsorbsi terjadi peningkatan tekanan osmotik lumen usus sehingga cairan tertarik dari intraselular ke ekstraselular. Gejalanya : demam, pantat merah, perut kembung distensi abdomen, tinja asam, dan diare encer. Garnadi Y,dkk, 2000 d. Proses disenterik Pada proses ini terjadi peradangan pada mukosa dari ileum terminal dan usus besar. Peradangan ini sering akibat invasi bakteri patogen, udem mukosa, perdarahan, dan infiltrasi leukosit. Absorbsi cairan, yang merupakan fungsi utama usus besar dapat menurun. Iritasi pada usus besar dapat menyebabkan peningkatan frekuensi defekasi dan sering disertai tenesmus. Bakteri yang sering menjadi penyebab adalah Shigella sp, Salmonella sp, Campylobacter jejuni, dan beberapa jenis E.coli ETEC.Garnadi Y,dkk, 2000

2.1.6. Manifestasi klinis