Faktor Sosial Ekonomi Analisis Bivariat

44 4.3.1.2.Penghasilan Keluarga Hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian diare pada balita disajikan pada tabel 4.6. berikut ini : Tabel 4.6. Hubungan Antara Penghasilan Keluarga Dengan Kejadian Diare Penghasilan Keluarga Kejadian Diare Jumlah Diare Tidak Diare Frekuensi Persen Frekuensi Persen frekuensi Persen Rendah 27 75,0 9 25,0 36 100 Sedang 13 72,2 5 27,8 18 100 Tinggi 15 35,7 27 64,3 42 100 Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keluarga yang berpenghasilan rendah lebih banyak mengalami diare yaitu sebanyak 27 responden 75, sedangkan balita yang tidak mengalami diare adalah balita dari keluarga yang berpenghasilan tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,001 p 0,05. Jika terjadi kenaikan pendapatan atau penghasilan, maka yang dibeli akan lebih bervariasi atau berubah. Mereka yang mempunyai pendapatan sangat rendah cenderung memiliki keterbatasan dalam usaha untuk pencegahan penyakit, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini menyebabkan masyarakat rentan menderita penyakit menular seperti diare ini. Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak. Kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, maupun miskin pendidikan. Sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua penyakit. Behrman dkk, 1999. 45 4.3.1.3. Jumlah anak Hubungan antara jumlah anak dengan kejadian diare pada balita disajikan pada tabel 4.7. berikut ini : Tabel 4.7. Hubungan Antara Jumlah Anak Dengan Kejadian Diare Jumlah Anak Kejadian Diare Jumlah Diare Tidak Diare Frekuensi Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen 2 17 73,9 6 26,1 23 100 ≤2 38 52,1 35 47,9 73 100 Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu yang mempunyai anak ≤2 lebih banyak mengalami diare yaitu sebanyak 38 responden 52,1 dari pada ibu yang memiliki anak 2. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,065 p 0,05. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan data dari BKKBN yang menyatakan bahwa nilai dan jumlah anak sangat mempengaruhi dalam mencapai terwujudnya NKKBS. Salah satu norma dalam NKKBS adalah norma tentang jumlah anak yang sebaiknya dimiliki yaitu 2 anak cukup, dan laki-laki atau perempuan sama saja. Berdasarkan data dari BKKBN setelah terwujudnya penurunan jumlah anak dalam keluarga sehingga menghasilkan anak yang kurang dari 3 menunjukkan tingkat kematian bayi dan anak-anak yang turun drastis. Dengan jumlah anak yang jauh lebih sedikit dan lebih sehat para orang tua dapat memberi perhatian yang lebih tinggi tidak terkecuali dalam hal kesehatan. Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009 Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat pengetahuan ibu yang kurang sehingga jumlah anak yang banyak ataupun sedikit tidak mempengaruhi kondisi kesehatan anaknya khususnya dalam kasus diare. 46

4.3.2. Faktor Lingkungan

4.3.2.1.Sumber Air Bersih Hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita disajikan pada tabel 4.8. berikut ini : Tabel 4.8. Hubungan Antara Sumber Air Bersih Dengan Kejadian Diare Sumber Air Bersih Kejadian Diare Jumlah Diare Tidak Diare Frekuensi Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen Air Tanah 41 65,1 22 34,9 63 100 Air Permukaan 14 42,4 19 57,6 33 100 Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa balita yang mengalami diare sebagian besar berasal dari keluarga yang menggunakan sumber air tanah sumur, pompa yaitu sebanyak 41 responden 65,1. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,033 p 0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M 2005 yang menunjukkan bahwa sumber air bersih dari ibu balita penderita diare adalah sebagian besar berasal dari sumur air tanah sebanyak 67,5. Sumber air yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia, pada umumnya diambil dari air permukaan dan air tanah, karena ditinjau dari potensi kuantitas dan kualitasnya kedua sumber air ini paling baik. Perusahaan air minum pemerintah PAM pada umumnya menggunakan air sungai sebagai air baku, karena dari segi kuantitas potensinya cukup besar, sementara masyarakat yang tidak memperoleh air dari PAM, mendapatkan air bersih dari sumber air tanah. Notoatmodjo, 2003 47 4.3.2.2. Kualitas Air Hubungan antara kualitas air dengan kejadian diare pada balita disajikan pada tabel 4.9. berikut ini : Tabel 4.9. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Kejadian Diare Kualitas air Kejadian Diare Jumlah Diare Tidak Diare Frekuensi Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen Baik 47 55,3 38 44,7 85 100 Kurang 8 72,7 3 27,3 11 100 Jumlah 41 42,7 55 57,3 96 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa balita yang menderita diare adalah sebagian besar berasal dari responden yang memiliki kualitas air yang baik yaitu sebanyak 47 responden 55,3. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,271 p 0,05,. Kualitas air responden dinilai dari kepemilikan, akses air sepanjang tahun, dan kualitas fisik air. Tidak mencukupinya kebutuhan air bersih akan menyebabkan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini memudahkan masuknya kuman penyakit dan terkontaminasinya makanan yang akan dikonsumsi masyarakat. Keluarga yang menggunakan air dari sumber air yang bersih dan handal, menunjukkan angka kejadian diare yang lebih sedikit daripada keluarga yang tidak mendapatkan air bersih. Arifin, 2001 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M 2005 yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara kualitas air dengan kejadian diare. Hal ini mungkin disebabkan karena pengujian kualitas air hanya berdasarkan pengisian kuesioner oleh responden, bukan dari pengamatan peneliti langsung.