Faktor Sosial Ekonomi Mempengaruhi Kejadian Diare

1. Penampungan tertutup di pekarangan yaitu penampungan limbah rumah tangga yang berupa lubang biasanya tepinya di semen dan diberi penutup. 2. Penampungan terbuka di pekarangan yaitu penampungan limbah rumah tangga yang berupa lubang namun tidak diberi penutup. 3. Penampungan di luar pekarangan yaitu penampungan limbah rumah tangga yang berupa lubang baik ditutup maupun tidak tetapi terletak di luar pekarangan. 4. Tanpa penampungan atau langsung ke got yaitu jika air limbah rumah tangga disalurkan atau dibuang langsung ke selokan got atau sungai atau waduk atau laut tanpa memperhatikan ada tidaknya bak penampungan. Badan Pusat Statistik, 2009

2.3. Faktor Sosial Ekonomi Mempengaruhi Kejadian Diare

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Soetjiningsih, 2004 Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, maupun miskin pendidikan. Sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua penyakit. Frekuensi relatif anak dari orang tua yang berpenghasilan rendah 2 kali lebih besar menyebabkan berat badan lahir rendah BBLR, 3 kali lebih tinggi resiko imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak karena penyakit dibanding anak yang orangtuanya berpenghasilan cukup. Suharyono, 2008 Secara individual, kemiskinan adalah suatu keadaan rumah tangga dimana penghasilan rumah tangga tersebut dalam kurun waktu tertentu akan habis dikonsumsi atau untuk pengeluaran agar keluarganya dapat bertahan untuk hidup. Faktor ekonomi sosial mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena itu, faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare. Suharyono, 2008 1. Jenis pekerjaan Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Friedman, 2004 Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja. Widyastuti P, 2005 2. Pendapatan Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun hasil sendiri. Sedangkan menurut Bayu Wijayanto, pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja. Pendapatan sebagai faktor ekonomi mempunyai pengaruh terhadap konsumsi pangan.Alhidayad, 2007 Semakin tinggi pendapatan keluarga maka persentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin sedikit, dan semakin rendah pendapatan keluarga maka persentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semua hasil pendapatan digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Jika terjadi kenaikan pendapatan, maka yang dibeli akan lebih bervariasi atau berubah. Mereka yang mempunyai pendapatan sangat rendah cenderung akan membeli karbohidrat, sementara yang lebih mampu akan cenderung membeli makanan lain seperti protein dan vitamin. Alhidayad, 2007 3. Jumlah anak Penduduk Indonesia tahun 2000 yang semula diperkirakan akan mencapai sekitar 275 juta jiwa, ternyata dengan BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dan bantuan jajaran pembangunan lainnya telah berhasil membantu keluarga Indonesia menghasilkan penduduk yang jumlahnya hanya sekitar 206 juta jiwa saja. Keberhasilan itu adalah karena tingkat fertilitas atau tingkat kelahiran yang biasanya setiap keluarga melahirkan sekitar 6 anak, telah berhasil diturunkan lebih dari 50 persen, sehingga setiap keluarga hanya melahirkan kurang dari 3 orang anak. Dalam waktu yang bersamaan tingkat kematian bayi dan anak juga turun drastis. Dengan jumlah anak yang jauh lebih sedikit dan lebih sehat para orang tua dapat memberi perhatian yang lebih tinggi dan lebih mampu untuk menyekolahkan anak-anak itu ke sekolah pilihannya. Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009 Gerakan Keluarga Berencana yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak Pelita I merupakan program yang secara langsung diarahkan untuk mengatasi masalah pertumbuhan penduduk di Indonesia. Gerakan Keluarga Berencana bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera NKKBS yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran. Nilai dan jumlah anak sangat mempengaruhi dalam mencapai terwujudnya NKKBS dimana salah satu Norma dalam NKKBS adalah norma tentang jumlah anak yang sebaiknya dimiliki yaitu 2 anak cukup, dan laki-laki atau perempuan sama saja. Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009 Dengan program Keluarga Berencana yang dilaksanakan secara intensif selama 20 tahun untuk membudayakan NKKBS, maka diharapkan terjadi perubahan pola pikir masyarakat dimana mendidik dan memelihara anak jauh lebih penting daripada menambah jumlah anak. Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009

2.4. KERANGKA KONSEP PENELITIAN