Faktor Lingkungan Analisis Bivariat
47
4.3.2.2. Kualitas Air Hubungan antara kualitas air dengan kejadian diare pada balita disajikan
pada tabel 4.9. berikut ini : Tabel 4.9. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Kejadian Diare
Kualitas air
Kejadian Diare Jumlah
Diare Tidak Diare
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
Frekuensi Persen Baik
47 55,3
38 44,7
85 100
Kurang 8
72,7 3
27,3 11
100 Jumlah
41 42,7
55 57,3
96 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa balita yang menderita diare adalah sebagian besar berasal dari responden yang memiliki kualitas air
yang baik yaitu sebanyak 47 responden 55,3. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada anak
balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,271 p 0,05,. Kualitas air responden dinilai dari kepemilikan, akses air sepanjang tahun,
dan kualitas fisik air. Tidak mencukupinya kebutuhan air bersih akan menyebabkan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat
kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini memudahkan masuknya kuman penyakit dan terkontaminasinya makanan yang akan
dikonsumsi masyarakat. Keluarga yang menggunakan air dari sumber air yang bersih dan handal, menunjukkan angka kejadian diare yang lebih sedikit daripada
keluarga yang tidak mendapatkan air bersih. Arifin, 2001 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
sumber air bersih dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian penelitian Fauzi Y, Setiani
O, raharjo M 2005 yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara kualitas air dengan kejadian diare. Hal ini mungkin disebabkan karena pengujian kualitas air
hanya berdasarkan pengisian kuesioner oleh responden, bukan dari pengamatan peneliti langsung.
48
4.3.2.3. Jamban Hubungan antara kualitas jamban dengan kejadian diare pada balita
disajikan pada tabel 4.10. berikut ini : Tabel 4.10. Hubungan Antara Jamban Dengan Kejadian Diare
Jamban Kejadian Diare
Jumlah Diare
Tidak Diare Frekuensi Persen
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
Tidak Sehat
37 50,7
36 49,3
73 100
Sehat 18
78,3 5
21,7 23
100 Jumlah
41 42,7
55 57,3
96 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan jamban yang tidak sehat lebih banyak mengalami diare yaitu sebanyak 37 responden
50,7 dari pada responden dengan jamban yang sehat. Hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan antara kualitas jamban dengan kejadian diare pada
anak balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,023 p 0,05. Pada penelitian ini jenis tempat pembuangan tinja dibedakan menjadi jenis
jamban sehat dan jenis jamban tidak sehat. Jenis jamban tidak sehat yaitu jenis jamban tanpa septic tank atau jamban cemplung. Jenis tempat pembuangan tinja
tersebut termasuk jenis tempat pembuangan tinja yang tidak saniter. Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan, akan berdampak pada
banyaknya lalat. Sedangkan jenis jamban sehat yaitu jamban yang memiliki septic tank atau lebih dikenal dengan jamban leher angsa.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas jamban dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Pisangan,
Ciputat Timur. Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari A 2009 yang menunjukkan adanya hubungan antara jenis tempat pembuangan tinja dengan
kejadian diare pada anak balita dengan nilai p = 0,001, p 0,05.
49
4.3.2.4. Sampah Hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita
disajikan pada tabel 4.11. berikut ini : Tabel 4.11. Hubungan Antara Sampah Dengan Kejadian Diare
Sampah Kejadian Diare
Jumlah Diare
Tidak Diare Frekuensi Persen
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
Baik 30
61,2 19
38,8 49
100 Kurang
25 53,2
22 46,8
47 100
Jumlah 41
42,7 55
57,3 96
100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan
pengelolaan sampah yang baik lebih banyak mengalami diare yaitu sebanyak 30 responden 61,2 sedangkan responden dengan pengelolaan sampah yang
kurang baik sebanyak 25 responden 53,2. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada anak balita
di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur dengan p = 0,426 p 0,05. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M 2005 yang menyebutkan
bahwa terdapat hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam mengisi kuesioner.
Cara pengolahan sampah yang baik antara lain pengumpulan sampah diperlukan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak
mudah rusak, harus tertutup rapat, ditempatkan di luar rumah. Pengangkutan dilakukan oleh dinas pengelola sampah ke tempat pembuangan akhir TPA.
Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi media bagi kehidupan vektor penyakit yang dapat mengganggu
kesehatan. Tikus, lalat dan vektor penyakit lain dapat hidup pada tempat pembuangan sampah yang terbuka yang pada akhirnya dapat menyebarkan
penyakit seperti penyakit kulit, jamur dan penyakit saluran pencernaan pada manusia. Penularan tersebut dapat melalui kontak langsung, kontaminasi makanan
dan minuman maupun melalui udara yang bersumber pada sampah. Notoatmodjo, 2003
50
4.3.2.5.Limbah Hubungan antara pengelolaan limbah dengan kejadian diare pada balita
disajikan pada tabel 4.12. berikut ini : Tabel 4.12. Hubungan Antara Pengelolaan Limbah Dengan Kejadian Diare
Limbah Kejadian Diare
Jumlah Diare
Tidak Diare Frekuensi Persen
Frekuensi Persen Frekuensi Persen
Baik 9
32,1 19
67,9 28
100 Kurang
46 67,6
22 32,4
68 100
Jumlah 41
42,7 55
57,3 96
100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan
pengelolaan limbah yang kurang baik lebih banyak mengalami diare yaitu sebanyak 46 responden 67,6 dari pada responden dengan pengelolaan limbah
yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengelolaan limbah dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur
dengan p = 0,001 p 0,05. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fauzi Y, Setiani O, raharjo M 2005 yang menunjukkan adanya hubungan antara
pengelolaan limbah dengan kejadian diare dengan p=0,018. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang
tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :
- Limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera,
diare, tifus, media berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen. -
Sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk. -
Menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak sedap. -
Sebagai sumber pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan hidup lainnya.
- Mengurangi produktivitas manusia, karena bekerja tidak nyaman.
Notoatmodjo, 2003
51
Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak
mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak
menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena udara luar sehingga baunya tidak mengganggu. Notoatmodjo, 2003