Uji Validitas Konstruk Sifat Prestatif

Dilihat dari model faktor di atas, 3 dari 11 butir item yang mengukur sifat instrumental adalah tidak signifikan. Hal tersebut dikarenakan ketiga item tersebut memiliki nilai t yang lebih rendah dari 1.96, yaitu item nomor 26, 68 dan 93.

4.3.2 Uji Validitas Konstruk Sifat Prestatif

Dalam hal ini, peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat unidimensional dalam mengukur sifat Prestatif. Dari hasil yang diperoleh dari faktor Instrumental, model satu faktor unidimensional tidak fit, yaitu dengan Chi-Square = 153.32, df = 44, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0,143. Tetapi setelah dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka akhirnya diperoleh model fit seperti pada gambar 4.2 berikut ini: Gambar 4.2 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Prestatif 65 Terlihat dari gambar 4.2, bahwa Chi-Square menghasilkan P0,05 tidak signifikan. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat Prestatif. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing- masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Prestatif. No. Item 2 11 18 27 36 45 52 61 69 77 86 2 1 11 1 18 1 27 1 36 V V 1 45 V 1 52 1 61 V V 1 69 V V 1 77 V V 1 86 V 1 Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi Dari tabel di atas, terlihat bahwa kesalahan pengukuran terjadi pada item nomor 2 berkorelasi dengan item nomor 36 dan 45. Kesalahan pengukuran kesalahan pada item nomor 18 berkorelasi dengan item nomor 36, 61 dan 86. Kesalahan pengukuran pada item nomor 36 berkorelasi dengan item nomor 69 dan 77. Kesalahan pengukuran pada item nomor 45 berkorelasi dengan item 66 nomor 61. Kesalahan pengukuran pada item nomor 52 berkorelasi dengan item nomor 77. Dan kesalahan pengukuran pada item nomor 61 berkorelasi dengan item nomor 69. Item Seperti yang dikemukakan sebelumnya, yaitu item yang pengukurannya saling berkorelasi adalah bersifat multidimensional. Artinya, selain mengukur apa yang hendak diukur oleh sub tes yang bersangkutan, item tersebut juga mengukur hal lain. Makin banyak kesalahan pengukuran pada sebuah item berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, makin rendah atau tidak idealnya kualitas item tersebut. Pada sub tes ini, item yang bersifat multidimensional adalah item nomor 36, 45, 61, 69, dan 77. Sedangkan item yang memiliki kualitas paling baik adalah item nomor 11 dan 27. Hal tersebut dikarenakan item tersebut tidak berkorelasi sama sekali dengan item lain. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.11 di bawah ini: 67 Tabel 4.11 Muatan faktor item variabel sifat Prestatif NO ITEM KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN 2 0,30 0,10 2,95 V 11 - 0,70 0,09 - 7,95 V 18 - 0,34 0,10 - 3,47 V 27 - 0,82 0,09 - 9,58 V 36 - 0,43 0,10 - 4,08 V 45 - 0,33 0,10 - 3,34 V 52 -0,27 0,10 - 2,57 V 61 - 0,20 0,10 - 2,07 V 69 - 0,18 0,10 - 1,80 X 77 - 0,38 0,10 - 3,92 V 86 - 0,37 0,10 - 3,84 V Keterangan: tanda V= signifikan t1,96 X = tidak signifikan Dilihat dari model faktor di atas, dari 11 item yang mengukur sifat Prestatif, terdapat 1 item yang tidak signifikan tidak bagus, karena koefisien muatan faktor yang paling rendah dan nilai t lebih kecil dari 1,96 absolute yaitu item nomor 69.

4.3.3 Uji Validitas Konstruk Sifat Keluwesan Bergaul

Dokumen yang terkait

Strategi Industri Kecil Mengembangkan Usaha Di Era Perdagangan Bebas (Studi Deskriptif Strategi Pengrajin Sepatu di Kawasan PIK, Jl.Menteng VII Kel. Medan Tenggara).

10 81 80

Analisis Pengembangan industri Kecil Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus :...

0 22 5

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor usaha kecil (Kasus pada industri konveksi di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung, Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur)

0 9 124

Analisis pemasaran produktekstil dan kerajinan pada industri kecil (Kasus : kawasan perkampungan industri kecil, Pulogadung, Jakarta Timur)

0 12 125

Aktivitas ekonomi rumah tangga pengusaha dan pekerja industri kecil meubel di perkampungan industri kecil Pulo Gadung Jakarta

0 7 134

Strategi Pemasaran Produk Meubel Kayu di Perkampungan Industri Kecil Pulogadung Jakarta

0 6 130

Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur

1 5 176

PENGARUH KEMAMPUAN BERSAING TERHADAP PENDAPATAN USAHA PADA INDUSTRI GARMEN DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGARUH KEMAMPUAN BERSAING TERHADAP PENDAPATAN USAHA PADA INDUSTRI GARMEN DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian - PENGARUH KEMAMPUAN BERSAING TERHADAP PENDAPATAN USAHA PADA INDUSTRI GARMEN DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 12