Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur

(1)

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI

KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Oleh:

NUR AZMI AFIANTI A14301087

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

NUR AZMI AFIANTI. Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur (Dibawah bimbingan BONAR M. SINAGA).

Migrasi desa-kota merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota-kota di negara yang sedang berkembang, dimana dorongan utama untuk pindah dari desa ke kota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Hal ini ditunjang juga oleh semakin berkurangnya kesempatan kerja di desa disatu pihak dan pada pihak yang lain adanya kebijakan urban bias (kecenderungan untuk mengutamakan kota) yang berakibat pada semakin lebarnya jurang pendapatan antara kota dan desa. Namun kemampuan kota untuk menyerap para migran atau pendatang dari desa di sektor formal yang bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sangatlah terbatas, sehingga mereka hanya terserap di sektor informal.

Industri kecil merupakan salah satu sektor informal adalah industri yang dapat dikembangkan saat ini. Karakteristik industri kecil adalah (1) sebagai sektor yang mampu memanfaatkan sumberdaya lokal, (2) tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, (3) tidak hanya didasarkan pada kesempatan berinvestasi, tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain, (4) sifatnya yang padat karya dan tidak memerlukan pendidikan khusus serta (5) tidak memerlukan teknologi tinggi dalam kegiatan produksinya. Industri sepatu merupakan salah satu industri kecil yang mempunyai peluang dan prospek yang baik di pasaran. Hal ini dikarenakan sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur merupakan salah satu lokasi yang menjadi daerah tujuan para migran yang sebagian besar adalah penduduk pendatang yang tinggal menetap maupun sementara, dimana pada kenyataannya ada kecenderungan di kota-kota besar seperti Jakarta justru sektor industri kecil khususnya industri kecil sepatu merupakan tumpuan harapan untuk sebagian besar pekerja migran dalam melakukan aktivitas ekonominya dalam memenuhi kebutuhan keluarga di daerah asal. Industri sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung saat ini mengalami penurunan permintaan secara drastis. Hal ini disebabkan oleh masuknya sepatu impor ke pasar lokal secara ilegal. Hal ini secara langsung mempengaruhi penurunan jumlah permintaan sepatu pada konsumen, sehingga banyak industri kecil sepatu mengalami penurunan jumlah produksi sepatu. Berkaitan dengan kondisi diatas, menyebabkan perlu adanya upaya peningkatan mutu tenaga kerja untuk lebih meningkatkan potensi industri kecil, mengingat industri sepatu merupakan industri yang bersifat padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja dan menggunakan teknologi sederhana.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui karakteristik migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu, dan (3) menganalisis faktor-faktor


(3)

yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Penelitian ini menggunakan data primer. Penelitian ini dilakukan di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Puo Gadung Jakarta Timur. Untuk menjawab tujuan pertama digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi, untuk menjawab tujuan kedua digunakan model logit yang diduga dengan metode MLE (Maximum Likelihood Estimation), dan untuk menjawab tujuan ketiga digunakan model regresi linier berganda yang diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

Pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu sebagian besar berada pada usia produktif, namun usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Pekerja migran permanen memiliki pendidikan lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, dimana pekerja migran permanen menempuh pendidikan sampai tingkat SMA sedangkan migran non permanen tidak sampai tamat SMP. Pengalaman kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Jumlah tanggungan keluarga pekerja migran permanen lebih banyak daripada migran non permanen. Ketika memutuskan jenis migrasi, usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, pengalaman kerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen dan pekerja migran permanen memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih banyak daripada migran non permanen. Alokasi waktu kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Rata-rata alokasi waktu kerja pada industri kecil sepatu telah melebihi jam kerja normal (7 jam per hari). Pendapatan pekerja migran permanen lebih tinggi dan migran non permanen, dimana keduanya (pekerja migran permanen dan migran non permanen) memiliki pendapatan rata-rata diatas upah minimum yang ditetapkan Provinsi DKI Jakarta.

Keputusan pekerja ketika memilih jenis migrasi dipengaruhi oleh usia, pendidikan dan daya tarik fasilitas perkotaan. Untuk pekerja migran permanen, semua variabel yang diduga tidak mempengaruhi pekerja ketika memutuskan jenis migrasi. Namun ketika memutuskan jenis migrasi, pekerja migran non permanen industri kecil sepatu dipengaruhi oleh usia dan jumlah tanggungan keluarga. Produktivitas pekerja migran industri kecil sepatu dipengaruhi oleh pengalaman kerja, pendapatan dari industri kecil sepatu, alokasi waktu kerja dan jenis migran. Produktivitas pekerja migran industri kecil sepatu tidak responsif terhadap perubahan peubah pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga dan alokasi waktu kerja tetapi responsif terhadap pendapatan dari industri kecil sepatu. Produktivitas pekerja migran permanen industri kecil sepatu dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman kerja, pendapatan dari industri kecil sepatu dan pendapatan diluar industri sepatu, sedangkan produktivitas pekerja migran non permanen industri kecil sepatu dipengaruhi oleh pendapatan dari industri kecil sepatu dan alokasi waktu kerja. Produktivitas pekerja migran permanen industri kecil sepatu tidak responsif terhadap perubahan peubah pendidikan, pengalaman kerja dan jumlah tanggungan keluarga tetapi responsif terhadap pendapatan dari industri sepatu, sedangkan produktivitas pekerja migran non permanen industri kecil sepatu tidak responsif terhadap perubahan peubah usia, pengalaman kerja, pendapatan dari industri sepatu dan alokasi waktu kerja.


(4)

Tingkat pendidikan rata-rata pekerja migran non permanen relatif rendah yaitu masih berpendidikan SMP. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja migran industri sepatu perlu diadakan peningkatan pendidikan keterampilan bagi para calon migran disamping juga meningkatkan pendidikan formal pekerja migran. Sehingga apabila pekerja memutuskan untuk mencari kerja didaerah tujuan, dengan peningkatan kualitas pendidikan diharapkan akan mendapatkan pekerjaan dan tidak menjadi pengangguran. Untuk meningkatkan daya tarik fasilitas perkotaan maka disarankan perlu adanya peningkatan fasilitas perkotaan seperti alat transportasi yang maju, sarana dan prasarana kerja yang mendukung, tempat hiburan, pusat perbelanjaan di daerah pedesaan (daerah asal pekerja migran) disamping juga meningkatkan kemampuan ekonomi penduduk pedesaan misalnya dengan menciptakan lapangan kerja baru di sektor non pertanian khususnya sektor industri kecil.

Diharapkan dengan adanya peningkatan tersebut akan meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan sehingga pekerja migran lebih betah tinggal didaerah asalnya. Untuk meningkatkan produktivitas pekerja industri kecil sepatu disarankan agar perusahaan menentukan standar jam kerja di industri kecil sepatu yaitu 7 jam per hari. Hal ini dikarenakan jam kerja yang diterapkan saat ini melebihi jam kerja normal (7 jam per hari). Pendapatan merupakan salah satu alat motivator untuk meningkatkan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan upah kerja pekerja per unit barang yang dihasilkan atau memberi bonus kepada pekerja yang menghasilkan barang lebih banyak. Dalam menganalisis faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi pekerja industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung hendaknya memasukkan faktor lingkungan kerja, faktor asal daerah migran dan faktor biaya transportasi ke dalam model. Sehingga diharapkan dengan ketersediaan data yang lengkap dan akurat akan mencerminkan gambaran yang lebih tepat mengenai keputusan jenis migrasi bagi para migran industri kecil khususnya pekerja industri kecil sepatu. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis ruang lingkup wilayah penelitian yang lebih luas berkaitan dengan banyaknya jumlah industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung.


(5)

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI

KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Oleh:

NUR AZMI AFIANTI A14301087

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(6)

Judul Skripsi : KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR Nama : Nur Azmi Afianti

NRP : A14301087

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA NIP. 130 517 561

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR” BELUM PERNAH DIAJUKAN OLEH PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN.

Bogor, Januari 2008

Nur Azmi Afianti NRP. A14301087


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 September 1983 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Setyo Basuki (Alm) dan Suhetry Sulaiman.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Klender 04 Pagi Jakarta pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 27 Jakarta, dan lulus pada tahun 1998. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMU Negeri 59 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2001 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini membahas tentang karakteristik pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur. Skripsi ini juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi dan tingkat produktivitas pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan saran dan kritik yang membangun selama proses penyelesaian skripsi.

2. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama atas segala saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Adi Hadianto, SP selaku dosen penguji komisi pendidikan atas berbagai perbaikan dalam penulisan skripsi ini.

4. Mama tercinta atas kasih sayang yang diberikan, doa, dukungan, serta bantuan secara moral dan materil selama ini. Papa tercinta “yang telah tiada” atas segala bimbinganmu tentang arti hidup, kemandirian dan kedewasaan. Penulis selalu menyayangimu dan merindukanmu.

5. Adik-adikku Hilmi dan Novi serta keluarga besar ku tersayang (Pa’de, Bang Ai, Teteh dan Mas Ipul, keluarga Tangah dan keluarga Ibu) atas nasihat-nasihat, doa, dukungan dan bantuannya.

6. Sulaeman yang selalu sabar menghadapi dan mendengarkan setiap keluh kesah penulis, atas dukungan, doa, perhatian, kesetiaan dan kasih sayang yang diberikan selama ini.Thank you for all the pain, for it makes me much stronger and of course thank’s for all the love, for it makes me experience heaven on earth.


(11)

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI

KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Oleh:

NUR AZMI AFIANTI A14301087

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

NUR AZMI AFIANTI. Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur (Dibawah bimbingan BONAR M. SINAGA).

Migrasi desa-kota merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota-kota di negara yang sedang berkembang, dimana dorongan utama untuk pindah dari desa ke kota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Hal ini ditunjang juga oleh semakin berkurangnya kesempatan kerja di desa disatu pihak dan pada pihak yang lain adanya kebijakan urban bias (kecenderungan untuk mengutamakan kota) yang berakibat pada semakin lebarnya jurang pendapatan antara kota dan desa. Namun kemampuan kota untuk menyerap para migran atau pendatang dari desa di sektor formal yang bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sangatlah terbatas, sehingga mereka hanya terserap di sektor informal.

Industri kecil merupakan salah satu sektor informal adalah industri yang dapat dikembangkan saat ini. Karakteristik industri kecil adalah (1) sebagai sektor yang mampu memanfaatkan sumberdaya lokal, (2) tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, (3) tidak hanya didasarkan pada kesempatan berinvestasi, tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain, (4) sifatnya yang padat karya dan tidak memerlukan pendidikan khusus serta (5) tidak memerlukan teknologi tinggi dalam kegiatan produksinya. Industri sepatu merupakan salah satu industri kecil yang mempunyai peluang dan prospek yang baik di pasaran. Hal ini dikarenakan sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur merupakan salah satu lokasi yang menjadi daerah tujuan para migran yang sebagian besar adalah penduduk pendatang yang tinggal menetap maupun sementara, dimana pada kenyataannya ada kecenderungan di kota-kota besar seperti Jakarta justru sektor industri kecil khususnya industri kecil sepatu merupakan tumpuan harapan untuk sebagian besar pekerja migran dalam melakukan aktivitas ekonominya dalam memenuhi kebutuhan keluarga di daerah asal. Industri sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung saat ini mengalami penurunan permintaan secara drastis. Hal ini disebabkan oleh masuknya sepatu impor ke pasar lokal secara ilegal. Hal ini secara langsung mempengaruhi penurunan jumlah permintaan sepatu pada konsumen, sehingga banyak industri kecil sepatu mengalami penurunan jumlah produksi sepatu. Berkaitan dengan kondisi diatas, menyebabkan perlu adanya upaya peningkatan mutu tenaga kerja untuk lebih meningkatkan potensi industri kecil, mengingat industri sepatu merupakan industri yang bersifat padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja dan menggunakan teknologi sederhana.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui karakteristik migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu, dan (3) menganalisis faktor-faktor


(13)

yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Penelitian ini menggunakan data primer. Penelitian ini dilakukan di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Puo Gadung Jakarta Timur. Untuk menjawab tujuan pertama digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi, untuk menjawab tujuan kedua digunakan model logit yang diduga dengan metode MLE (Maximum Likelihood Estimation), dan untuk menjawab tujuan ketiga digunakan model regresi linier berganda yang diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

Pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu sebagian besar berada pada usia produktif, namun usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Pekerja migran permanen memiliki pendidikan lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, dimana pekerja migran permanen menempuh pendidikan sampai tingkat SMA sedangkan migran non permanen tidak sampai tamat SMP. Pengalaman kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Jumlah tanggungan keluarga pekerja migran permanen lebih banyak daripada migran non permanen. Ketika memutuskan jenis migrasi, usia pekerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen, pengalaman kerja migran permanen lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen dan pekerja migran permanen memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih banyak daripada migran non permanen. Alokasi waktu kerja migran permanen di industri sepatu lebih tinggi daripada pekerja migran non permanen. Rata-rata alokasi waktu kerja pada industri kecil sepatu telah melebihi jam kerja normal (7 jam per hari). Pendapatan pekerja migran permanen lebih tinggi dan migran non permanen, dimana keduanya (pekerja migran permanen dan migran non permanen) memiliki pendapatan rata-rata diatas upah minimum yang ditetapkan Provinsi DKI Jakarta.

Keputusan pekerja ketika memilih jenis migrasi dipengaruhi oleh usia, pendidikan dan daya tarik fasilitas perkotaan. Untuk pekerja migran permanen, semua variabel yang diduga tidak mempengaruhi pekerja ketika memutuskan jenis migrasi. Namun ketika memutuskan jenis migrasi, pekerja migran non permanen industri kecil sepatu dipengaruhi oleh usia dan jumlah tanggungan keluarga. Produktivitas pekerja migran industri kecil sepatu dipengaruhi oleh pengalaman kerja, pendapatan dari industri kecil sepatu, alokasi waktu kerja dan jenis migran. Produktivitas pekerja migran industri kecil sepatu tidak responsif terhadap perubahan peubah pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga dan alokasi waktu kerja tetapi responsif terhadap pendapatan dari industri kecil sepatu. Produktivitas pekerja migran permanen industri kecil sepatu dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman kerja, pendapatan dari industri kecil sepatu dan pendapatan diluar industri sepatu, sedangkan produktivitas pekerja migran non permanen industri kecil sepatu dipengaruhi oleh pendapatan dari industri kecil sepatu dan alokasi waktu kerja. Produktivitas pekerja migran permanen industri kecil sepatu tidak responsif terhadap perubahan peubah pendidikan, pengalaman kerja dan jumlah tanggungan keluarga tetapi responsif terhadap pendapatan dari industri sepatu, sedangkan produktivitas pekerja migran non permanen industri kecil sepatu tidak responsif terhadap perubahan peubah usia, pengalaman kerja, pendapatan dari industri sepatu dan alokasi waktu kerja.


(14)

Tingkat pendidikan rata-rata pekerja migran non permanen relatif rendah yaitu masih berpendidikan SMP. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja migran industri sepatu perlu diadakan peningkatan pendidikan keterampilan bagi para calon migran disamping juga meningkatkan pendidikan formal pekerja migran. Sehingga apabila pekerja memutuskan untuk mencari kerja didaerah tujuan, dengan peningkatan kualitas pendidikan diharapkan akan mendapatkan pekerjaan dan tidak menjadi pengangguran. Untuk meningkatkan daya tarik fasilitas perkotaan maka disarankan perlu adanya peningkatan fasilitas perkotaan seperti alat transportasi yang maju, sarana dan prasarana kerja yang mendukung, tempat hiburan, pusat perbelanjaan di daerah pedesaan (daerah asal pekerja migran) disamping juga meningkatkan kemampuan ekonomi penduduk pedesaan misalnya dengan menciptakan lapangan kerja baru di sektor non pertanian khususnya sektor industri kecil.

Diharapkan dengan adanya peningkatan tersebut akan meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan sehingga pekerja migran lebih betah tinggal didaerah asalnya. Untuk meningkatkan produktivitas pekerja industri kecil sepatu disarankan agar perusahaan menentukan standar jam kerja di industri kecil sepatu yaitu 7 jam per hari. Hal ini dikarenakan jam kerja yang diterapkan saat ini melebihi jam kerja normal (7 jam per hari). Pendapatan merupakan salah satu alat motivator untuk meningkatkan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan upah kerja pekerja per unit barang yang dihasilkan atau memberi bonus kepada pekerja yang menghasilkan barang lebih banyak. Dalam menganalisis faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi pekerja industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung hendaknya memasukkan faktor lingkungan kerja, faktor asal daerah migran dan faktor biaya transportasi ke dalam model. Sehingga diharapkan dengan ketersediaan data yang lengkap dan akurat akan mencerminkan gambaran yang lebih tepat mengenai keputusan jenis migrasi bagi para migran industri kecil khususnya pekerja industri kecil sepatu. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis ruang lingkup wilayah penelitian yang lebih luas berkaitan dengan banyaknya jumlah industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung.


(15)

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI

KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR

Oleh:

NUR AZMI AFIANTI A14301087

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(16)

Judul Skripsi : KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR Nama : Nur Azmi Afianti

NRP : A14301087

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA NIP. 130 517 561

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR” BELUM PERNAH DIAJUKAN OLEH PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN.

Bogor, Januari 2008

Nur Azmi Afianti NRP. A14301087


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 September 1983 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Setyo Basuki (Alm) dan Suhetry Sulaiman.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Klender 04 Pagi Jakarta pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 27 Jakarta, dan lulus pada tahun 1998. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMU Negeri 59 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2001 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.


(19)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keputusan Jenis Migrasi dan Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta Timur” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini membahas tentang karakteristik pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur. Skripsi ini juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi dan tingkat produktivitas pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008


(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan saran dan kritik yang membangun selama proses penyelesaian skripsi.

2. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama atas segala saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Adi Hadianto, SP selaku dosen penguji komisi pendidikan atas berbagai perbaikan dalam penulisan skripsi ini.

4. Mama tercinta atas kasih sayang yang diberikan, doa, dukungan, serta bantuan secara moral dan materil selama ini. Papa tercinta “yang telah tiada” atas segala bimbinganmu tentang arti hidup, kemandirian dan kedewasaan. Penulis selalu menyayangimu dan merindukanmu.

5. Adik-adikku Hilmi dan Novi serta keluarga besar ku tersayang (Pa’de, Bang Ai, Teteh dan Mas Ipul, keluarga Tangah dan keluarga Ibu) atas nasihat-nasihat, doa, dukungan dan bantuannya.

6. Sulaeman yang selalu sabar menghadapi dan mendengarkan setiap keluh kesah penulis, atas dukungan, doa, perhatian, kesetiaan dan kasih sayang yang diberikan selama ini.Thank you for all the pain, for it makes me much stronger and of course thank’s for all the love, for it makes me experience heaven on earth.


(21)

7. Seluruh warga Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung, staf Koperasi Perkampungan Industri Kecil (KOPIK) dan BPLIP Pulo Gadung yang telah banyak membantu dalam pengambilan data untuk penyelesaian skripsi.

8. Willy dan Ocha atas dukungan, doa, canda, tawa, persahabatan dan perhatian yang diberikan selama ini.

9. Teman-teman seperjuanganku Yari, Olivia, Yayan, Triana, Melia dan Silvi serta teman-teman EPS 38 atas dorongan dan semangatnya. Tak terlupakan untuk Runi atas pengorbanan, dukungan dan bantuannya dalam pengambilan data, juga Tati atas bantuannya dalam persiapan seminar.

10. Mbak Ruby, Mbak Santi, Mbak Yani, Mbak Pini, Pak Basir, Pak Husein, Pak Dayat dan Ibu Kokom atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.


(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………...……… v DAFTAR GAMBAR……...………...……….. viii DAFTAR LAMPIRAN………. ix I. PENDAHULUAN …………...……… 1 1.1. Latar Belakang ……...………... 1 1.2. Perumusan Masalah ……...……… 4 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian …...………... 7 1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan …...………... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA …………...………... 10 2.1. Gambaran Industri Kecil ... 10 2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri Kecil ... 11 2.2.1. Pengertian Industri Kecil ... 11 2.2.2. Penggolongan Industri Kecil ... 13 2.3. Migrasi dan Migran ……...………... 14 2.3.1. Pengertian Migrasi dan Migran ...…... 14 2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Bermigrasi ... 17 2.4. Produktivitas Tenaga Kerja ……...………... 24 2.4.1. Pengertian Produktivitas ……... 24 2.4.2. Produktivitas Tenaga Kerja ... 27 2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Tenaga Kerja ... 28 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ...………….. 31 2.5.1. Migrasi ... 31 2.5.2. Produktivitas Tenaga Kerja ...……..………... 35 III. KERANGKA PEMIKIRAN………...……….. 39 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ………..……...……….. 39


(23)

3.1.1. Teori Migrasi……….. 39 3.1.2. Konsep Produktivitas Tenaga Kerja ……….…... 46 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 49 IV. METODE PENELITIAN…...………... 52 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian………....………... 52 4.2. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data ... 52 4.2.1. Metode Pengambilan Sampel ………... 52 4.2.2. Metode Pengumpulan Data …………...………... 53 4.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data …...………...………... 53 4.4. Perumusan Model………. 54

4.4.1. Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja Migran Industri

Kecil Sepatu ... 54 4.4.1.1. Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja Migran Klasifikasi Pendidikan Tamat SMA ... 57 4.4.1.2. Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja Migran Klasifikasi Pendidikan Tidak Tamat SMA ... 58 4.4.2. Model Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu ………...………58 4.4.2.1. Model Produktivitas Pekerja Migran Industri

Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Permanen ... 59 4.4.2.2. Model Produktivitas Pekerja Migran Industri

Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Non Permanen ... 60 4.5. Evaluasi Model …...……… 61 4.6. Pendugaan Elastisitas ………... 63 4.7. Definisi Operasional ……….. 64 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ………..…………. 68 5.1. Lembaga Perkampungan Industri Kecil ……… 68 5.2. Tugas dan Tanggung Jawab PIK………... 70 5.3. Fasilitas Perkampungan Industri Kecil ……… 71 5.4. Keadaan Industri Kecil Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

Pulo Gadung Jakarta Timur ……….. 72 5.4.1. Bahan Mentah Pembuatan Sepatu……… 72 5.4.2. Alat-Alat Produksi Sepatu……… 74


(24)

5.4.3. Proses Produksi Berdasarkan Pembagian Kerja di Industri

Sepatu ……….. 75 VI. KARAKTERISTIK PEKERJA MIGRAN INDUSTRI KECIL

SEPATU ... 78 6.1. Karakteristik Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu ... 78 6.2. Daya Tarik Fasilitas Perkotaan ... 85 6.3. Lama Migrasi dan Daerah Asal ... 85 6.4. Alokasi Waktu Kerja ... 87 6.5. Pendapatan ... 89 6.6. Produktivitas Pekerja ... 92 6.7. Alasan Melakukan Migrasi Permanen dan Non Permanen ... 93 VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI

KECIL SEPATU ... 96 7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pekerja Migran

Industri Kecil Sepatu ... 96 7.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pekerja

Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan Tamat SMA ... 99 7.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pekerja

Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan Tidak

Tamat SMA ... 100 7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja Industri

Kecil Sepatu ... 103 7.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja

Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Permanen ... 108 7.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja

Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Non Permanen ... 113 VIII.KESIMPULAN DAN SARAN ... 120 8.1. Kesimpulan ... 120 8.2. Saran ... 121 8.2.1. Saran Kebijakan ... 122 8.2.2. Saran Penelitian ... 123


(25)

(26)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Jumlah Unit Usaha Industri dan Dagang di Indonesia,1998-2001 ... 2 2. Perkembangan Nilai Ekspor Sepatu Indonesia, 2001-2004 ... 3 3. Intensitas Migrasi dari Duabelas Sukubangsa Utama di Indonesia .... 22 4. Faktor-Faktor Migrasi dari Duabelas Suku Utama di Indonesia ... 23 5. Karakteristik Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 78 6. Kelompok Usia Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 80 7. Kelompok Usia Ketika Migrasi Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 81 8. Tingkat Pendidikan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 82 9. Pengalaman Kerja Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 82 10. Pengalaman Kerja Ketika Migrasi Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 83 11. Jumlah Tanggungan Keluarga Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 84 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Ketika Migrasi Pekerja Migran

Industri Kecil Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007... 84 13. Daya Tarik Fasilitas Perkotaan Pekerja Migran Industri Kecil

Sepatu di PIK Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 86 14. Lamanya Migrasi Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 87

15. Daerah Asal Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 88 16. Rata-rata Alokasi Waktu Kerja Pekerja Migran Industri Kecil


(27)

17. Alokasi Waktu Kerja Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung,Tahun 2007 ... 90 18. Rata-rata Pendapatan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 91 19. Pendapatan Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 92 20. Tanggapan Pekerja Migran terhadap Pendapatan dari Industri Sepatu

di PIK Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 93 21. Rata-rata Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di

PIK Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 93 22. Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 94 23. Alasan Melakukan Migrasi Permanen di PIK Pulo Gadung ... 95 24. Alasan Melakukan Migrasi Non Permanen di PIK Pulo Gadung ... 96 25. Jumlah Responden Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu di PIK

Pulo Gadung, Tahun 2007 ... 96 26. Hasil Dugaan Parameter Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja

Migran Industri Kecil Sepatu ... 97 27. Hasil Dugaan Parameter Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja

Migran Klasifikasi Pendidikan Tamat SMA ... 100 28. Hasil Dugaan Parameter Model Keputusan Jenis Migrasi Pekerja

Migran Klasifikasi Pendidikan Tidak Tamat SMA ... 101 29. Hasil Dugaan Parameter Model Produktivitas Pekerja Migran

Industri Kecil Sepatu ... 104 30. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Bebas (rij) pada Model

Produktivitas Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu ... 104 31. Hasil Dugaan Parameter Dugaan Model Produktivitas Pekerja

Klasifikasi Migran Permanen ... 110 32. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Bebas (rij) pada Model

Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran


(28)

33. Hasil Dugaan Parameter Dugaan Model Produktivitas Pekerja

Klasifikasi Migran Non Permanen ... 115 34. Matriks Korelasi Antar Peubah-Peubah Bebas (rij) pada Model

Produktivitas Pekerja Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran Non Permanen ... 115


(29)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional ……….………. 50


(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu ... 129 2. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan

Tamat SMA ... 132 3. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Pendidikan

Tidak Tamat SMA ... 133 4. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran

Permanen ... 135 5. Data Pekerja Migran Industri Kecil Sepatu Klasifikasi Migran

Non Permanen ... 137 6. Output Komputer Pendugaan Model Keputusan Jenis Migrasi dan


(31)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagian besar penduduk Indonesia berdiam di pedesaan dan bekerja pada sektor pertanian. Dengan meningkatnya jumlah penduduk di pedesaan sedangkan luas lahan pertanian tidak bertambah mengakibatkan banyak penduduk di pedesaan yang kehilangan atau tidak mempunyai lahan pertanian lagi. Oleh karena pekerjaan di sektor non pertanian tidak cukup tersedia di pedesaan maka masyarakat pedesaan mencurahkan perhatiannya ke kota sehingga menyebabkan terjadinya migrasi desa-kota.

Migrasi desa-kota merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota-kota di negara yang sedang berkembang, dimana dorongan utama untuk pindah dari desa ke kota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik dimana orang-orang desa yang miskin didorong pindah ke kota karena kemandekan atau berkurangnya kesempatan kerja di desa dan pada saat yang sama tertarik oleh harapan untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik yang dapat memberikan penghasilan lebih tinggi. Selain itu kebijakan urban bias (kecenderungan untuk mengutamakan kota) akan memperlebar jurang pendapatan antara kota dan desa, dimana keadaan ini mendorong tetap berlangsungnya tingkat migrasi yang tinggi untuk mencari pekerjaan di sektor modern walaupun sulit (atau tidak mungkin) dimasuki (Todaro dan Stilkind, 1985 dalam Atika, 1999). Namun kemampuan kota untuk menyerap para migran atau pendatang dari pedesaan ini di sektor formal yang bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sangatlah terbatas, sehingga mereka hanya terserap di sektor informal yang


(32)

bersifat padat karya dengan produktivitas yang relatif rendah yaitu mempergunakan pekerja yang berketrampilan dan berkemampuan yang rendah pula.

Industri kecil merupakan salah satu sektor informal merupakan industri yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini. Hal ini disebabkan pada industri kecil memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) sebagai sektor yang mampu memanfaatkan sumberdaya lokal, (2) tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, dan (3) tidak hanya didasarkan pada kesempatan berinvestasi, tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain. Karakteristik industri kecil lainnya adalah sifatnya yang padat karya dan tidak memerlukan pendidikan khusus serta tidak memerlukan teknologi tinggi dalam kegiatan produksinya.

Tabel 1. Jumlah Unit Usaha Industri dan Dagang di Indonesia, 1998-2001 Unit Usaha (ribu unit)

Uraian 1998 1999 2000 2001

Pertumbuhan (%) Industri 2 115.03 2 536.89 2 725.38 2 886.58 11.10 - Industri Kecil &Mikro 2 104.86 2 526.16 2 713.86 2 874.38 11.12

- Industri Menengah 9.54 10.06 10.81 11.44 6.24

- Industri besar 0.63 0.67 0.71 0.76 6.45

Dagang 8 347.85 8 710.48 9 236.51 9 698.67 5.13 - Dagang Kecil &Mikro 8 325.35 8 688.21 9 212.90 9 673.87 5.13

- Dagang Menengah 22.08 21.85 23.17 24.33 3.34

- Dagang Besar 0.42 0.42 0.44 0.47 3.86

Total Indag 10 462.88 11 247.37 11 961.89 12 585.25 6.35 Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2002.

Menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan diperoleh bahwa pada periode 1998-2001 jumlah industri kecil meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 11.1 persen per tahun (lihat Tabel 1). Pada tahun 2001


(33)

jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) mencapai 2 885 827 unit usaha atau 99.9 persen dari seluruh jumlah industri di Indonesia yang mencapai 2 886 583 unit usaha, dimana jumlah dari keseluruhan industri tersebut, sebanyak 2 874 383 unit tergolong industri Kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan industri kecil sebagai bagian dari sektor informal di masyarakat mempunyai pengaruh yang baik bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam peningkatan jumlah unit usaha.

Menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Penataan Data Statistik Industri dan Dagang Kecil Menengah - IDKM) tahun 2002, juga diketahui bahwa diantara sektor ekonomi lainnya usaha sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga merupakan sektor yang terbesar kedua setelah sektor perdagangan dengan kontribusi jumlah usaha sebesar 15.58 persen pada tahun 1998, kemudian meningkat menjadi 17.32 persen pada tahun 1999, dan meningkat kembali hingga menjadi 17.35 persen pada tahun 2000.

Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Sepatu Indonesia, 2001-2005

Tahun Nilai Ekspor (US $ Milyar)

2001 1.50 2002 1.15 2003 1.18 2004 1.32 2005 1.50 Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2005

Industri sepatu merupakan salah satu industri kecil yang mempunyai peluang dan prospek yang baik di pasaran. Hal ini dikarenakan sepatu merupakan salah satu produk non migas yang tidak hanya ditujukan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. Berdasarkan Tabel 2 dapat


(34)

dilihat bahwa setiap tahunnya nilai ekspor sepatu Indonesia mengalami fluktuasi perkembangan. Meskipun pada tahun 2002 nilai ekspor sepatu Indonesia mengalami penurunan, namun pada tahun 2003 hingga 2005 nilai ekspor sepatu mengalami peningkatan kembali.

Penelitian ini diarahkan pada pekerja industri kecil sepatu di Perkampungan Industri kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur, dimana pada kenyataannya ada kecenderungan di kota-kota besar seperti Jakarta justru sektor industri kecil khususnya industri sepatu merupakan tumpuan harapan untuk kebanyakan para pekerja migran dalam melakukan aktivitas ekonominya dalam memenuhi kebutuhan keluarga didaerah asal. Didukung pula bahwa industri kecil sepatu adalah salah satu industri di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung, dimana wilayah tersebut merupakan salah satu sentra bisnis andalan terbesar di DKI Jakarta.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap individu mempunyai kebutuhan ekonomi, sosial maupun psikologi. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka akan menimbulkan tekanan bagi individu tersebut. Jika tekanan tersebut masih dalam batas kemampuan individu, maka ia tidak akan pindah tempat untuk menyesuaikan diri ke tempat lain dalam memenuhi kebutuhannya. Namun jika tekanan tersebut menjadi besar dan lingkungan disekitarnya tidak dapat membantu dalam memenuhi kebutuhannya, maka seorang individu akan cenderung untuk pindah ke tempat lain yang lebih baik. Seseorang berpindah tempat berarti dia mengorbankan pendapatan yang seyogyanya dapat diterima di daerah asal dengan harapan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi di tempat yang baru,


(35)

karena pada dasarnya seseorang mau atau berusaha untuk pindah kerja dari satu tempat ke tempat lain untuk memperoleh penghasilan yang besar.

Namun adanya ikatan kekerabatan antar keluarga yang kuat di sebagian masyarakat seringkali mempengaruhi proses keputusan migrasi penduduk. Sehingga, migran dapat dengan arif memutuskan pada jenis mana mereka memilih jenis migrasi yang optimal yang dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Dengan kata lain perpindahan penduduk (migrasi) dari daerah asal ke daerah lain dengan niat menetap (permanen) atau sementara (non permanen) di daerah tujuan dalam kurun waktu yang singkat maupun lama, merupakan alternatif individu untuk memenuhi kebutuhannya. Atas dasar dua pertimbangan tersebut akan menentukan migran dalam memilih jenis migrasi yaitu migrasi permanen atau non permanen.

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur merupakan salah satu lokasi yang menjadi daerah tujuan para migran yang sebagian besar adalah penduduk pendatang yang tinggal menetap maupun sementara, dimana mereka memiliki harapan agar dapat memperbaiki taraf hidup perekonomian keluarga. Namun, kenyataannya tenaga kerja yang dibutuhkan tidak sesuai dengan karakteristik, latar belakang pendidikan dan keterampilan yang tersedia.

Industri kecil merupakan salah satu sektor informal yang bersifat padat karya merupakan alternatif yang baik guna mengatasi masalah ketenagakerjaan. Dikaitkan dengan keberadaan industri kecil pada saat ini, industri sepatu diharapkan dapat menjadi alternatif dalam peningkatan pendapatan bagi sebagian besar pekerja migran yang memiliki latar belakang kemampuan sumberdaya


(36)

manusia yang terbatas, baik dalam hal pengolahan maupun pengelolaan sumberdaya alam dan hasilnya. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa industri kecil sepatu saat ini mengalami penurunan permintaan secara drastis.

Hal ini disebabkan oleh masuknya sepatu impor asal Cina, Vietnam dan Thailand ke pasar lokal secara ilegal. Dalam harian umum Kompas tanggal 9 Desember 2004 dinyatakan bahwa produk impor itu diperkirakan telah menguasai lebih dari 50 persen pasar di dalam negeri. Adanya kondisi ini dikhawatirkan tidak hanya merugikan industri sepatu berskala besar tetapi dapat merugikan industri berskala kecil yang mengandalkan pasar lokal. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah permintaan sepatu, sehingga banyak industri berskala kecil mengalami penurunan jumlah produksi sepatu atau menutup usahanya. Didukung pula bahwa industri kecil sepatu merupakan salah satu sektor yang bersifat padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja. Sehingga hal ini secara langsung mempengaruhi penurunan jumlah tenaga kerja pada industri kecil sepatu yang tidak mampu bertahan.

Berkaitan dengan kondisi tersebut menyebabkan perlu upaya peningkatan mutu tenaga kerja untuk lebih meningkatkan potensi industri kecil mengingat industri kecil sepatu merupakan industri yang bersifat padat karya dan menggunakan teknologi sederhana.

Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, maka dapat dirumuskan beberapa masalah diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur?


(37)

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan dengan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi pekerja migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja

migran permanen dan migran non permanen industri kecil sepatu.

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan jenis migrasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja pada pekerja migran industri kecil sepatu. Informasi ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup pekerja migran permanen dan pekerja migran nonpermanen khususnya pekerja industri kecil sepatu. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam meningkatkan peranan industri kecil khususnya industri sepatu dalam hal permodalan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hal ini berkaitan


(38)

dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan kegiatan produksi pada industri kecil tersebut.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi dan produktivitas pekerja migran permanen dan non permanen industri kecil sepatu di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta Timur. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jenis migrasi, penelitian lebih diarahkan untuk menganalisis alasan keputusan pekerja ketika memilih jenis migrasi yaitu migrasi permanen dan non permanen dilihat dari faktor usia, pendidikan, pengalaman pekerja, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dari industri, daya tarik fasilitas perkotaan dan alokasi waktu kerja. Sedangkan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja, penelitian lebih diarahkan untuk menganalisis faktor usia, pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dari industri sepatu, pendapatan diluar industri sepatu, alokasi waktu kerja dan jenis migran.

Dengan keterbatasan data dan waktu, maka penelitian ini dibatasi pada pembahasan pekerja migran yang berasal dari luar wilayah kota Jakarta yang secara langsung melakukan migrasi permanen dan non permanen dan bekerja di industri kecil sepatu yaitu bagian bengkel produksi sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung. Keterbatasan lainnya adalah faktor biaya transportasi yang tidak digunakan sebagai peubah bebas, dikarenakan kurangnya ketersediaan data yang lengkap dan akurat.


(39)

Pengukuran terhadap produktivitas pekerja dalam penelitian ini dilakukan secara fisik (physical productivity), sehingga output yang dihasilkan berupa jumlah pasang sepatu yang dapat dibuat pekerja, sedangkan inputnya adalah jumlah jam kerja (dalam seminggu) yang dicurahkan untuk melakukan proses produksi sepatu.


(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Industri Kecil

Industrialisasi dalam suatu tahap pembangunan dianggap sebagai suatu simbol kemajuan dan kesuksesan pembangunan di suatu negara. Selain itu industrialisasi dianggap sebagai kunci yang dapat membawa masyarakat ke arah kemakmuran dan dapat mengatasi masalah kesempatan kerja yang semakin terbatas pada sektor non pertanian. Implikasi lain yang menyatakan bahwa sektor industri sangat penting untuk dikembangkan adalah karena penanaman modal yang dinilai sangat menguntungkan dibandingkan dengan sektor pertanian yang lebih lambat pertumbuhannya. Demikian pula dengan keberadaan industri kecil di suatu negara khususnya negara berkembang, industri kecil memberikan peranan lebih besar terutama yang berkaitan dengan masalah ekonomi dan sosial dalam masyarakat terutama masyarakat pedesaan.

Peranan industri kecil di Indonesia cukup strategis, dimana selain sebagai penyerap tenaga kerja tenaga kerja yang tinggi, sebagai penghasil devisa dan dapat meningkatkan pendapatan, industri kecil dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar industri. Namun permasalahan di Indonesia adalah adanya pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Sehingga mengakibatkan laju pertumbuhan tenaga kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja.

Perekonomian pada sektor industri kecil relatif lebih dapat mandiri. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan pada sektor industri kecil secara langsung yang dapat memperbaiki kesejahteraan golongan ekonomi lemah, sehingga kemajuan


(41)

dalam sektor industri kecil diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional dan memperbaiki distribusi pendapatan. Bila di sektor formal kurangnya permintaan dapat menyebabkan kelesuan perekonomian, sebaliknya pada sektor informal khususnya industri kecil justru permintaan semakin meningkat. Hal ini disebabkan produksi barang dan jasa yang dihasilkan pada sektor ini merupakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Potensi industri kecil dalam perekonomian nasional yang demikian besar dan memiliki posisi yang strategis harus diupayakan agar semakin efisien, efektif dan memiliki daya saing tinggi. Hal ini dilakukan agar dapat memasuki era pasar global dan semakin berperan untuk mempercepat tercapainya kemakmuran masyarakat Indonesia dalam rangka mengentaskan kemiskinan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 1999).

2.2. Pengertian dan Penggolongan Industri Kecil 2.2.1. Pengertian Industri Kecil

Dalam struktur perindustrian dikenal adanya tiga sub sektor, yaitu industri kecil, industri sedang dan industri besar. Perbedaan antara ketiga sub sektor industri tersebut didasarkan atas besar kecilnya modal yang digunakan, jumlah tenaga kerja yang dipakai, pengelolaan perusahaan, teknologi dan jenis produk yang dihasilkan. Penggolongan industri kecil tidak hanya dilihat dari faktor-faktor di atas tetapi juga dapat dilihat dari faktor lain.

Industri kecil menurut Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.254/MPP/Kep7/1997, tentang kriteria industri kecil dan perdagangan kecil adalah suatu usaha kegiatan industri yang memiliki nilai


(42)

investasi sampai dengan 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan. Pengertian industri kecil menurut BPS (1993) adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengelola barang dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi, setengah jadi menjadi barang jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi barang yang nilainya lebih tinggi dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit lima orang dan paling banyak sembilan belas orang termasuk pengusaha (Miharja, 2002).

Bank Indonesia yang dikutip Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1998) memberikan definisi industri kecil dalam kaitannya dengan SK Direksi Bank Indonesia No.22/81/Kep/DR tanggal 30 Januari 1990 adalah usaha yang mempunyai total aset maksimum 600 juta rupiah tidak termasuk nilai rumah dan tanah yang ditempati. Menurut Kamar Dagang dan Industri pada tahun 1998 dikutip Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1998), industri kecil didefinisikan sebagai industri yang mempunyai tenaga kerja maksimum 300 karyawan dan perputaran modalnya 1 milyar rupiah, kemudian syarat lainnya adalah modal aktifnya maksimum 250 juta rupiah (Miharja, 2002).

Departemen Perindustrian dan Perdagangan menyempurnakan batasan industri melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 589/ MPP/ kep/ 10/ 1999, tanggal 13 Oktober 1999 yang menyatakan bahwa industri kecil merupakan suatu industri dengan nilai kekayaan perusahaan seluruhnya tidak lebih dari 1 milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (Sitanggang, 2002).

Sedangkan berdasarkan Direktorat Jenderal Industri Kecil (1999) adapun karakteristik industri kecil adalah:


(43)

1. Jumlahnya besar dan tersebar di seluruh pelosok tanah air.

2. Mencakup bagian terbesar dari kelompok masyarakat golongan ekonomi lemah.

3. Mampu mendorong proses pemerataan dan penanggulangan kemiskinan karena mudah diakses oleh rakyat kecil dan masyarakat yang tergolong miskin.

4. Mampu menggali dan memanfaatkan keunggulan komparatif dan ketersediaan tenaga kerja dan sumberdaya alam.

5. Dapat hidup walau dengan modal yang sangat terbatas.

2.2.2. Penggolongan Industri Kecil

Penggolongan industri kecil menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1999) adalah sebagai berikut:

1. Industri kecil pangan, yang meliputi kerupuk emping, makanan ringan dan lain-lain.

2. Industri kecil kimia, agro non pangan dan hasil hutan, yang meliputi industri minyak atsiri, industri vulkanisir ban, industri kayu, industri komponen karet dan lain-lain.

3. Industri kecil logam, mesin dan elektronik, yang meliputi industri pengelolaan logam, industri komponen dan suku cadang.

4. Industri kecil sandang, kulit dan aneka, meliputi konveksi/pakaian jadi, tenun adat, tenun ikat, bordir serta industri barang dan kulit.

5. Industri kerajinan dan umum, meliputi industri anyam-anyaman, industri kerajinan ukiran dan lain-lain.


(44)

Penggolongan perusahaan/usaha industri pengolahan di Indonesia dibagi dalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan sebagai berikut (BPS, 1999):

1. Industri kerajinan rumah tangga adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja antara 1-4 orang.

2. Industri kecil adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja antara 5-19 orang.

3. Industri menengah adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja antara 20-99 orang.

4. Industri besar adalah perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.

2.3. Migrasi dan Migran

2.3.1. Pengertian Migrasi dan Migran

Migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk, spasial atau teritorial antara unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan. Migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian.

Seseorang dikatakan melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen (untuk jangka waktu minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu unit geografis ke unit geografis lainnya. Unit geografis sering berarti unit administratif pemerintahan baik berupa negara maupun bagian-bagian dari negara. Orang yang melakukan migrasi disebut migran, karena itu seseorang disebut


(45)

sebagai migran ada kemungkinan telah melakukan migrasi lebih dari satu kali (Rusli, 1984).

Lee (1969) menyatakan bahwa migrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen dimana tidak ada pembatasan baik pada jarak maupun sifatnya apakah terpaksa atau sukarela. Sedangkan menurut penelitian Suharso (1986) dalam Mahfudhoh (2006) menyatakan bahwa migrasi merupakan suatu mobilitas penduduk secara geometris dari suatu tempat atau lokasi geografis ke tempat atau lokasi geografis lainnya melewati batas administrasi suatu daerah atau wilayah dengan maksud untuk mempertahankan hidup dan atau memperbaiki kehidupan baik untuk keluarga maupun diri sendiri.

Alatas dan Edy (1992) secara umum menyebutkan beberapa jenis migran yaitu. Migran semasa hidup (life time migran), migran kembali, migran total dan migran risen. Migran semasa hidup adalah orang-orang yang pada saat pencacahan tidak bertempat tinggal di tempat kelahirannya, sedangkan migran kembali adalah orang yang kembali ke tempat kelahirannya setelah sebelumnya pernah berpindah ke tempat lain. Migran total adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat lain (selain tempat kelahirannya), jadi dalam migrasi total mencakup pengertian semasa hidup dan migran kembali, secara spesifik jumlah migran total dikurangi migran kembali merupakan migran semasa hidup.

Migran risen adalah orang-orang yang akhir-akhir ini melakukan perpindahan. Akhir-akhir ini dapat dilihat untuk satu tahun terakhir ini, atau lima tahun terakhir ini dan sebagainya. Bila dilihat untuk lima tahun terakhir, maka migran risen adalah mereka yang pada saat pencacahan tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelumnya.


(46)

Secara umum ada dua jenis migrasi yaitu migrasi internal dan migrasi internasional. Dalam hubungan dengan migrasi internal, seseorang melakukan migrasi dikatakan sebagai migran masuk dilihat dari daerah tujuan dan sebagai migran keluar ditinjau dari daerah asal. Apabila di suatu daerah dalam wilayah suatu negara jumlah migrasi masuk lebih banyak dari migrasi keluar berarti didaerah yang bersangkutan terdapat migrasi masuk neto. Sebaliknya migrasi keluar neto bila didaerah tersebut jumlah migrasi keluar lebih banyak dari migrasi masuk (Rusli, 1984).

Menurut Mantra (1983) menyatakan bahwa mobilitas penduduk meliputi semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu pula. Untuk batas wilayah umumnya dipergunakan batas administrasi misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan atau pedukuhan. Selain itu menurut Mantra (1994) dalam Mahfudhoh (2006) menyatakan bahwa mobilitas penduduk terbagi menjadi dua yaitu mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal atau geografis. Mobilitas penduduk vertikal adalah perubahan status seseorang (aktivitas pekerjaannya) dari waktu ke waktu lain atau pada waktu yang sama. Sedangkan mobilitas penduduk horizontal adalah gerak penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dalam jangka waktu tertentu.

Bentuk-bentuk mobilitas penduduk horizontal dapat pula dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas permanen atau mobilitas nonpermanen. Mobilitas permanen adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas nonpermanen terbagi menjadi dua yaitu sirkulasi dan komutasi. Mobilitas penduduk sirkulasi (migrasi sirkuler) adalah gerak penduduk melintasi batas-batas administratif suatu wilayah


(47)

untuk bekerja lebih dari satu hari atau kurang dari satu tahun serta tidak ada niat menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas penduduk komutasi adalah gerak perpindahan penduduk melintasi batas-batas administratif suatu wilayah untuk bekerja sedikitnya enam jam atau kurang dari satu hari serta kembali pada hari itu juga dan tidak ada niat menginap di daerah tujuan.

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi

Migrasi merupakan gejala umum yang terjadi terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selain disebabkan oleh pertambahan jumlah pengangguran di daerah pedesaan, pertambahan jumlah penduduk dan tenaga kerja yang semakin cepat dan semakin besar di sektor pertanian menimbulkan pula satu masalah penting lainnya, yaitu masalah pengaliran penduduk yang sangat berlebihan dari daerah-daerah pedesaan ke kota-kota besar.

Pada teori migrasi yang dikenal luas di negara berkembang yaitu teori migrasi Todaro atau yang lebih dikenal dengan model Todaro (1983) mengemukakan bahwa orang-orang melakukan migrasi pada umumnya berdasarkan pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana keputusan untuk melakukan migrasi tergantung kepada perbedaan upah riel yang lebih besar yang diharapkan antara desa dan kota serta peluang untuk memperoleh pekerjaan di kota. Pendapatan yang diharapkan adalah fungsi dari upah yang ditawarkan dan kemungkinan memperoleh pekerjaan dengan upah tertentu. Pada intinya teori ini menganggap bahwa para migran akan membandingkan penghasilan yang diharapkan di daerah tujuan dengan penghasilan di daerah asal. Mereka akan melakukan migrasi bila penghasilan di daerah tujuan lebih besar daripada penghasilan di daerah asal.


(48)

Lee (1969) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk bermigrasi adalah : (1) faktor yang terdapat di tempat asal; (2) faktor yang terdapat di daerah tujuan; (3) faktor penghambat (penghalang antara); dan (4) faktor pribadi.

Pada setiap daerah terdapat faktor-faktor yang menarik untuk tinggal di daerah tersebut ( faktor + ) dan terdapat juga faktor-faktor yang mendorong orang untuk pindah dari daerah tersebut ( faktor - ). Disamping itu juga terdapat faktor-faktor yang tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap penduduk di daerah tersebut ( faktor 0 ). Apabila faktor negatif lebih banyak daripada faktor-faktor yang lain maka akan mengakibatkan suatu tekanan bagi seseorang untuk pindah dari daerah tersebut. Pergerakan penduduk pedesaan merupakan reaksi dari tekanan tersebut, terutama tekanan ekonomi.

Faktor-faktor di atas tidak sama untuk semua orang, ada kemungkinan faktor tersebut berpengaruh positif untuk seseorang tetapi terhadap orang lain berpengaruh negatif atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Tetapi menurut Lee lebih lanjut, dapat dilihat ada kelompok-kelompok orang yang reaksinya hampir sama terhadap sejumlah faktor sejenis yang terdapat di tempat asal dan tempat tujuan.

Sedangkan penghalang (faktor penghambat) antara menurut Lee, misalnya jarak dan biaya transportasi yang dapat membatasi keinginan orang untuk bermigrasi. Faktor pribadi yang dimaksud adalah pandangan (persepsi) terhadap faktor-faktor di daerah asal dan di daerah tujuan serta terhadap penghalang antara.


(49)

Selain itu Munir (1981) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Adapun faktor pendorong antara lain: 1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas

barang-barang tertentu yang bahan bakunya masih sulit diperoleh seperti hasil tambang, kayu dan bahan dari hasil pertanian.

2. Menyempitnya lapangan kerja di daerah asal (misalnya pedesaan) akibat masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin.

3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama dan suku di daerah asal.

4. Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan kepercayaan di tempat asal

5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan karir pribadi.

6. Bencana alam misalnya banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang dan adanya wabah penyakit.

Sedangkan faktor penarik antara lain:

1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok.

2. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. 3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.


(50)

6. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik orang-orang dari desa atau kota kecil.

Menurut hasil Studi Hugo (1978) menyatakan bahwa kemampuan kota untuk menarik para migran untuk hidup di wilayahnya dikarenakan struktur perekonomian kota terdiri dari dua sistem produksi yaitu sektor formal dan sektor informal. Sektor formal bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sehingga membutuhkan pekerja yang mempunyai keahlian dan ketrampilan tinggi. Sedangkan sektor informal bersifat padat karya, berproduktivitas rendah dengan pekerja yang berkemampuan dan berketrampilan yang rendah pula.

Greenwood (1975) mengemukakan beberapa variabel/faktor yang menentukan seseorang untuk bermigrasi, yaitu :

1. Jarak dan biaya langsung perpindahan. Migrasi akan menurun dengan semakin jauhnya jarak, karena jarak dapat berfungsi sebagai pencerminan dari biaya transportasi dan biaya perjalanan.

2. Pendapatan. Migran potensial akan memilih lokasi dimana nilai nyata dari manfaat bersih yang diharapkan adalah terbesar, artinya bahwa seseorang akan melakukan migrasi bila pendapatan bersih di daerah tujuan lebih besar daripada di daerah asal.

3. Informasi. Informasi yang tersedia mengenai daerah alternatif memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan dari kaum migran untuk menentukan daerah tujuan. Umumnya orang akan cenderung menuju tempat dimana ia telah mengetahui informasi mengenai daerah tersebut daripada daerah yang mereka tidak ketahui atau hanya sedikit informasi yang tersedia.


(51)

4. Karakteristik migran dan keputusan bermigrasi. Karakteristik yang menentukan dalam keputusan melakukan migrasi adalah umur dan tingkat pendidikan. Peluang melakukan migrasi pada angkatan kerja menurun seiring dengan meningkatnya umur. Semakin tinggi pendidikan akan memperbesar peluang seseorang melakukan migrasi, sebab dengan semakin tinggi pendidikan maka informasi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan juga besar.

Menurut Sjaastad (1961) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi adalah: (1) perbedaan pendapat atau upah antar daerah, (2) biaya migrasi, baik biaya yang dapat diukur dengan uang seperti biaya transportasi dan penginapan maupun biaya yang tidak dapat diukur dengan uang seperti pendapatan yang hilang selama perjalanan, biaya korbanan karena rasa enggan berpisah dengan keluarga, dan (3) pendapatan yang diperoleh di tempat tujuan, baik pendapatan yang dapat diukur dengan uang maupun yang tidak dapat diukur dengan uang.

Ananta (1993) mengemukakan bahwa beberapa penyebab migrasi, antara lain: (1) keputusan pribadi calon migran, dan (2) keputusan pemerintah melalui program transmigrasi. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan mutu modal manusia melalui peningkatan pendidikan. Selain itu keputusan untuk bermigrasi juga ditentukan oleh produktivitas, dalam hal ini upah yang diharapkan dari daerah tujuan. Peningkatan mutu modal manusia (melalui pendidikan) merupakan salah satu kunci peningkatan produktivitas. Mobilitas penduduk akan berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas jika migran memiliki mutu modal


(52)

manusia yang baik, dalam hal ini berupa pendidikan, kesehatan dan keamanan si pekerja.

Naim (1979) menyatakan bahwa dari duabelas sukubangsa utama di Indonesia yang terdiri dari Minangkabau, Batak, Banjar, Bugis, Manado, Ambon, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Aceh dan Melayu menunjukkan bahwa enam dari sukubangsa yang disebutkan pertama memiliki intensitas migrasi yang relatif tinggi dan enam sukubangsa yang disebutkan terakhir memiliki intensitas migrasi yang rendah sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Intensitas Migrasi dari Duabelas Sukubangsa Utama di Indonesia Persentase Migrasi

Intensitas Migrasi Sukubangsa

1930 1961

Tinggi (+) Minangkabau Batak Banjar Bugis Manado Ambon 11.0 15.3 14.2 10.5 9.5 9.1 31.6 19.5 12.2 6.6 11.5 Rendah (-)

Jawa ) Sunda ) Madura ) Bali Aceh Melayu 3.4 0.1 1.1 3.4 3.4 1.4 2.6 3.3 Sumber : Naim (1979)

Menurut Naim (1979) dalam penelitiannya mengenai pola migrasi suku Minangkabau, bahwa sebab-sebab merantau orang Minangkabau (Padang) dapat dilihat dari : (1) faktor ekologi dan lokasi, (2) faktor ekonomi dan demografi, (3) faktor pendidikan, (4) daya tarik kota, (5) keresahan politik, (6) faktor-faktor


(53)

sosial, (7) arus baru, dan (8) faktor-faktor sosial bagi migrasi diantara masyarakat-masyarakat lainnya.

Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian Naim (1979) mengenai faktor-faktor migrasi, dimana tanda (+) menunjukkan faktor positif yang mendorong bagi migrasi sedangkan tanda (-) menunjukkan faktor negatif yang menahan terjadinya migrasi. Faktor-faktor dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) faktor fisik, yang terdiri dari faktor ekologi, faktor geografi serta faktor demografi dan (2) faktor sosial budaya, yang terdiri dari faktor pendidikan dan aspirasi yang lebih tinggi, faktor daya tarik kota, faktor keresahan politik dan faktor pelembagaan sosial.

Tabel 4. Faktor-Faktor Migrasi dari Duabelas Suku Utama di Indonesia Faktor-Faktor Migrasi

Fisik Sosial-budaya Jumlah

+ Intensitas

Migrasi Sukubangsa

1 2 3 4 5 6 7 8

Tinggi (+) Minangkabau Batak Banjar Bugis Manado Ambon + + - - + + + + + + + + - - - - - - + + - - + + + + - - + + + + - - + + + + - + + + + - - - - - 7 6 1 2 6 6 Rendah (-) Jawa Sunda Madura Bali Aceh Melayu + + + + - + - - - - - - + + + + - - + + + + - - - - - - - - + + + + - - - + - - + - - - - - - - 4 5 4 3 1 1 Sumber : Naim (1979)

Keterangan angka :


(54)

2. Geografi 6. Daya tarik kota 3. Demografi 7. Keresahan politik 4. Ekonomi 8. Pelembagaan sosial

2.4. Produktivitas Tenaga Kerja

2.4.1. Pengertian Produktivitas

Dewan Produktivitas Nasional merumuskan pengertian produktivitas yaitu suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Secara umum, produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (Ravianto, 1986).

Produktivitas dapat diartikan pula sebagai ukuran tingkat efisiensi dan efekivitas sumberdaya yang digunakan selama produksi berlangsung dengan membandingkan jumlah yang dihasilkan dengan setiap atau seluruh sumber-sumber masukan yang digunakan. Efisiensi adalah penghematan penggunaan sumber-sumber dalam kegiatan produksi atau organisasi. Efisiensi lebih terpusat pada penggunaan masukan dalam proses produksi, oleh karena itu dikembangkan alat ukur seperti “Cost-effectiveness”, yaitu dengan hanya melihat pada perbandingan faktor biaya. Efektivitas lebih tertuju pada pencapaian keluaran atau target. Hasil kegiatan dengan menggunakan sumber-sumber tersebut harus sebanyak mungkin dengan mutu sebaik mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilakukan dengan efektivitas yang tinggi. Gabungan antara efisiensi dan efektivitas membentuk pengertian produktivitas sebagai berikut (Aroef, 1986) :


(55)

Efektivitas Pelaksanaan Tugas

Produktivitas = ...(1) Efisiensi Penggunaan Sumber-sumber

Masukan ke Proses

Efektivitas Menghasilkan Keluaran

Produktivitas = ...(2) Efisiensi Penggunaan Sumber-sumber Masukan

Pada dasarnya konsep produktivitas terbagi ke dalam dua tingkatan, yaitu makro dan mikro. Konsep produktivitas di tingkat makro bertujuan dalam pembangunan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, sedangkan konsep produktivitas di tingkat mikro mencakup produktivitas tingkat modal, produksi, organisasi, penjualan dan produk yang bertujuan menghasilkan suatu perkembangan atau pertumbuhan melalui kemampuan perusahaan untuk meningkatkan laba (Sinungan, 1987).

Lingkup pengukuran produktivitas menurut Reksasudharma (1989) dalam Tresnowati (2004) dibedakan atas empat tingkat yaitu :

1. Lingkup nasional atau tingkat ekonomi makro.

Dalam lingkup ini, faktor tenaga kerja, modal, sumberdaya alam, manajemen dan input lainnya diperhitungkan dalam menghasilkan output untuk negara secara keseluruhan.

2. Lingkup atau tingkat sektoral.

Lingkup ini hanya memperhitungkan faktor-faktor yang berkaitan dengan suatu sektor misalnya sektor pertanian, industri dan jasa.


(56)

Dalam tingkat ini banyak kemungkinan untuk memperhitungkan hubungan timbal balik antara faktor-faktor yang diukur sehingga dapat diperbandingkan dengan badan usaha atau organisasi yang lain.

4. Lingkup pekerjaan perorangan atau tingkat parsial.

Perhitungan untuk tingkat ini dipengaruhi oleh lingkup pekerjaan dan

ketersediaan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengukuran harus menjangkau faktor motivasi kerja, walaupun sulit dalam pelaksanaannya.

Pengukuran produktivitas dianggap penting karena produktivitas berkaitan erat dengan laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan dan memeratakan kesempatan kerja, yang berarti akan menambah tingkat pendapatan masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat.

Ditinjau dari sisi masukannya produktivitas dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu produktivitas parsial dan produktivitas total (Manulang, 1990):

a. Produktivitas parsial

Merupakan rasio dari total output dengan salah satu jenis input.

Produktivitas Parsial n I

O

= ...(3)

dimana :

In = Input ke-n

P (O,In) = Produktivitas dari input ke-n

b. Produktivitas total

Merupakan hasil dari total output dengan kumpulan seluruh input yang dikorbankan untuk menghasilkan output total. Produktivitas total dapat


(57)

menjadi alat diagnostik yang berharga untuk tingkat perusahaan atau unit operasi, misalnya untuk melihat kontribusi dari faktor modal, tenaga kerja dan input lainnya pada pertambahan hasil atau pertumbuhan produktivitas.

Produktivitas Total

I Total

O Total

= ………...……...…...(4)

dimana :

O = Output I = Input

Sampai saat ini tenaga kerjalah yang lazim dijadikan faktor pengukur produktivitas. Hal ini disebabkan karena biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya terbesar untuk pengadaan produk atau jasa dan karena masukan pada sumberdaya manusia lebih mudah dihitung daripada masukan pada faktor-faktor lain seperti modal (Kussriyanto, 1986).

2.4.2. Produktivitas Tenaga Kerja

Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Menurut Ravianto (1985), produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara output (hasil kerja) dengan waktu yang dibutuhkan oleh seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Sumberdaya manusia (tenaga kerja) memegang peranan utama dalam peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi adalah hasil karya manusia, disamping faktor produksi lain yang digunakan seperti modal, lahan dan teknologi, sehingga pengukuran tenaga kerja perlu dilakukan dalam suatu kegiatan produksi (Ravianto, 1985).


(58)

Sinungan (1987) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja merupakan hal yang sangat menarik karena mengukur hasil kerja manusia dengan segala masalahnya. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan atau per orang per jam kerja diterima secara luas, namun dari sudut pandang atau pengawasan harian, pengukuran tersebut pada umumnya tidaklah memuaskan, karena adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun), pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar.

Ravianto (1986) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah jumlah produk atau nilai uang (nilai tambah) terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi suatu produk. Bila jumlah produk dibandingkan terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan, maka ukuran tersebut dinamakan physical labor productivity. Jika yang dibandingkan adalh nilai tambah produk terhadap jumlah penggunaan tenaga kerja, maka dinamakan value added (labor) productivity. Bila ingin mengukur hubungan antara pertumbuhan daya produksi dengan tingkat harga atau antara produktivitas tenaga kerja dengan tingkat upah, maka akan lebih baik bila digunakan physical productivity index.Rumus dasar yang banyak digunakan dalam pengukuran physical labor productivity adalah sebagai berikut :

Keluaran Jumlah keluaran (dalam ton, unit, area, dll)


(59)

2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Ravianto (1986) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh barbagai faktor yaitu :

1. Latar belakang pendidikan dan pelatihan.

2. Alat-alat produksi dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi. 3. Value system, nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat atau juga faktor

lingkungan hidup tenaga kerja (modern atau tradisional, statis atau dinamis), kuat tidaknya ikatan keluarga, mobilitas tenaga kerja, motivasi dan lain-lain. 4. Lingkungan pekerjaan dan iklim kerja.

5. Derajat kesehatan (kesehatan lingkungan), nilai gizi makanan, sanitasi dan tersedianya air bersih.

6. Tingkat upah minimal yang berlaku. Tingkat upah yang terlalu rendah tidak memungkinkan tenaga kerja dapat memenuhi kebutuhan fisik minimal, atau tidak memungkinkan untuk mampu bekerja produktif (malas akibat kurang gizi).

Menurut Sinungan (1987) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor manusia yaitu kualitas tenaga kerja, tingkat kelahiran, latar belakang kebudayaan, pendidikan, kemampuan dan sikap, minat, struktur pekerjaan, umur serta jenis kelamin dari angkatan kerja.

Ahmad (1990) dalam Rofiqoh (1994) memgemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah tingkat urbanisasi, kualitas penduduk, tingkat industrialisasi dan pengeluaran pemerintah.

Dalam teori human capital, peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui investasi sumberdaya manusia (SDM). Investasi sumberdaya


(60)

manusia dapat dilakukan dalam bentuk : (1) pendidikan dan latihan; (2) migrasi; dan (3) perbaikan gizi dan kesehatan (Simanjuntak, 1985).

Ravianto (1986) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menghambat produktivitas tenaga kerja yaitu :

1. Ketidakmampuan untuk mengadakan perubahan (resistance to change), baik dari pihak manajemen maupun dari pihak pekerja. Umumnya hal ini terjadi pada kebiasaan kerja, dalam hal ini perubahan masih dipandang sebagai sesuatu yang mengandung resiko tinggi.

2. Relatif tingginya turn over (keluar-masuk) pekerja sebagai akibat kelebihan penawaran tenaga kerja.

3. Tidak adanya sikap dan kesadaran pada diri para pekerja untuk menciptakan produktivitas yang lebih baik atau tinggi.

4. Sikap manajemen yang kurang atau tidak menghargai pekerja, sehingga tenaga kerja cenderung tidak loyal kepada perusahaan dan hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

5. Rendahnya partisipasi dan prestasi pekerja terhadap perusahaan.

6. Masih banyaknya kebijaksanaan pemerintah yang belum menunjang peningkatan produktivitas secara keseluruhan, contohnya kebijaksanaan yang terlalu menekan terhadap stabilitas, memerlukan pengontrolan yang ketat melalui berbagai peraturan, cenderung melemahnya partisipasi, motivasi dan investasi sehingga kurang mendukung peningkatan produktivitas.

Melalui pendekatan sistem, Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu :


(1)

NO MIGRASI USMI PDK PKM JTKM PDPT Dfapk AWK

(thn) (thn) (thn) (orang) (rp/minggu jam/minggu

1 1 27 9 3 1 300000 1 50

2 0 26 9 0 2 250000 0 50

3 1 25 8 2 1 400000 0 61

4 1 18 8 3 1 400000 1 61

5 0 19 9 0 1 300000 0 51

6 1 35 5 3 2 400000 1 60

7 0 24 8 0 2 400000 1 60

8 0 28 9 0 3 250000 0 46

9 0 20 6 0 0 300000 1 51

10 0 24 9 0 2 300000 0 51

11 0 23 6 0 2 300000 0 46

12 0 22 8 0 0 300000 0 51

13 0 24 8 0 1 400000 1 66

14 0 16 9 0 0 300000 0 51

15 1 23 11 4 2 500000 1 71

16 0 15 8 0 0 300000 0 51

17 0 21 8 0 1 400000 1 66

18 0 28 9 0 1 300000 1 51

19 0 25 8 0 2 300000 0 51

20 0 23 8 0 0 300000 1 51

21 0 25 8 3 0 300000 0 54

22 0 25 8 0 1 300000 0 54

23 1 36 8 4 3 400000 1 66

24 0 21 8 0 0 200000 0 46

25 0 22 8 0 0 300000 1 51


(2)

Lampiran 3. Lanjutan

NO MIGRASI USMI PDK PKM JTKM PDPT Dfapk AWK

(thn) (thn) (thn) (orang) (rp/minggu jam/minggu

27 0 17 9 0 0 400000 1 61

28 0 27 6 0 2 200000 0 46

29 1 21 8 3 1 400000 1 66

30 0 20 6 0 0 200000 1 46

31 1 23 11 2 1 250000 1 46

32 0 24 9 0 0 300000 0 51

33 1 27 9 3 1 300000 1 51

34 0 27 9 0 2 250000 0 46

35 1 25 8 3 2 400000 1 66

36 1 18 8 2 0 400000 1 66

37 1 21 9 2 1 300000 1 54

38 0 21 11 0 0 300000 0 46

39 1 37 5 5 2 400000 1 66

40 0 25 8 0 3 300000 0 46

41 0 28 9 0 3 400000 0 66

42 0 20 6 0 0 300000 0 46

43 0 24 9 0 2 250000 1 46

44 1 21 9 2 0 300000 1 51

45 0 23 8 0 1 300000 1 46

46 0 22 8 0 1 250000 1 46

47 0 24 8 0 2 400000 0 61

48 0 17 9 0 0 300000 0 46

49 1 23 11 4 1 500000 1 72

50 0 15 8 0 0 300000 0 46

51 1 24 10 2 1 300000 1 51

52 0 26 8 2 2 400000 1 60

53 0 28 9 0 2 300000 0 51

54 0 29 8 3 2 300000 0 51


(3)

NO MIGRASI USIA PDK PK JTK PDPT Dfapk AWK Produktivitas Dpdptl

(thn) (thn) (thn) (orang) (rp/minggu) (jam/minggu) (psg/minggu)

1 1 35 12 9 4 400000 1 61 90 0

2 1 25 12 5 2 250000 1 50 50 0

3 1 31 9 6 2 300000 1 50 65 0

4 1 41 12 16 5 400000 1 66 90 0

5 1 38 8 15 4 400000 0 61 90 0

6 1 25 8 10 3 400000 1 61 90 0

7 1 30 12 8 3 400000 1 61 90 0

8 1 38 5 5 3 400000 1 60 90 1

9 1 28 12 2 2 400000 1 66 90 0

10 1 28 12 4 3 400000 1 66 90 0

11 1 23 12 5 1 400000 1 66 90 0

12 1 35 11 15 4 500000 1 71 120 0

13 1 24 12 2 1 300000 1 50 65 0

14 1 48 12 15 5 400000 1 66 90 0

15 1 41 8 8 3 400000 1 66 90 0

16 1 33 9 5 2 300000 1 54 65 0

17 1 32 8 13 2 400000 1 66 90 0

18 1 36 12 5 4 400000 1 66 90 0

19 1 25 11 3 1 250000 1 46 50 1

20 1 39 12 14 5 500000 1 72 120 0

21 1 41 12 18 4 400000 1 61 95 0

22 1 39 12 10 4 400000 1 61 90 0

23 1 41 12 18 5 500000 1 71 120 0


(4)

Lampiran 4. Lanjutan

NO MIGRASI USIA PDK PK JTK PDPT Dfapk AWK Produktivitas Dpdptl

(thn) (thn) (thn) (orang) (rp/minggu) (jam/minggu) (psg/minggu)

25 1 24 12 4 2 250000 1 46 55 1

26 1 37 12 6 4 300000 1 51 60 0

27 1 30 9 4 2 300000 1 51 60 0

28 1 40 12 16 5 400000 1 66 90 0

29 1 37 8 14 4 400000 1 66 90 0

30 1 25 8 8 3 400000 1 66 90 0

31 1 24 9 4 1 300000 1 54 60 0

32 1 30 12 8 2 400000 1 66 90 0

33 1 38 5 5 3 400000 1 66 90 0

34 1 28 12 2 3 400000 1 61 90 0

35 1 28 12 4 3 400000 1 66 90 0

36 1 24 9 4 0 300000 1 51 60 0

37 1 37 12 18 1 400000 1 66 90 0

38 1 35 11 15 3 500000 1 72 120 0

39 1 25 10 2 1 300000 1 51 60 0


(5)

NO MIGRASI USIA PDK PK JTK PDPT AWK Produktivitas Dpdptl

(thn) (thn) (thn) (orang) (rp/minggu) (jam/minggu) (psg/minggu)

1 0 37 12 6 4 250000 46 55 0

2 0 30 9 2 2 250000 50 55 0

3 0 24 9 4 1 300000 51 60 0

4 0 26 12 5 0 300000 51 60 0

5 0 30 8 5 3 400000 60 90 0

6 0 31 9 1 3 250000 46 55 0

7 0 24 6 4 0 300000 51 65 0

8 0 25 9 1 2 300000 51 60 0

9 0 27 6 4 3 300000 46 60 0

10 0 23 8 1 1 300000 51 60 0

11 0 28 8 4 3 400000 66 90 0

12 0 36 12 13 2 400000 61 90 0

13 0 20 9 3 0 300000 51 60 0

14 0 17 8 2 0 300000 51 60 0

15 0 36 8 15 4 400000 66 100 0

16 0 33 9 5 2 300000 51 65 0

17 0 35 8 10 4 300000 51 60 0

18 0 33 8 10 2 300000 51 65 0

19 0 28 8 6 1 300000 54 65 0

20 0 34 8 9 3 300000 54 60 0

21 0 23 8 2 0 200000 46 45 0

22 0 30 8 8 1 300000 51 65 0

23 0 20 9 2 0 400000 61 90 0


(6)

Lampiran 5. Lanjutan

NO MIGRASI USIA PDK PK JTK PDPT AWK Produktivitas Dpdptl

(thn) (thn) (thn) (orang) (rp/minggu) (jam/minggu) (psg/minggu)

25 0 23 6 3 0 200000 46 45 0

26 0 28 9 4 0 300000 51 65 0

27 0 27 12 6 1 300000 46 65 0

28 0 30 9 3 2 250000 46 50 0

29 0 26 11 5 0 300000 46 60 0

30 0 30 8 5 4 300000 46 60 0

31 0 31 9 1 3 400000 66 90 0

32 0 24 6 4 0 300000 46 60 0

33 0 25 9 1 2 250000 46 50 0

34 0 27 8 4 3 300000 46 65 0

35 0 23 8 1 2 250000 46 50 1

36 0 28 8 4 3 400000 61 90 0

37 0 20 9 3 0 300000 46 65 0

38 0 17 8 2 0 300000 46 60 0

39 0 36 8 10 4 400000 60 90 0

40 0 33 9 5 3 300000 51 65 0

41 0 35 8 9 4 300000 51 60 0