tanah pertanian mereka. Penganut Budha dan Shinto juga menganggap sake sebagai minuman yang istimewa terutama untuk pertemuan-pertemuan penting, baik upacara
keagamaan maupun tradisi-tradisi kebudayaan. Pada umumnya setiap keluarga di Jepang menyimpan sake sebagai suguhan pada altar leluhur mereka.
Selain itu, sake juga dikenal sebagai minuman yang menciptakan suasana santai, pada umumnya kepribadian orang Jepang bersifat tertutup dan sulit dipahami, demikian
sake dapat juga menjadi sarana untuk mengenal dan menjadi akrab dengan orang lain .
Untuk lebih memahami bagaimana pandangan dan konsep pemikiran masyarakat Batak Toba dan masyarakat Jepang dalam hal minum sake dan tuak, maka penulis
tertarik untuk membahasnya, dengan mengangkat penelitian dengan judul
“Perbandingan Fungsi Sosial Minuman Beralkohol pada Masyarakat Batak dan Masyarakat Jepang”
1.2 Perumusan Masalah
Masyarakat Jepang sangat senang dengan minuman yang beralkohol begitu pun dengan Suku Batak. Suku Batak memakai tuak sebagai sarana keakraban dan juga dalam
pesta-pesta adat bahkan tuak dapat digunakan sebagai obat dan digunakan juga pada makanan.
Sake merupakan minuman yang istimewa bagi orang Jepang karena selain digunakan untuk suguhan kepada tamu sake juga digunakan untuk memuja arwah leluhur
oleh keluarga di Jepang digunakan juga sebagai campuran beberapa makanan. Dalam penggunaannya sake dan tuak mempunyai kemiripan dan juga mempunyai perbedaan.
Universitas Sumatera Utara
Sake dan tuak ternyata mempunyai masalah dalam penggunaannya, untuk itu penulis tertarik untuk membahas beberapa masalah tersebut antara lain :
1. Bagaimana fungsi sosial sake dan tuak dalam kehidupan bermasyarakat?
2. Bagaimana perbandingan fungsi sake dan tuak dalam upacara adat dan ritual-
ritual masyarakat?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk menghindari luasnya ruang lingkup permasalahan maka dalam hal ini, penulis hanya membahas tentang keterkaitan nilai-nilai budaya yang menyangkut fungsi
sake dalam kehidupan sehari hari masyarakat Jepang dan fungsi tuak dalam kehidupan suku Batak Toba. Untuk membahas keterkaitan tersebut penulis akan membahas fungsi
sosial pada sake dan tuak secara terfokus. Fungsi sake dan tuak secara sosial akan membahas penggunaannya dalam kehidupan sehari hari, kemudian akan di bahas tradisi
penggunaannya
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas peranan-peranan dan kelompok- kelompok yang saling berkaitan serta saling mempengaruhi, yang mana kelakuan dan
tindakan manusia diwujudkan Suparlan,1980:2 Kebudayaan mencakup seluruh aspek kehidupan yang meliputi keseluruhan
bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, kesenian dan benda-benda lain yang merupakan warisan sosial M.Jacobs dan B.J.Stern dalam Siti 2001:170.
Universitas Sumatera Utara
Tuak di gunakan oleh suku Batak Toba sebagai sarana berinteraksi dalam bermasyarakat, di daerah Tapanuli biasanya laki-laki yang menyelesaikan kerjanya
berkumpul di lapo tuak pada sore hari, mereka berbincang-bincang, menyanyi dan bermain kartu. Lapo tuak sebagai suatu arena, merupakan suatu wadah dimana setiap
anggota masyarakat dapat datang dan berkumpul serta berkomunikasi satu dengan yang lainnya sesuai dengan pengetahuan kebudayaan setiap anggota masyarakat
Ginzel,1984:7. Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren arenga
pinata atau bisa juga disebut dengan nira.di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh baik dan subur pada daerah daerah yang tanahnya subur, yaitu pada ketinggian 500-800m di
atas permukaan laut Sunanto 1983:17, pada ketinggian kurang dari 800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan.
Lapo tuak sebagai suatu arena, merupakan wadah dimana setiap anggota masyarakat dapat datang dan berkumpul sesuai dengan pengetahuan kebudayaan setiap
anggota masyarakat Spradley, 1975:5-7. Kegiatan tersebut menimbulkan hubungan- hubungan sosial yang akan nampak menjadi jaringan sosial, yaitu pengelompokan yang
terdiri dari sejumlah orang, yang masing-masing mempunyai identitas sendiri yang dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui hubungan–hubungan sosial, sehingga
mereka dapat dikelompokkan menjadi satu kesatuan sosial. Biasanya hubungan mereka itu tidak resmi, karena mereka tidak sadar akan keanggotaannya dan karena jaringan
sosial itu belum tentu terwujud sebagai suatu organisasi atau perkumpulan yang resmi Suparlan ,1978:94.
Universitas Sumatera Utara
Sake meruapakan minuman beralkohol khas Jepang yang terbuat dari beras atau ketan diragikan, di Jepang biasa disebut dengan seishu atau nihongshu. Istilah ini
digunakan untuk membedakannya dengan minuman beralkohol yang berasal dari barat Danadjaja,1997:287. Minuman ini mempunyai aroma yang mirip dengan tape beras dari
Indonesia. Menurut Rowland 1992:23 pada umumnya sake dipanaskan dengan hati-hati dalam sebuah tabung keramik hingga mencapai tingkat kepanasan 110-120 derajat
Farenheit, dan kemudian diminum dengan sebuah cangkir yang disebut dengan o-chako atau guinomi. Bagi kaum laki-laki Jepang, minum sake merupakan bentuk pergaulan
sosial. Pergaulan sosial merupakan bagian kegiatan sosial yang dilakukan bersama-sama dalam suatu masyarakat. Pergaulan sosial akan menuntut adanya norma-norma dan nilai-
nilai moral yang disepakati bersama Velasques,2005:427. Adanya norma dan nilai moral menyebabkan ketentuan yang menekankan keharusan mempertahankan
keselarasan harmoni agar perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan berjalan dengan semestinya. Hal seperti ini telah mengakar dan membudaya dalam masyarakat Jepang .
1.4.2 Kerangka Teori
Kerangka teori menurut Koentjaraningrat 1976:11 berfungsi sebagai pendorong proses berfikir dedukatif yang bergerak dari alam abstrak ke alam kongkrit. Suatu teori
dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta kongkrit yang tak terbilang banyaknya dalam kehidupan masyarakat yang harus
diperhatikan. Dalam hal ini penulis akan mempergunakan teori komperatif sesuai dengan
pendapat E.K.M..Masinambow 1997:33 yang menyatakan “adapun ilmu antropologi
Universitas Sumatera Utara
yang bekerja dengan fakta-fakta yang berasal dari macam-macam budaya dan dari seluruh masyarakat dunia dalam hal mencari keumuman dari bahan itu harus
mempergunakan metode komperatif yang dimulai dari metode klasifikasi” . Pembahasan fungsi sake dan tuak berkaitan dengan fungsi dan lambang dan tanda
yang termasuk dalam bahasa semiotika, oleh karena itu penulis menggunakan pendekatan semiotika dalam penelitian ini.
Menurut Van Luxemburg 1986:46 sermiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda, lambang-lambang, dan proses perlambangan. Ilmu tentang semiotik ini
menganggap bahwa fenomena sosial ataupun masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda- tanda.
Tanda dan lambang akan menghasilkan arti, karena itu dalam pembahasan ini mencakup teori tanda atau semiotik semantik, yaitu ilmu tanda yang berhubungan dengan
makna.teori, Perre dalam Djajasudarma 1999:21 berpendapat bahwa makna adalah isi komunikasi yang dapat membuahkan informasi tertentu.
Berdasarkan teori semiotika tersebut di atas penulis dapat mengiterpertasikan kebudayaan atau kebiasaan masyarakat tersebut kedalam tanda. Tanda-tanda tersebut
akan diinterpretasikan dan kemudian akan dipilih bagian mana saja yang akan mencerminkan adanya perbandingan antara sake dan tuak tersebut.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengetahui fungsi sake dan tuak, serta mengetahui penggunaannya baik
dalam upacara upacara adat maupun fungsi lainnya. 2.
Untuk mengggambarkan lebih jelas, dan untuk mengetahui bagaimana perbandingan sake di Jepang dan tuak di dalam suku Batak.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah : 1.
Dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca yang tertarik pada topik yang diteliti oleh penulis.
2. Dapat dipergunakan sebagai referensi oleh penulis lain dalam menulis skripsi
yang berhubungan dengan topik seperti yang diteliti oleh penulis.
1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data tertulis, penulis mengggunakan tehnik pengumpulan data secara studi kepustakaan, dalam hal ini penulis memanfaatkan perpustakaan Konsulat
Jendral Jepang, perpustakaan umum Universitas Sumatra Utara, dan perpustakaan Jurusan Sastra Jepang, yaitu dengan membaca buku-buku yang relevan dengan penelitian
ini. Selain itu peneliti juga menggunakan tehnik pengumpulan data secara studi lapangan berupa wawancara langsung interview yaitu dengan mengadakan komunikasi langsung
dengan peneliti dan orang-orang yang dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan penelitian ini .
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan buku-buku bahasa asing, . Jadi penerjemah buku-buku tersebut juga menggunakan teori- teori terjemahan .
Menurut Wardoyo 1997:199 bahwa menerjemahkan adalah pemindahan pesan atau amanat yang terdapat dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran dengan mencari
padanan yang terdekat dari segi gaya bahasa. Metode ini dikembangkan dengan tehnik sadap yaitu dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan
sebagai tehnik lanjutan, penulis menggunakan tehnik catat, yaitu dengan mencatat data data tertulis yang di peroleh dari metode metode yang digunakan.
1.6.2 Metode dan Tehnik Pengkajian Data
Setelah data diperoleh dan dikumpulkan maka dilakukan pengkajian data. Dalam pengkajian data, tehnik yang digunakan adalah metode deskriptif. Yang termasuk
kedalam cakupan penelitian kualitatif dan pendekatan semiotik. Menurut Koentjaraningrat 1976:30 bahwa penelitian yang bersifat deskriptif adalah penelitian
yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan,gejala, atau kelompok tertentu. Sebagai tambahan penulis juga memanfaatkan berbagai website atau situs yang
membahas tentang sake dan tuak
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TUAK DAN SAKE
2.1 Sejarah perkembangan Tuak
Tuak adah minuman beralkohol khas Batak, yang terbuat dari batang kelapa atau batang Aren yang di ambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru, Ada juga tuak
yang tidak dicampur dengan raru atau yang disebut dengan tuak tangkasan, tuak ini dahulu dipakai untuk upacara adat, tuak tangkasan berasal dari mayang bagot yang mana
pohon bagot ini dulunya menurut seorang tokoh yang berasal dari balige berasal dari seorang putri yang bernama Putri si boru Sorbajati yang dipaksa orang tuanya kawin
dengan seorang laki-laki cacat yang tidak disukainya. Tetapi karena tekanan orang tua yang sudah menerima uang mahar, si boru Sorbajati meminta agar dibunyikan gendang di
mana dia menari dan akan menentukan sikap. Sewaktu menari di rumah, tiba-tiba dia melompat ke halaman sehingga terbenam ke dalam tanah. Kemudian dia menjelma
tumbuh sebagai pohon bagot, sehingga tuak itu disebut aek air Sorbajati. Karena perbuatan yang membunuh diri itu dianggap sebagai perbuatan terlarang, maka tuak tidak
dimasukkan pada sajian untuk Dewata. Tuak hanya menjadi sajian untuk roh-roh nenek
moyang..
Dahulu tuak bukanlah sebuah minuman yang dapat diperdagangkan tetapi hanya untuk diminum sendiri, sesudah zaman nomensen maka perubahan terjadi dimana tuak
sudah mulai diperdagangkan.Laki laki batak pada masa lampau sesudah bekerja di sawah ataupun diladang mereka kemudian berkumpul melepaskan lelah sambil bercerita cerita.
Saat itu dari pihak keluarga ada saja yang menyuguhkan tuak, percakapan mereka dapat
Universitas Sumatera Utara
melingkupi hal-hal yang berhubungan dengan adat, politik, keluarga, agama, masalah pertanian, maupun masalah-masalah lainnya, tempat-tempat berkumpul itu sekaligus
tempat untuk menanamkan pengetahuan terhadap budaya Batak.
Dalam perkembangan selanjutnya terasa bahwa tempat-tempat berkumpul orang Batak sudah tidak ideal lagi, serta lingkungan sudah tidak lagi mendukung untuk
memberikan tuak secara garatis kepada masyarakat, maka timbullah istilah lapo yang berasal dari kata lepau dan yang berarti kedai tempat berjualan dan yang mana kedai ini
lebih terkenal dengan istilah lapo tuak, dilapo inilah orang batak biasanya bertemu selepas pulang bekerja untuk bersantai sambil bercerita,bernyanyi dan sambil menikmati
tuak dan makanan khas batak lainnnya.
2.1.1 Arti Tuak Bagi Suku Batak
Tuak adalah minuman penting di kawasan Tapanuli Utara diminum waktu santai, pesta, kelahiran anak, perkawinan, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat.
Orang yang baru pulang bekerja terutama kaum laki-laki biasanya akan singgah terlebih dahulu di lapo tuak, sambil bersantai dan berbincang bincang dengan rekan
kerjanya. Biasanya Suku Batak dalam sebuah pesta akan menghadirkan tuak, menurut mereka seandainya orang minum tuak akan semakin lancar dalam berbicara dan orang
tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi Suku Batak karena tuak dapat digunakan
sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga minuman persahabatan.
Universitas Sumatera Utara
Pada masa lampau, ibu-ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan akan diberikan tuak untuk diminum dengan harapan ASI Air Susu Ibu dapat keluar dengan
banyak. Hal ini akan menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi kuat karena tidak kehabisan ASI sebelum waktunya . Selain itu ibu-ibu yang baru melahirkan juga diberi
makanan berupa ayam cincang yang dicampur dengan tuak, makanan tersebut diberi nama bangun-bangun itu adalah agar ibu-ibu yang baru melahirkan menjadi pulih
kembali kekuatannya
2.1.2 Tuak Dalam Adat batak
Tuak yang ada hubungannya dengan adat adalah tuak tangkasan: tuak yang tidak bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis ksrena manisnya maka disebut tuak na
tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan ialah tuak asli yang diambil langsung dari pohon enau pada pagi hari tampa bercampur dengan ramuan lain.
Dalam adat Batak seperti manulangi biasanya dalam acara ini tuak akan digunakan. Bila seseorang sudah lanjut usia, mulai sakit sakitan maka untuk melewati
masa ini ada upacara yang harus dilaluinya. Upacara tersebut disebut dengan manulangi , yang asal katanya dari sulang artinya suap. Upacara ini biasanya diselaenggarakan oleh
anak-anak atau cucu-cucu dari orang tua yang akan disulangi. Dalam upacara tersebut orang tua yang akan diupacarakan menerima suapan makanan dan minuman dari anak-
anak dan cucunya. Artinya bahwa tanggung jawab dan kewajiban orang tua telah dialihkan kepada turunannya, serta dengan harapan bahwa segala berkat yang ada pada
orang tua tersebut akan juga dialami oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Setelah upacara tersebut orang tua ini telah bebas dari duniawi, misalnya dia sudah biasa untuk tidak ikut
Universitas Sumatera Utara
lagi dalam acara adat, maka dalam acara ini akan disediakan tuak tangkasan, ihan batak,ikan khusus di batak yang besarnya lebih dari ikan emas tetapi sekarang sudah
jarang di temukan di Danau Toba,dan air sitio-tio yaitu air jernih. Maksud diberikan semuanya itu sebagai permohonan agar niat dan tujuan manulangi berjalan dengan baik.
Bila sebelum acara manulangi itu orang tua yang akan diupacarakan itu meninggal maka anak ataupun cucunya tidak mempunyai hak lagi dalam adat karena
anaknya dianggap bersalah, terkecuali bila anak tersebut meminta maaf kepada orang tuanya melalui pengetua adat dengan cara membayar utang adat sebagai tanda denda dan
perasaan bersalah.setelah itu barulah anak atau cucu itu dimaafkan dan boleh mengikuti acara adat lagi. Upacara ini dapat dilakukan bila anak-anak ataupun cucu-cucu baru
bertemu dengan orang tua setelah lama tidak berjumpa juga bagi anak perempuan yang kawin lari, setelah menikah dia bersama suaminya datang dan manulangi sebagi tanda
maaf dan membayar utang adat. Pada saat seseorang anak baru lahir, saudara laki-laki dari ibu yang disebut tulang
memberikan selendang kepada anak tersebut yang disebut parompa. Parompa asal kata dari ompa gendong yang adalah alat untuk menggendong mangompa. Sebagai tanda
terima kasih atas pemberian tulang, orang tua anak tersebut akan memberikan uang dengan pengertian untuk dapat memperoleh tuak manis. Pemberian ini disebut parsituak
na tonggi. Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan bagi kita mengapa bukan langsung tuak yang diberikan, ini berkenaan dengan pemikiran bahwa orang yang memberikan
parompa bertempat tinggal jauh, sedangkan tuak tidak tahan lama, oleh karena itu maka akan lebih baik memberikan uang dari pada tuak secara langsung ,karena dengan
memberikan uang tuak dapat di beli di perjalanan.Tukar menukar ini adalah merupakan
Universitas Sumatera Utara
tukar-menukar yangt seimbang atau balance recipority, dimana seorang terhadap yang lain merasa layak untuk memberi dan diberi.
Parsituak na tonggi juga diberikan kepada pihak pemberi gadis yang disebut dengan hula-hula dan ini yang dianggap paling penting karena bila memberi parsituak na
tonggi kepada hula-hula maka pihak penerima gadis boru menganggapo bahwa selama tujuh turunannya tidak akan mengalami mara bahaya, oleh karena itu tuak juga dianggap
sebagai minuman hula-hula. Hal ini berkaitan dengan prinsip orang batak bahwa jika tidak ada hula-hula maka tidak akan ada penerus keturunan, oleh karena itu hula hula
dianggap penting dan mempunyai kedudukan tinggi dibanding dengan boru anak perempuan dan dengan dongan sabutuha keluarga lainnya
Dalam hal ini tuak dianggap sebagai minuman kehormatan sehingga hanya diberikan kepada hula-hula seperti halnya bila diberikan kepada raja-raja adat serta
orang-orang yang dihormati masyarakat .
2.2 Proses Pembuatan Tuak
Proses pembuatan tuak bagi menjadi dua yaitu ada tuak yang terbuat dari batang Aren dan batang kelapa, masing-masing pembuat tuak atau yang disebut dengan paragat
mempunyai resep masing-masing dalam membuat tuak, biasanya resep ini akan turun- temurun kepada anak-anak pembuat tuak tersebut.
2.2.1 Tuak dari batang aren
Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren Arenga pinnata. Kalau dalam bahasa Indonesia, sadapan dari enau atau aren disebut nira. Nira
tersebut manis rasanya, sedangkan ada dua jenis tuak sesuai dengan resepnya, yaitu yang
Universitas Sumatera Utara
manis dan yang pahit mengandung alkohol. Hatta Sunanto 1983:17, seorang Insinyur pertanian, menerangkan Di Indonesia,
tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah
yang mempunyai ketinggian kurang dari 500m dan lebih dari 800m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan”..Pohon enau atau aren
dinamai bagot dalam bahasa Batak Toba. Di kecamatan Balige yang berketinggian sekitar 900m di atas permukaan laut, banyak bagot tumbuh sendiri dan bagot inilah yang tetap
digunakan untuk menyadap tuak. Penyadap tuak disebut paragat semacam pisau yang dipakai waktu menyadap
tuak. Setelah dipukul tandannya berulang-ulang dengan alat dari kayu yang disebut balbal-balbal selama beberapa minggu, setelah itu mayangnya sudah dapat dipotong.,
kemudian ujung tandan tersebut dibungkus dengan obat kapur sirih atau keladi yang ditumbuk selama dua-tiga hari. Dengan prosedur ini barulah mulai datang airnya dengan
lancar. Seorang peragat menyadap tuak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.Tuak
yang ditampung pagi hari dikumpulkan di rumah paragat. Setelah ujicoba rasanya, paragat memasukkan ke dalam bak tuak sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya
cocok rasanya dan alkoholnya. raru inilah yang mengakibatkan peragian. Resep membuat tuak berbeda-beda sedikit demi sedikit tergantung para paragat.
Resep masing-masing boleh dikatakan sebagai rahasia perusahaan, maka tidak menjadi masalah siapa pun bisa berhasil sebagai paragat. Paragat harus belajar dahulu cara
kerjanya. Biasanya anak seorang paragat mengikuti orang tuanya untuk belajar tentang
Universitas Sumatera Utara
rahasia pengolahan tuak tersebut. Tapi biasanya, tidak ada paragat perempuan, mungkin karena kegiatan paragat sehari-hari yang turun ke jurang, menaiki pohon aren dan
membawa tuak yang tertampung ke kampung sangat keras untuk perempuan..Sebagian paragat membuka kedai tuak sendiri, tetapi pada umumnya sebagian besar paragat
menjual tuak kepada kedai atau agen tuak.
2.2.2 Tuak dari batang kelapa
Produksi dan distribusi tuak dari batang kelapa hampir sama dengan yang di ambil dari batang aren. Di Medan Pohon aren tidak dapat tumbuh karena sejajar dengan
permukaan air laut,maka tuak di sadap dari batang kelapa, untuk membuat tuak harus terlebih dahulu memanjat pohon kelapa.
Manggar ialah bakal buah kelapa yang umurnya sekitar tiga bulan. Artinya, manggar sudah tua, tetapi belum muncul kelapanya. Manggar muda belum banyak
niranya, sementara yang sudah keluar kelapanya sudah tidak bisa disadap. Penyadapan dilakukan dengan memotong ujung manggar sekitar lima sentimeter. Setelah itu, selama
tiga hari setiap pagi dan sore ujung manggar tersebut dipotong lagi sekitar satu sentimeter hingga akhirnya mengeluarkan nira. Nira baru dapat keluar kira-kira tiga hari setelah
pemotongan pertama Setelah mengeluarkan nira, pelepah yang membungkus manggar dapat dibuka. Manggar selanjutnya disatukan dan diikat kuat lalu diarahkan ke bawah
supaya nira dapat menetes. Tetesan nira itulah yang kemudian ditampung di jerigen- jerigen.
Manggar yang baik, dapat terus meneteskan nira hingga satu bulan. Sementara yang kurang baik, penyadapan hanya bisa berlangsung dua minggu. Manggar yang baik
Universitas Sumatera Utara
biasanya dimiliki pohon kelapa lokal berumur di atas enam tahun yang daunnya tampak mengkilap dan turun ke bawah. Di setiap pohon, dalam waktu yang sama sebaiknya
hanya ada dua manggar yang disadap. Sebab, jika terlalu banyak manggar yang disadap, kualitas dan kuantitas nira yang dihasilkan akan berkurang, Setiap pagi antara pukul
08.00 hingga 10.00, nira yang sudah ditampung itu diambil para peragat dan kemudian diolah. Sorenya para peragat harus kembali memanjat untuk memotong manggar agar
nira tetap menetes. Dalam sehari para paragat biasanya hanya bisa memanjat menyadap 20 pohon. Lebih dari itu, mereka mengaku tidak kuat
Untuk memaksimalkan nira yang didapat, setiap dua minggu sekali mereka mencari manggar baru untuk disadap. Jadi, meski pohon yang disadap terbatas, jumlah
tuak yang mereka peroleh relatif stabil, setiap hari antara 25 sampai 30 liter, tuak hasil sadapan yang berwarna putih seperti susu itu lalu disaring hingga benar-benar bersih.
Penyaringan kadang harus dilakukan sampai tiga kali karena tuak yang diambil dari pucuk pohon kelapa sering bercampur dengan sisa-sisa potongan manggar atau lebah
pencari tuak Setelah bersih, di dalam tuak yang rasanya manis itu lalu dimasukkan potongan
kulit pohon kulit raru. Kulit raru dapat digunakan hingga empat kali. Setelah itu harus dibuang karena sarinya sudah habis, hal ini bias diketahui dengan melihat bahwa kulit
raru tersebut telah layu dan warnanya berubah dari cokelat segar menjadi keputih-putihan. Setelah direndam selama enam sampai delapan jam di dalam tuak, kulit raru diambil lagi
dan dicampurkan dengan tuak. Jika kulit pohon raru yang direndam terlalu banyak, tuak akan berwarna cokelat dan rasanya terlalu pahit. Dan kalau kurang, tuak akan manis dan
berwarna putih. Menurut para paragat dari 30 liter nira hasil sadapan, dapat dibuat 45
Universitas Sumatera Utara
botol tuak, biasanya tuak akan bertahan sekitar dua hari. Setelah itu, tuak harus dibuang karena rasanya sudah masam.
2.3 Sejarah Perkembangan Sake
Sake adalah minuman beralkohol tradisional Jepang yang terbuat dari beras. Sake pertama kali di buat sekitar 2000 tahun yang lalu, saat masyarakat jepang mulai
mempraktekkan budaya menanam padi di sawah. Sejak saat itu sake mempunyai peranan penting dalam budaya dan sejarah Jepang. Biasanya minuman ini dikaitkan dengan
berbagai matsuri pada masyarakat pertanian. Orang Jepang percaya bahwa sake mewarisi kesakralan padi sehingga selalu digunakan dalam ritual-ritual Shinto. Hal ini dari
kepercayaan bahwa padi diaanugrahkan bagi masyaakat Jepang oleh dewi Ameterasu omikami.
Pada jaman dahulu,pembuatan sake pada umumnya hanya dilakukan di istana- istana kaisar atau di kelenteng-kelenteng Budha dan kuil-kuil Shinto. Rakyat jelata di
Jepang mulai dapat membuat sake sejak akhir abad ke-12.hal ini terjadi karena pada saat itu ada undang-undang yang membatasi penggunaan atau pembuatan sake. Sake menjadi
minuman penting di Jepang sehingga pada akhirnya pemerintah pada tahun 1300 mengijinkan produksi sake secara menyeluruh di seluruh negri. Beberapa tahun
kemudian tempat produksi sake menyebar ke seluruh negeri dengan daerah produksi terbesar berpusat di prefektur-prefektur Kyoto dan Hyogo.
Penyebaran tempat produksi, berdampak positif pada perkembangan proses produksi. Pada mulanya,semua sake berwarna keruh hingga seorang pekerja di salah satu
tempat produksi berhasil memukan jalan keluar untuk menghilangkan keruh. Sake
Universitas Sumatera Utara
mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah revolusi industri di Jepang pada abad ke-19, yang memperkenalkan sistem permesinan sehingga memudahkan produksi sake.
Dalam situs www.wikipedia.com
dijabarkan bahwa perkembangan sake mempunyi peranan tersendiri dalam budaya Jepang, dimana keberadaanya telah mempengaruhi
negeri dalam beberapa jaman pemerintahan berikut.
a. Zaman Yayoi.