Latar Belakang Perbandingan Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Pada Masyarakat Batak Dan Masyarakat Jepang = Bataku Sakai To Nihon Shakai Ni Arukoru Ga Aru Nomimono No Shakai Tekina Kino No Hikaku

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pokoknya, minuman adalah setiap cairan yang dapat diminum kecuali obat- obatan. Secara garis besarnya, minuman dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu: 1. Minuman tak beralkohol 2. Minuman beralkohol Minuman beralkohol adalah minuman yang digunakan sebagai sarana untuk menghangatkan tubuh, tapi selain itu dapat juga di pakai sebagai minuman kebersamaan dan banyak fungsi lainnya. Minum, minuman beralkohol bagi beberapa bangsa sudah menjadi kebiasaan dan kebudayaan, contohnya Jepang dengan sakenya dan Indonesia pada suku Batak dengan tuaknya. Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat Siti, 2001:116, sehubungan dengan itu, E.B.Taylor dalam Ahmadi 1997:57 mengatakan bahwa kebudayaan merupakan jalinan secara keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral, keagamaan, hukum, adat-istiadat serta kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya suatu bangsa sangat menentukan dalam hal pembentukan karakter dan perilaku hidup suatu bangsa yang bersangkutan. Suatu bangsa yang memiliki budaya yang bernilai tinggi tentu saja memiliki budaya yang tinggi dan tentu juga memiliki Universitas Sumatera Utara tingkat kemajuan dalam kehidupannya sehari hari, tentunya dengan cara dan kemampuan berpikir yang pasti lebih baik, lebih maju dan beradab. Di daerah pulau Sumatra bagian utara terutama di sekitar Danau Toba merupakan tempat berdiamnya suku Batak Toba. Suku Batak merupakan salah satu dari sekian banyak suku-suku yang ada di Indonesia dan mempunyai tingkat kebudayaan yang tinggi pula. Suku Batak dalam kemajemukannya memiliki cara hidup yang berbeda dari suku suku lain. Dalam hal tertentu orang Batak sangat terikat oleh adat istiadat mereka dan itu tidak meluntur sekalipun mereka hidup di luar kampung halamannya Bruner,1968:7. Orang Batak juga sangat senang dalam berkumpul, bila orang Batak terutama kaum laki-laki berkumpul biasanya mereka senang untuk minum tuak.Di sekitar tempat orang Batak biasanya banyak warung tuak atau yang lebih dikenal dengan lapo tuak, kebiasaan minum tuak merupakan salah satu kebudayaan batak. Tuak adalah minuman khas orang batak yang mengandung kadar alkohol yang rendah dan airnya diambil dari pohon kelapa atau aren. Penyadap orang yang mengambil tuak tuak disebut paragat agat sama dengan semacam pisau yang dipakai waktu menyadap tuak dalam bahasa Batak Toba. Setelah dipukul tandannya berulang-ulang dengan alat dari kayu yang disebut balbal-balbal selama beberapa minggu, baru dipotong mayangnya dan kemudian membungkus ujung tandan tersebut dengan obat kapur sirih atau keladi yang ditumbuk selama dua-tiga hari. Dengan prosedur ini maka akan menghasilkan air tuak. Seorang paragat menyadap tuak dari batang kelapa maupun batang aren dua kali sehari, yaitu pagi dan sore. Tuak yang ditampung pagi hari dikumpulkan di rumah paragat orang yang mengambil tuak. Setelah menguji terlebih dahulu rasanya, paragat memasukkan ke dalam bak atau tempat penampungan tuak Universitas Sumatera Utara sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya cocok rasanya dan alkoholnya. Raru inilah yang mengakibatkan peragian, di daerah Tapanuli Utara, biasanya laki-laki yang menyelesaikan kerjanya berkumpul di lapo tempat menjual tuak pada sore hari. Mereka berbincang-bincang, menyanyi, memain kartu, bercatur dan menonton televisi, sambil minum tuak. Pada umumnya seorang biasa minum tuak beberapa gelas sehari. Tuak selain digunakan untuk acara berkumpul sehari-hari juga digunakan dalam acara adat dan juga dapat di gunakan bagi wanita yang baru saja melahirkan, menurut wanita yang baru melahirkan anak minum tuak untuk memperlancar air susunya dan berkeringat banyak guna mengeluarkan kotoran-kotoran dari badannya. Di Jepang sake dikenal sebagai minuman nasional Tsujita dan Llyod,2002:57, tapi orang Jepang menganggap sake lebih dari sekedar minuman beralkohol biasa, karena sake mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan sehari hari diantaranya di gunakan sebagai simbol pada matsuri tertentu yang dapat mengidentifikasikan makna yang berhubungan dengan religi. Matsuri 祭り merupakan bagian dari religi dan budaya, karena pada dasarnya matsuri adalah festival suci Danandjadja, 1997:164.Dalam kepercayaan Shinto, sake merupakan minuman dewa, karena itu wajib digunakan dalam ritual-ritual suci. Menurut Lawanda 2004:33, beberapa matsuri atau festival suci berasal dari upacara penanaman padi dan upacara kesejahteraan spiritual penduduk desa setempat.. Festival seperti ini di ambil dari situs-situs Shinto kuno yang bertujuan mendamaikan hati para dewa dan roh-roh orang mati dengan suguhan sake sehingga menjamin kesuburan Universitas Sumatera Utara tanah pertanian mereka. Penganut Budha dan Shinto juga menganggap sake sebagai minuman yang istimewa terutama untuk pertemuan-pertemuan penting, baik upacara keagamaan maupun tradisi-tradisi kebudayaan. Pada umumnya setiap keluarga di Jepang menyimpan sake sebagai suguhan pada altar leluhur mereka. Selain itu, sake juga dikenal sebagai minuman yang menciptakan suasana santai, pada umumnya kepribadian orang Jepang bersifat tertutup dan sulit dipahami, demikian sake dapat juga menjadi sarana untuk mengenal dan menjadi akrab dengan orang lain . Untuk lebih memahami bagaimana pandangan dan konsep pemikiran masyarakat Batak Toba dan masyarakat Jepang dalam hal minum sake dan tuak, maka penulis tertarik untuk membahasnya, dengan mengangkat penelitian dengan judul “Perbandingan Fungsi Sosial Minuman Beralkohol pada Masyarakat Batak dan Masyarakat Jepang”

1.2 Perumusan Masalah