melingkupi hal-hal yang berhubungan dengan adat, politik, keluarga, agama, masalah pertanian, maupun masalah-masalah lainnya, tempat-tempat berkumpul itu sekaligus
tempat untuk menanamkan pengetahuan terhadap budaya Batak.
Dalam perkembangan selanjutnya terasa bahwa tempat-tempat berkumpul orang Batak sudah tidak ideal lagi, serta lingkungan sudah tidak lagi mendukung untuk
memberikan tuak secara garatis kepada masyarakat, maka timbullah istilah lapo yang berasal dari kata lepau dan yang berarti kedai tempat berjualan dan yang mana kedai ini
lebih terkenal dengan istilah lapo tuak, dilapo inilah orang batak biasanya bertemu selepas pulang bekerja untuk bersantai sambil bercerita,bernyanyi dan sambil menikmati
tuak dan makanan khas batak lainnnya.
2.1.1 Arti Tuak Bagi Suku Batak
Tuak adalah minuman penting di kawasan Tapanuli Utara diminum waktu santai, pesta, kelahiran anak, perkawinan, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat.
Orang yang baru pulang bekerja terutama kaum laki-laki biasanya akan singgah terlebih dahulu di lapo tuak, sambil bersantai dan berbincang bincang dengan rekan
kerjanya. Biasanya Suku Batak dalam sebuah pesta akan menghadirkan tuak, menurut mereka seandainya orang minum tuak akan semakin lancar dalam berbicara dan orang
tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi Suku Batak karena tuak dapat digunakan
sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga minuman persahabatan.
Universitas Sumatera Utara
Pada masa lampau, ibu-ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan akan diberikan tuak untuk diminum dengan harapan ASI Air Susu Ibu dapat keluar dengan
banyak. Hal ini akan menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi kuat karena tidak kehabisan ASI sebelum waktunya . Selain itu ibu-ibu yang baru melahirkan juga diberi
makanan berupa ayam cincang yang dicampur dengan tuak, makanan tersebut diberi nama bangun-bangun itu adalah agar ibu-ibu yang baru melahirkan menjadi pulih
kembali kekuatannya
2.1.2 Tuak Dalam Adat batak
Tuak yang ada hubungannya dengan adat adalah tuak tangkasan: tuak yang tidak bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis ksrena manisnya maka disebut tuak na
tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan ialah tuak asli yang diambil langsung dari pohon enau pada pagi hari tampa bercampur dengan ramuan lain.
Dalam adat Batak seperti manulangi biasanya dalam acara ini tuak akan digunakan. Bila seseorang sudah lanjut usia, mulai sakit sakitan maka untuk melewati
masa ini ada upacara yang harus dilaluinya. Upacara tersebut disebut dengan manulangi , yang asal katanya dari sulang artinya suap. Upacara ini biasanya diselaenggarakan oleh
anak-anak atau cucu-cucu dari orang tua yang akan disulangi. Dalam upacara tersebut orang tua yang akan diupacarakan menerima suapan makanan dan minuman dari anak-
anak dan cucunya. Artinya bahwa tanggung jawab dan kewajiban orang tua telah dialihkan kepada turunannya, serta dengan harapan bahwa segala berkat yang ada pada
orang tua tersebut akan juga dialami oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Setelah upacara tersebut orang tua ini telah bebas dari duniawi, misalnya dia sudah biasa untuk tidak ikut
Universitas Sumatera Utara
lagi dalam acara adat, maka dalam acara ini akan disediakan tuak tangkasan, ihan batak,ikan khusus di batak yang besarnya lebih dari ikan emas tetapi sekarang sudah
jarang di temukan di Danau Toba,dan air sitio-tio yaitu air jernih. Maksud diberikan semuanya itu sebagai permohonan agar niat dan tujuan manulangi berjalan dengan baik.
Bila sebelum acara manulangi itu orang tua yang akan diupacarakan itu meninggal maka anak ataupun cucunya tidak mempunyai hak lagi dalam adat karena
anaknya dianggap bersalah, terkecuali bila anak tersebut meminta maaf kepada orang tuanya melalui pengetua adat dengan cara membayar utang adat sebagai tanda denda dan
perasaan bersalah.setelah itu barulah anak atau cucu itu dimaafkan dan boleh mengikuti acara adat lagi. Upacara ini dapat dilakukan bila anak-anak ataupun cucu-cucu baru
bertemu dengan orang tua setelah lama tidak berjumpa juga bagi anak perempuan yang kawin lari, setelah menikah dia bersama suaminya datang dan manulangi sebagi tanda
maaf dan membayar utang adat. Pada saat seseorang anak baru lahir, saudara laki-laki dari ibu yang disebut tulang
memberikan selendang kepada anak tersebut yang disebut parompa. Parompa asal kata dari ompa gendong yang adalah alat untuk menggendong mangompa. Sebagai tanda
terima kasih atas pemberian tulang, orang tua anak tersebut akan memberikan uang dengan pengertian untuk dapat memperoleh tuak manis. Pemberian ini disebut parsituak
na tonggi. Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan bagi kita mengapa bukan langsung tuak yang diberikan, ini berkenaan dengan pemikiran bahwa orang yang memberikan
parompa bertempat tinggal jauh, sedangkan tuak tidak tahan lama, oleh karena itu maka akan lebih baik memberikan uang dari pada tuak secara langsung ,karena dengan
memberikan uang tuak dapat di beli di perjalanan.Tukar menukar ini adalah merupakan
Universitas Sumatera Utara
tukar-menukar yangt seimbang atau balance recipority, dimana seorang terhadap yang lain merasa layak untuk memberi dan diberi.
Parsituak na tonggi juga diberikan kepada pihak pemberi gadis yang disebut dengan hula-hula dan ini yang dianggap paling penting karena bila memberi parsituak na
tonggi kepada hula-hula maka pihak penerima gadis boru menganggapo bahwa selama tujuh turunannya tidak akan mengalami mara bahaya, oleh karena itu tuak juga dianggap
sebagai minuman hula-hula. Hal ini berkaitan dengan prinsip orang batak bahwa jika tidak ada hula-hula maka tidak akan ada penerus keturunan, oleh karena itu hula hula
dianggap penting dan mempunyai kedudukan tinggi dibanding dengan boru anak perempuan dan dengan dongan sabutuha keluarga lainnya
Dalam hal ini tuak dianggap sebagai minuman kehormatan sehingga hanya diberikan kepada hula-hula seperti halnya bila diberikan kepada raja-raja adat serta
orang-orang yang dihormati masyarakat .
2.2 Proses Pembuatan Tuak