c. Apabila wadah pestisida rusak atau bocor, wadahkanlah pestisida yang masih
tersisa ke dalam wadah yang telah tersedia, pilihlah wadah yang terbuat dari bahan yang sama seperti wadah aslinya. Berilah label atau keterangan yang
jelas seperti tercantum dalam label sebelumnya disertai tambahan keterangan saat dikakukan pewadahan ulang tersebut harus segera dilakukan.
d. Air dan sabun atau detergen umumnya dapat digunakan untuk membersihkan
pestisida yang tumpah Anonim, 1984.
2.7. BMR Pestisida Golongan Organofosfat
Standar Nasional Indonesia SNI merumuskan tentang batas maksimum residu pestisida pada beras, yaitu untuk jenis pestisida khusunya golongan
organofosfat, seperti klorpirifos residu pestisida pada beras yang diperbolehkan sebesar 0,5 mgkg, klorfenvinfos 0,05 mgkg, fention 0,05 mgkg, fenitrotion 1
mgkg, dan diazinon sebesar 0,1 mgkg. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Badan Penelitian dan
pengembangan pertanian Departemen Pertanian yang diperoleh dari sentra produksi di Jawa Barat dan Jawa Timur dapat diketahui bahwa tomat yang tidak dicuci
mengandung profenos rata-rata 0,096 mgkg, sedangkan tomat yang dicuci mengandung 0,059 mgkg. Residu insektisida klorfiripos pada beras sebesar 0,417
mgkg. Dengan demikian bahan pangan yang mengandung residu insektisida ini akan termakan oleh manusia dan tentunya dapat menimbulkan efek yang berbahaya
terhadap kesehatan manusia Departemen Pertanian, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan. 2.8.1. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan Secara Umum
Berikut ini adalah gejala kearacunan secara umum yang berkaitan dengan pestisida, yang mungkin timbul sendiri atau bersama-sama, diantara gejala umum
yang sering kita alami jika mengalami keracunan pestisida yaitu Kelemahan atau kelelahan yang berlebihan, kulit iritasi, terbakar, keringat berlebihan, perubahan
warna. Sementara untuk gejala keracunan pestisida pada mata ditandai dengan Iritasi, terbakar, air mata berlebihan, kaburnya penglihatan, biji mata mengecil atau
membesar. Pada saluran pencernaan orang yang mengalami gejala keracunan pestisida
akan ditandai dengan mulut dan kerongkongan yang terbakar, air ludah yang berlebihan, mual, muntah, perut kejang atau sakit, dan mencret. Keracunan pestisida
dapat juga meimbulkan gangguan pada sisitem syaraf yang ditandai dengan gejala kesulitan bernapas, napas berbunyi, batuk, dada sakit, atau kaku Weir, 1981.
2.8.2. Dampak Pestisida Golongan Organofospat Terhadap Kesehatan
Apabila masuk kedalam tubuh, baik melalui kulit, mulut, dan saluran pencernaan maupun saluran pernapasan, pestisida organofosfat akan berikatan dengan
enzim dalam darah yang berfungsi mengatur bekerjanya syaraf, yaitu kholinesterase. Apabila kholinesterase terikat, maka enzim tersebut tidak dapat melaksanakan
tugasnya sehingga syaraf dalam tubuh terus menerus mengirimkan perintah kepada otot-otot tertentu. Dalam keadaan demikian otot-otot tersebut senantiasa bergerak-
gerak tanpa dapat dikendalikan.
Universitas Sumatera Utara
Disamping timbulnya gerakan-gerakan otot-oto tertentu, tanda dan gejala lain dari keracunan pestisida organofosfat adalah pupil atau celah iris mata menyempit
sehingga penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut berbusa, atau mengeluarkan banyak air liur, sakit kepala, rasa pusing, berkeringat banyak, detak jantung yang
cepat, mual, muntah-muntah, kejang pada perut, mencret sukar bernapas, otot-otot tidak dapat digerakkan atau lumpuh dan pingsan Scharpio, 1998.
2.9. Dinamika Pestisida di Lingkungan
Pestisida sebagai salah satu agen pencemar ke dalam lingkungan baik melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas hewan,
tumbuhan terlebih manusia. Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa proses baik pada tataran permukaan tanah maupun bawah permukaan
tanah. Masuk ke dalam tanah berjalan melalui pola biotransformasi dan bioakumulasi oleh tanaman, proses reabsorbsi oleh akar serta masuk langsung
pestisida melalui infiltrasi aliran tanah. Gejala ini akan mempengaruhi kandungan bahan pada sistem air tanah hingga proses pencucian zat pada tahap penguraian baik
secara biologis maupun kimiawi di dalam tanah. Proses pencucian bahan-bahan kimia tersebut akan mempengaruhi kualitas air
tanah baik setempat maupun secara region dengan berkelanjutan. Apabila proses pemurnian unsur-unsur residu pestisida berjalan dengan baik dan tervalidasi hingga
aman pada wadah-wadah penampungan air tanah, misal sumber mata air, sumur resapan dan sumur gali untuk kemudian dikonsumsi oleh penduduk, maka fenomena
pestisida ke dalam lingkungan bisa dikatakan aman. Namun demikian jika proses
Universitas Sumatera Utara
tersebut kurang berhasil atau bahkan tidak berhasil secara alami, maka kondisi sebaliknya yang akan terjadi.
Penurunan kualitas air tanah serta kemungkinan terjangkitnya penyakit akibat pencemaran air merupakan implikasi langsung dari masuknya pestisida ke dalam
lingkungan Aliran permukaan seperti sungai, danau dan waduk yang tercemar pestisida akan mengalami proses dekomposisi bahan pencemar. Dan pada tingkat
tertentu, bahan pencemar tersebut mampu terakumulasi hingga dekomposit Pestisida di udara terjadi melalui proses penguapan oleh foto-dekomposisi sinar matahari
terhadap badan air dan tumbuhan. Selain pada itu masuknya pestisda diudara disebabkan oleh driff yaitu proses penyebaran pestisida ke udara melalui
penyemprotan oleh petani yang terbawa angin. Akumulasi pestisida yang terlalu berat di udara pada akhirnya akan
menambah parah pencemaran udara. Gangguan pestisda oleh residunya terhadap tanah biasanya terlihat pada tingkat kejenuhan karena tingginya kandungan pestisida
persatuan volume tanah. Unsur-unsur hara alami pada tanah makin terdesak dan sulit melakukan regenerasi hingga mengakibatkan tanah masam dan tidak produktif Frank
C. Lu, 1995
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konsep