seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan gamma BHC. Penggunaan pestisida-pestisida fosfat organik seperti paration, OMPA, TEPP pada masa lampau
tidak perlu dikhawatirkan, karena walaupun bahan-bahan ini sangat beracun racun akut, akan tetapi pestisida-pestisida tersebut sangat mudah terurai dan tidak
mempunyai efek residu yang menahun. Hal penting yang masih perlu diperhatikan masa kini ialah dampak penggunaan hidrokarbon berklor pada masa lampau
khususnya terhadap aplikasi derivat-derivat DDT, endrin dan dieldrin.
2.3.2. Pengertian Pestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai
pembunuh hama. Menurut Food Agriculture Organization FAO 1986 dan peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1973, Pestisida adalah campuran bahan kimia yang
digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan hewantumbuhan penggangu seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit, dengan
tujuan kesejahteraan manusia. Pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur
tubuh atau perangsang tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman PP RI No.6tahun 1995. USEPA
menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan
mikroorganisme penggangu Soemirat, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Pengklasifikasian Pestisida
Menurut Sudarmo 1991 pestisida dapat di klasifikasikan kedalam beberapa golongan,dan diantara beberapa pengklasifikasian tersebut dirinci berdasarkan
bentuk formulasinya, sifat penetrasinya, bahan aktifnya, serta cara kerjanya. 1. Berdasarkan bentuk formulasi
a. Butiran Granule=G
Berbentuk butiran yang cara penggunaanya dapat langsung disebarkan dengan tangan tanpa dilarutkan terlebih dahulu.
b. Tepung Dust=D
Merupakan tepung sangat halus dengan kandungan bahan aktif 1-2 yang penggunaanya dengan alat penghembus duster
c. Bubuk yang dapat dilarutkan wettable powder=WP
Berbentuk tepung yang dapat dilarutkan dalam air yang penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot atau untuk merendam benih. Contoh
Mipcin 50 WP d.
Cairan yang dapat dilarutkan Berbentuk cairan yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi yang
dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Larutannya berwarna putih susu tapi berwarna coklat jernih yang cara penggunaanya disemprotkan dengan alat
penyemprot e.
Cairan yang dapat diemulsikan Berbentuk cairan pekat yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi
yang dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Cara penggunaanya
Universitas Sumatera Utara
disemprotkan dengan alat penyemprot atau di injeksikan pada bagian tanaman atau tanah. Contoh : Sherpa 5 EC
f. Volume Ultra Rendah
Berbentuk cairan pekat yang dapat langsung disemprotkan tanpa dilarutkan lagi. Biasanya disemprotkan dengan pesawat terbang dengan penyemprot
khusus yang disebut Micron Ultra Sprayer. Contoh : Diazinon 90 ULV 2.
Ditinjau dari sifat penetrasinya, pestisida dapat diklasifikasikan kedalam : a.
Penetrasi pada permukaan Pestisida ini hanya ada pada permukaan tanaman
b. Penetrasi dalam
Apabila disemprotkan kedalam permukaan daun, pestisida dapat menembusmeresap ke seluruh jaringan tanaman yang tidak disemprotkan
c. Sistemik
Pestisida ini mudah diserap melalui daun, batang akar, dan bagian lain dari tanaman. Pestisida sisitemik efektif untuk membasmi bermacam-macam hama
pengerek dan pengisap Dperartemen Pertanian, 1998 3.
Berdasarkan bahan aktifnya pestisida dapat diklasifikasikan : Berdasarkan asal bahan yang digunakan untuk membuat pestisida, maka
pestisida dapat dibedakan ke dalam empat golongan yaitu : a.
Pestisida Sintetik, yaitu pestisida yang diperoleh dari hasil sintesa kimia, contohnya organoklorin, organofospat, dan karbamat.
b. Pestisida Nabati, yaitu pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
contohnya neem oil yang berasal dari pohon mimba
Universitas Sumatera Utara
c. Pestisida Biologi, yaitu pestisida yang berasal dari jasad renik atau mikrobia
yaitu jamur, bakteri atau virus contohnya d.
Pestisida Alami, yaitu pestisida yang berasal dari bahan alami, contohnya bubur bordeaux Sitompul, 1987.
4. Pestisida berdasarkan cara kerjanya Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dapat dibedakan kedalam beberapa
golongan yaitu: a.
Pestisida Kontak yaitu pestisida yang dapat membunuh OPT organisme pengganggu tanaman
bila OPT tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan dengan residu yang terdapat di permukaan tanaman. Contoh :
Mipcin 50 WP b.
Pestisida Sisitemik yaitu pestisida yang dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. OPT
akan mati setelah menghisapmemakan tanaman, atau dapat membunuh gulma sampai ke akarnya.
c. Pestisida Lambung
yaitu pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran makanan pestisida. Contoh : Diazinon 60 EC
d. Pestisida pernapasan
Dapat membunuh hama yang menghisap gas yang berasal dari pestisida Sudarmo, 1991.
Universitas Sumatera Utara
5. Pestisida Berdasarkan Organisme Sasaran Menurut Untung 1993, dari banyaknya jenis jasad penggangu yang bisa
mengakibatkan fatalnya hasil petanian, pestisida dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, yaitu :
a. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga.
b. Fungisida
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencengah fungicendawan. Selain untuk
mengendalikan serangan cendawan di areal pertanaman, fungisida juga banyak diterapkan pada buah dan sayur pascapanen.
c. Bakterisida
Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri.
d. Nematisida
Nematisida adalah racun yang dapat mengendalikan nematode e.
Akarisida Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba.
Universitas Sumatera Utara
f. Rodentisida.
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
g. Moluskida
Moluskida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang, sumpit, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat
di tambak. h.
Herbisida Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan penggangu yang disebut gulma. i.
Pestisida lain Selain beberapa jenis pestisida di atas masih banyak jenis pestisida lain.
Namun karena kegunaanya jarang maka produsen pestisida belum banyak yang menjual, sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan. Pestisida
tersebut adalah sebagai berikut : −
Pisisida, adalah bahan senyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan mujair yang menjadi hama di dalam tambak dan kolam.
− Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang,
− Avisida, pestisida pembunuh burung.
− Larvisida, pestisida pembunuh ulat.
Pestisida di Indonesia adalah sebagai berikut insektisida 55,42, herbisida 12,25, fungisida 12,05, repelen 3,61, zat pengatur pertumbuhan 3,21,
Universitas Sumatera Utara
nematisida 0,44, dan 0,40 ajuvan serta lain-lain berjumlah 1,41. Dari gambaran ini insektisida merupakan jenis pestisida yang paling banyak digunakan Soemirat,
2005. Pestisida juga diklasifikasikan berdasarkan pengaruh fisiologisnya, yang
disebut farmakologis atau klinis, sebagai berikut: 1.
Senyawa Organofospat Racun ini merupakan penghambat yang kuat dari enzim cholinesterase pada
syaraf. Asetyl cholin berakumulasi pada persimpangan-persimpangan syaraf neural jungstion yang disebabkan oleh aktivitas cholinesterase dan menghalangi
penyampaian rangsangan syaraf kelenjar dan otot-otot. Organofosfat disintesis pertama kali di Jerman pada awal perang dunia ke-II.
Bahan tersebut digunakan untuk gas syaraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal sintesisinya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate
TEPP, parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida tetapi juga toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang tersebut dan ditemukan komponen
yang paten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap manusia misalnya : malathion.
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam
jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan beberapa milligram untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat
menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel
Universitas Sumatera Utara
darah merah. Organofosfat dapat terurai di lingkungan dalam waktu ± 2 minggu Yusniati, 2008.
2. Senyawa Organoklorin
Dari golongan ini paling jelas pengaruh fisiologisnya seperti yang ditunjukkan pada susunan syaraf pusat, senyawa ini berakumulasi pada jaringan lemak.
3. Senyawa Arsenat
Pada keadaan keracunan akut ini menimbulkan gastroentritis dan diarhoe yang menyebabkan kekejangan yang hebat sebelum menimbulkan kematian. Pada keadaan
kronis menyebabkan pendarahan pada ginjal dan hati. 4.
Senyawa Karbamat Pengaruh fisiologis yang primer dari racun golongan karbamat adalah
menghambat aktifitas enzym cholinesterase darah dengan gejala-gejala seperti senyawa organofospat
5. Piretroid
Piretroid merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia analog dari piretrin. Piretrin sendiri merupakan zat kimia yang bersifat insektisida yang terdapat
dalam piretrum, kumpulan senyawa yang di ekstrak dari bunga semacam krisan piretroid memiliki beberapa keunggulan, diantaranya diaplikasikan dengan takaran
relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak persisiten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik. Namun karena sifatnya yang kurang atau tidak
selektif, banyak piretroid yang tidak cocok untuk program pengendalian hama terpadu Djojosumarto, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Teknik Aplikasi Pestisida