Hasil Uji Termal Hasil karakterisasi edible film

dengan pemblastis sorbitol dapat di manfaatkan sebagai plastik kemasan, jika memenuhimendekati standar film biodegradabel komersial. Tabel 4.2. Perbandingan Sifat Mekanik Plastik Komersial dengan Plastik Berbahan Pengisi Keratin Jenis Plastik Kekuatan Tarik Mpa Kemuluran PLA 44 2,5 PHB 40 2 PCL 7,9 34 PBS 16,4 5 Film pati jagung dan keratin 25,02 3,64 Sumber : httpBioteknologi, 2009

4.3.2. Hasil Uji Termal

Termal analisa mempelajari sifat-sifat termal dari suatu bahan sampel yaitu perubahan yang terjadi apabila bahan di panaskan. Dengan merubah temperatur suatu bahan yang di uji berbagai perubahan akan di alami bahan-bahan tersebut. Perubahan dapat di amati dalam perubahan temperatur ΔT pada saat bahan mengalami perubahan wujud. Dalam analisis DTA sampel dipanaskan menggunakan pemanas yang sama bersama senyawa pembanding yakni senyawa yang tidak mengalami perubahan selama pemanasan. Temperat tur sampel dan pembanding di ukur oleh termocouple. Perbedaan antara suhu sampel dan suhu pembanding di amati dan diplot terhadap suhu sampel yang menghasilkan kurva termogram DTA hasil ini dapat dilihat pada lampiran 3 Uji DTA dilakukan terhadap bahan Keratin, Campuran pati dan sorbitol dan campuran pati, sorbitol dan keratin yang memiliki kondisi optimum. Hasil uji DTA seperti ditunjukkan pada tabel berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Hasil Analisis Sifat Termal Spesimen Edible film Spesimen Temperatur Transisi Gelas C Tg Temperatur didih 0C Temperatur Maksimum C TM Keratin 80 C 320 C 475 - 520 C Pati : Sorbitol - 290 0C 440 C Pati : Sorbitol : Keratin 70 340 C 460 C Dari termogram DTA, untuk protein keratin Lampiran 3.1 dan Tabel 4.3 memperlihatkan adanya puncak pada temperatur 320 C. Puncak ini di identifikasikan sebagai temperatur leleh dengan terjadi penurunan temperatur endoterm, dan terdekomposisi pada 520 C dan terjadi kenaikan temperatur Eksoterm. Sedangkan termogram pati dengan pemblastis sorbitol 2 gram Lampiran 3.2 menunjukkan temperatur leleh 290 C. Puncak ini di identifikasikan sebagai temperatur leleh dengan terjadi penurunan temperatur endoterm dan terdekomposisi pada 440 C dengan terjadi kenaikan temperatur Eksoterm pada suhu ini bahan sudah mulai terbakar. Pada penambahan keratin dalam campuran pati dan sorbitol Lampiran 3.3 memperlihatkan adanya puncak pada temperatur 340 C puncak ini di identifikasikan sebagai titik leleh dengan terjadi kenaikan temperatur dan terdekomposisi pada suhu 460 C, dimana bahan sudah mulai terbakar. Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya perbedaan yang signifikan, perbedaan ini terjadi akibat adanya perpaduan antara pati, sorbitol dan keratin pada campuran film. Hal ini juga berdasarkan karakteristik keratin sebagai pengisi yang memberi pengaruh terhadap temperatur transisi gelas, titik leleh dan temperatur maksimum film. Terlihat terjadi penurunan temperatur transisi gelas ketika penambahan keratin dan menaikkan temperatur leleh dan temperatur dekomposisi. Temperatur leleh untuk film pati jagung berpengisi keratin memberikan sifat termal yang lebih baik dari plastik biodegradabel secara komersial. Universitas Sumatera Utara Pada Tabel 4.4. dapat di lihat perbandingan dari sifat termal pada edible film campuran pati jagung dan keratin dan beberapa jenis plastik komersial yang tertera pada Tabel di bawah ini. Tabel 4.4. Perbandingan Plastik Komersil dan Film campuran Pati Jagung dan Keratin Terhadap Sifat Termal Jenis Plastik Temperatur Transisi Gelas C Tg Temperatur leleh TM 0C PLA Poli asam laktat 55 – 70 130 – 215 PHB Poli beta-hidroksi butirat 55 – 10 171 – 182 PCL poli e kaprolakton - 60 60 PBS Poli butilena suksinat - 113 Film Pati Jagung dan Keratin 70 340 Sumber : httpBioteknologi, 2009 Pada Tabel 4.4. terlihat bahwa perbandingan antara beberapa jenis plastik terbiodegrabel dan film pati jagung dan keratin memperlihatkan bahwa suhu transisi gelas pada film pati jagung dan keratin lebih tinggi dari jenis plastik PHB, PCL dan PBS. Dan Juga dengan titik didih yang lebih tinggi di bandingkan dengan beberapa jenis plastik tersebut. Hal ini di pengaruhi oleh preparasi dari keratin yang meningkatkan suhu transisi gelas dan titik leleh dari film tersebut.

4.3.3. Hasil Uji Morfologi Analisis Spektrum Inframerah FT-IR