c. Uji Biuret
Di siapkan1 larutan tembaga sulfat dan 1 larutan kalium hidroksida. 3 ml larutan protein di tambah 5 ml aquades dicampur dengan larutan kalium
hidroksida dengan rasio 1:1. Tiga tetes larutan tembaga sulfat ditambahkan ke dalam larutan pencampuran. Di amati perubahan warna pada larutan.
3.4.2. Pembuatan Sampel Edible Film
- Dipersiapkan terlebih dahulu keratin sesuai dengan konsentrasi perlakuan
0, 3, 5, 7 dan 9 dari 10 gram pati dan 140 ml aquades. -
Dipersiapkan pati jagung 10 gram yang akan di campur ke dalam 140 ml aquades dan di masukkan keratin sesuai dengan konsentrasi perlakuan
kemudian di masukkan sorbitol 2 gram sambil di aduk menggunakan pengaduk magnetik selama 30 menit.
- Kemudian larutan film di vakum selama 30 menit.
- Selanjutnya larutan di tuangkan dalam cetakan yang terbuat dari kaca dengan
ukuran 20 cm x 20 cm dan larutan film di ratakan. Larutan film di keringkan dalam oven pengeringan bersuhu 35
C selama 24 jam. -
Film yang sudah kering kemudian di lepas dari cetakan, edible film yang di hasilkan di bungkus kertas rasi dan di simpan dalam desikator.
3.5. Karakterisasi Sampel
3.5.1. Uji Tarik dan Kemuluran
Film hasil spesimen di pilih dengan ketebalan 0,1 mm yang di ukur dengan jangka sorong dan dipotong membentuk spesimen untuk pengujian tarik.
Gambar 3.1. Spesimen uji kekuatan tarik berdasarkan ASTM D- 638-72Type IV
33
64
19 mm
25,5 6
115
Universitas Sumatera Utara
Kedua ujung spesimen di jepit pada alat uji tarik, lalu spesimen di amati sampai putus, kemudian di catat perubahan panjang mm berdasarkan besar kecepatan 50
mmmenit Pasaribu, F.2009
3.5.2. Deferensial Thermal Analysis DTA
Spesimen poliben di timbang dengan 30 mg dalam cawan cuplikan. Setelah alat dalam keadaan setimbang suhu di naikkan dari 20 – 500
C. Kecepatan kenaikan suhu 10
Cmenit. Termokopel mV = PR15 Mv : DTA range ± 250 μV dan kecepatan grafik 2.5 mmmenit. Hasil analisa di catat berupa termogram.
3.5.3. Analisa FTIR Fourier Transform InfraRed
Dengan bantuan alat FTIR akan terlihat bagaimana serapan gugus polimer pada sampel berdasarkan grafik yang muncul pada layar komputer sebagai piranti
yang terhubung dengan FTIR. Film hasil pencampuran di jepit pada tempat sampel, kemudian di letakkan pada alat ke arah sinar infra Red. Hasilnya akan di
rekam ke dalam kertas berskala berupa aliran kurva bilangan gelombang terhadap intensitas.
2.5.4. Analisa Laju Transmisi Uap Air WVTR
Pengujian WVTR ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan film untuk mentransmisikan uap air. Transmisi uap air sangat dipengaruhi oleh RH Relative
Humadity dan Temperatur Ardiansyah, 2011. Selain itu WVTR ini dapat menunjukkan pengaruh pemblastis, pengisi sebagai penguat terhadap kemampuan
film untuk menstranmisikan uap air.
2.5.5. Analisa Serapan Air
Pengujian ini di lakukan dengan cara mengambil spesimen sampel dalam keadaan kering mutlak kemudian di lakukan perendaman dalam air sampai semua
pori terisi dengan air selama 24 jam. Maka persentase berat air yang terserap dalam sampel uji dapat di tentukan. Dimana berat sampel uji adalah indeks angka
serap air pada sampel uji.
Universitas Sumatera Utara
Dengan prosedur uji, sampel edible film di timbang dalam keadaan kering mutlak Wk. Kemudian edible film di rendam dalam air sampai semua pori terisi
air tidak ada gelembung udara yang keluar. Edible film yang telah di rendam dalam air di timbang kembali.
Universitas Sumatera Utara
3.6. Bagan Penelitian