campuran pati dan sorbitol dapat menjadikannya sebagai kemasan makanan yang layak makan.
Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode ekstraksi keratin dari limbah bulu ayam yang di reaksikan dengan senyawa kimia. Dengan
menggunakan pati dari biji jagung yang telah diproses menjadi tepung jagung komersial Meizena dan pemblastis sorbitol yang berfungsi untuk memberikan
sifat elastis bahan dan menurunkan kekakuan suatu bahan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh preparasi bahan penguat keratin dalam pati
terhadap sifat fisis, mekanik, morfologi dan termal dari film yang terbentuk
2. Pada preparasi berapakah keratin sebagai penguat memberikan sifat
mekanik yang terbaik dengan sorbitol sebagai plastisizer pada film yang terbentuk.
3. Apakah film yang di hasilkan dapat dibandingkan dengan sifat fisis dan
mekanik pada plastik kemasan yang memenuhi standar SNI layak makan.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah di batasi sebagai berikut 1.
Keratin yang di ekstraksi dari bulu ayam, pati dari jagung dan pemblastis sorbitol.
2. Metode yang dilakukan secara pencampuran Blending dilakukan Variasi
campuran berdasarkan persentase: 0, 3, 5, 7 dan 9 dari wt keratin.
3. Pengujian yang dilakukan meliputi :
a. Sifat mekanik
- Uji Tarik Tensile Strength
- Perpanjangan Elongation at break
b. Sifat Morfologi
- Uji FT-IR
Universitas Sumatera Utara
d. Sifat Termal
- Uji DTA
e. Sifat Fisis
- Uji serapan air dan permeabilitas Uap air WVTR
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui preparasi keratin terbaik dari bulu ayam sebagai pengisi pada edible film yang terbentuk.
2. Mengetahui pengaruh campuran keratin dan pati jagung terhadap
karakteristik film yang terbentuk pada kondisi optimum dengan sorbitol sebagai plastisizer
3. Mengetahui sifat fisis, mekanik, morfologi, termal, dari film layak makan
yang terbentuk.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.
Memberikan informasi karakteristik film yang terbentuk dari preparasi campuran ekstraksi keratin dan pati jagung.
2. Memberikan informasi tentang pengembangan pemanfaatan limbah bulu
ayam sebagai alternatif bahan dasar pengganti plastik konvensional di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Edible Film
Edible film merupakan alternatif bahan pengemas pangan yang dalam 10 tahun terakhir mendapat perhatian serius dari para ahli pangan. Edible film ini di
kembangkan sebagai pengganti bahan pengemas sintetis seperti polyethilene, polystilene dan polyvinil chorida yang banyak menimbulkan dampak yang tidak
baik bagi lingkungan karena tidak dapat terdegradasi secara biologis. Edible film didefinisikan adalah pembungkus yang dapat di makan. Karena di gunakan untuk
membungkus bahan pangan oleh karena itu harus aman dan saniter. Edible film mempunyai potensi besar dalam berbagai macam penggunaan dapat melapisi
permukaan makanan, memisahkan komponen – komponen yang berbeda, atau berperan sebagai kantong atau pembungkus
. Handout kemasan Edible, 2007
Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk di atas komponen makanan yang berfungsi sebagai
penghambat transfer massa misalnya kelembaban, oksigen, lemak, dan zat terlarut dan atau sebagai carrier bahan makanan atau aditif. Edible film harus
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan film kemasan seperti plastik, yaitu harus memiliki sifat menahan air sehingga dapat mencegah kehilangan
kelembaban produk, memiliki permeabilitas selektif terhadap gas tertentu, mengendalikan perpindahan padatan terlarut untuk mempertahankan warna,
pigmen alami dan gizi, serta menjadi pembawa bahan aditif seperti pewarna, pengawet dan penambah aroma yang memperbaiki mutu bahan
pangan
.
Sarmedi S, 2011 Edible film terbuat dari komponen polisakarida, lipid dan protein. Edible film
yang terbuat dari hidrokoloid menjadi barrier yang baik terhadap transfer oksigen, karbohidrat dan lipid. Pada umumnya sifat dari hidrokoloid sangat baik sehingga
potensial untuk di jadikan pengemas. Sifat film hidrokoloid umumnya mudah
Universitas Sumatera Utara
larut dalam air sehingga menguntungkan dalam pemakaiannya. Penggunaan lipid sebagian bahan pembuat film secara sendiri sangat terbatas karena sifat yang tidak
larut dari film yang di hasilkan. Kelompok hidrokoloid meliputi protein dan polisakarida, selulosa dan turunannya merupakan sumber daya organik yang
memiliki sifat yang baik untuk pembuatan film yang sangat efisien sebagai barrier terhadap oksigen dan hidrokarbon dan bersifat barrier terhadap uap air sehingga
dapat digunakan dengan penambahan lipid. Meskipun edible film tidak dapat mengganti secara total fungsi dari
pengemas sintetik, namun edible film memiliki potensi untuk mengurangi bahan pengemas sintetik. Edible film secara umum dapat di definisikan sebagai lapisan
tipis yang di buat dari bahan – bahan yang layak untuk di makan yang melapisi pada permukaan bahan yang di kemas
2.1.1. Pembuatan Edible Film
Film di definisikan sebagai lembaran fleksibel yang tidak berserat dan tidak mengandung bahan metalik dengan ketebalan kurang dari 0,01 inci atau 250
mikron. Film terbuat dari turunan selulosa dan sejumlah resin termoplastik. Film terdapat dalam bentuk roll, lembaran dan tabung. Kemasan film dapat di gunakan
sebagai pembungkus, kantong, tas, sampul, pengemas tembakau, kabel, tekstil, pupuk, pestisida, obat-obatan dan mentega. Terdapat beberapa jenis polisakarida
yang dapat di gunakan untuk membuat edible film antara lain selulosa dan turunannya, hasil ekstraksi rumput laut yaitu, karaginan, alginate, agar dan
furcellaran, exudates gum, kitosan gum, hasil fermentasi mikroba dan gum dari biji – bijian.
Lapisan atau film yang sesuai untuk produk buah-buahan segar adalah film dari polimer pektin karena bersifat permeabilitasnya yang selektif dari polimer
tersebut terhadap oksigen dan karbondioksida. Untuk memperkecil permeabilitas terhadap uap air maka dalam polimer sering di tambahkan asam lemak, pada
umumnya pembuatan edible film dari satu bahan memiliki sifat sebagai barrier atau mekanik yang baik, tetapi tidak untuk keduanya. Interaksi antara dua jenis
polimer sakarida membentuk jaringan yang kuat dengan sifat mekanis yang baik,
Universitas Sumatera Utara
tetapi tidak efisien sebagai penahan uap air karena bersifat hidrofil. Film dari lemak memiliki sifat penghambatan yang baik, tetapi mudah patah. Oleh karena
itu, dalam pembuatan edible film sering di tambahkan bahna yang bersifat hidrofob untuk memperbaiki sifat penghambatan barrier properties edible film.
Pembentukan edible film memerlukan sedikitnya satu komponen yang dapat membentuk sebuah matrik dengan kontinyuitas yang cukup dan kohesi yang
cukup. Derajat atau tingkat kohesi akan menghasilkan sifat mekanik dan penghambatan film.
Umumnya komponen yang digunakan berupa polimer dengan berat molekul yang tinggi. Struktur polimer rantai panjang di perlukan untuk
menghasilkan matrik film dengan kekuatan kohesif yang tepat. Kekutan kohesif film terkait dengan struktur dan kimia polimer, selain itu juga di pengaruhi oleh
terdapatnya bahan
aditif seperti
bahan pembentuk
ikatan silang
http:majarimagazine.com
2.2. Bahan bahan Kemasan Layak Makan
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintesis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang di inginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi dan ekstruksi. Menurut Erliza dan Sutedja 1987 plastik dapat di kelompokkan atas
dua tipe, yaitu thermoplastik dan thermoset. Thermoplastik plastik yang dapat di lunakkan berulang kali dengan menggunakan panas, antara lain polietilen,
polipropilen, polistiren dan polivinilklorida. Sedangkan termoset adalah plastik yang tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain phenol formaldehid dan
urea formaldehid. Pengunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan di banding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan,
transparan, kuat, termoplastis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2 dan Co2. Nurminah, M. 2002
Universitas Sumatera Utara
Kemasan merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan pada pangan yang telah di hasilkan baik dalam bentuk bungkusan maupun
menempatkan produk kedalam suatu wadah. Hal ini dimaksudkan agar produk dapat terhindar dari pencemaran senyawa kimia dan mikroba, kerusakan akibat
fisik geseran, getaran dan benturan, senyawa lingkungan oksigen, uap air dan gangguan binatang seperti serangga, sehingga mutu dan keamanan produk tetap
terjaga serta dapat disimpan dalam kurun waktu yang lebih lama. Agar berfungsi dengan benar sebagai pengemas idealnya pengemas harus
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya seperti, tidak beracun, dapat melindungi bahan dari kontaminasi biologi, mikroorganisme dan debu. Salah satu
jenis kemasan pangan adalah kemasan edibe. Kemasan ediblel adalah kemasan yang dapat ikut dikonsumsi, bersifat mewadahi dan memberi bentuk yang bersifat
melindungi bahan pangan dari kehilangan substansi yang mudah menguap volatil, reaksi antar substansi, penyerapan uap air dari udara dan reaksi
ketengikan oksidatif. Kemasan edible adalah suatu jenis bahan pengemas yang dapat di konsumsi dan digunakan untuk membungkus bahan pangan sehingga
bahan pangan secara umum terhindar dari penurunan atau penyimpangan mutu akibat pengaruh lingkungan, dalam jangka waktu tertentu. Ditinjau dari fungsi
pengemasan, kemasan edibel lebih berfungsi sebagai pelindung bahan pangan dari penyimpangan mutu, kemasan edible tidak mengenal migrasi komponen
berbahaya dan dapat memperbaiki kekurangan pengemasan sintesis Buletin BPOM RI, 2007.
2.3 Zat Aditif