Independensi Auditor TINJAUAN PUSTAKA

kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan, kecukupan dan Efektifitas manajemen resiko, pengendalian dan proses governance, biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan, penggunaan teknik-teknik Audit berbasis komputer dan teknik-teknik analisis lainnya. Menurut Mahrisa Kusumamelati 2008, audit internal yang kompeten dapat dilihat dari: a. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh audit internal merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang memadai dan pengalaman dibidang audit. b. Setiap orang yang menjadi seorang auditor internal diwajibkan untuk mengembangkan diri melalui peningkatan-peningkatan pengetahuan di bidang audit, akuntasi dan bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. c. Setiap staf audit internal diwajibkan untuk mengikuti pelatihan pendidikan keahlian dalam bidang audit internal.

D. Independensi Auditor

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 27 Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Pernyataan Standar Audit PSA No. 04 SA Seksi 220, standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak memihak kepada kepentingan siapapun, sebab sebagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan berpendapatnya. The Indonesian Institite of Corporate Governance IIGC dalam Forum for Good Corporate Governance 2001:8 menyebutkan bahwa independensi profesional adalah suatu bentuk sikap mental yang sulit untuk dapat dikendalikan karena berhubungan dengan integritas seseorang. Melakukan fit and proper test terhadap kandidat yang akan menduduki jabatan tertentu di perusahaan merupakan salah satu usaha mengetahui independensi profesional. Akan tetapi, integritas independensi seseorang lebih ditentukan oleh apa yang sebenarnya diyakininya dan dilaksanakannya dalam kenyataan in fact dan bukan oleh apa yang terlihat in appereance. Auditor Intern yang professional harus memiliki independensi objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi, serta melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga. Audit Intern harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Hanya dengan begitu Auditor Intern bisa disebut melaksanakan audit professional. 28 Seperti yang dikemukakan IIA 1999:97, sebagai berikut : “ Internal auditor should Be independent of the objective of the activities they audit. Internal auditors are independen when they carry out their work freely and objectively. Independence permits internal auditor to render to impartial and unbiased judgments and essential to the proper conduct of audits. It is achieved throught organization status and objectivity.” Independensi memungkinkan auditor internal dapat melakukan pekerjaan secara bebas dan objektif juga dapat membuat pertimbangan penting secara netral dan tidak menyimpang. Independensi dapat dicapai melalui status organisasi dan objektifitas. Menurut Hiro Tugiman 2003:16, status organisasi dan objektifitasnya harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu : a. Status Organisasi Status organisasi adalah kedudukam formal dalam organisasi secara keseluruhan. Status organisasi auditor internal haruslah memberikan keleluasaan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dan memberikan dukungan dari manajemen sehingga mereka dapat bekerjasama dengan pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain. Dalam melaksanakan audit agar pelaksanaan audit internal memadai maka seorang audit internal harus mempunyai independensi yang tinggi dan bertindak secara objektif. b. Objektifitas Objektifitas adalah sikap mental yang independen yang harus dikembangkan oleh auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaannya. Auditor tidak boleh menempatkan penilaian sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan secara lebih rendah dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain atau menilai sesuatu 29 berdasarkan penilaian orang lain. Para pemeriksa internal haruslah melakukan tugasnya secara objektif. Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Pernyataan Standar Audit PSA No. 04 SA Seksi 220, standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak memihak kepada kepentingan siapapun, sebab sebagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan berpendapatnya.

E. Good Corporate Governance GCG