BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Samsudin 2005, didalam penelitiannya yang berjudul “Mengapa Nasabah Memilih Menggunakan Jasa Bank Syariah ? Studi Kasus Pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Thamrin menyimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi keputusan nasabah untuk menabung di Bank Syariah Mandiri
adalah “faktor fasilitas dan pelayanan”. Di dalam penelitian tersebut, teknik analisis yang digunakan adalah analisis validitas dan reliabilitas, analisis
deskriptif, analisis faktor, dan analisis cross tabulation chi square, pada tingkat signifikansi α = 5. Samsudin telah melakukan penelitian tentang Mengapa
Nasabah Memilih Menggunakan Jasa Bank Syariah , yang intinya adalah faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi nasabah memilih jasa bank syariah. Hal ini
merupakan persamaan antara penelitian ini dan penelitian yang telah dilakukan oleh Samsudin Tetapi penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dalam metode
analisis data yang digunakan. Samsudin meneliti dengan menggunakan metode .analisis faktor, dan analisis cross tabulation chi square, pada tingkat signifikansi
α = 5. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dan uji hipotesis yang terdiri dari uji t, uji f, dan identifikasi determinan.
Pratama 2007 dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Untuk Menggunakan Jasa Bank Syariah”
menyimpulkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah adalah faktor promosi, dorongan
Universitas Sumatera Utara
dan sosialisasi. Dalam penelitian tersebut metode yang digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas, analisis deskriptif, dan analisis regresi linear
berganda. Pratama telah melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah memilih jasa bank syariah, hal ini merupakan
persamaan antara penelitian ini dan penelitian yang telah dilakukan oleh Pratama. Tetapi diantara kedua penelitian ini memiliki perbedaan yaitu faktor-faktor
sebagai variabel yang diteliti. Pratama meneliti itu menggunakan enam faktor sebagai variabel, yaitu Faktor Syariah, Fasilitas dan Pelayanan, Merek,
Manajemen dan Keamanan Dana Simpanan, Produk, Lokasi dan Tempat Gedung, Promosi, Dorongan, Sosialisasi. Sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan tiga variabel sebagai faktor , yaitu Faktor Syariah, Promosi, dan Kualitas Produk.
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Menurut ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lau lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Ensiklopedi Islam, 2000:231. Berdasrkan rumusan tersebut, Bank
Islam berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermu’amalh secara Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an
dan Sunnah. Sedangkan pengertian muamalh dapat di lihat dari penjelasan Syaikh
‘Abdul Wahhab Khallaf ketika beliau menjelaskan tentang pembagian hukum-
Universitas Sumatera Utara
hukum amaliyah berikut ini : “ dan hukum-hukum mu’amalah seperti perjanjian- perjanjian ‘Uqud, pengaturan-pengaturan Tasharrufat, hukuman-hukan
‘Uqubat, kejahatan-kejahatan Jinayat dan selainnya yang tidak termasuk ibadah, dan tujuan dari hukum-hukum mu’amalah ini adalah untuk mengatur
hubungan manusia dengan manusia, baik sebagai individu, kelompok ataupun masyarakat, maka hukum-hukum selain hukum ibadah di dalam istilah syar’i
disebut sebagai hukum mu’amalah, adapun di dalam istilah modern, hukum- hukum mu’amalah berjenis-jenis sesuai dengan apa yang berkaitan dengannya
dan apa ditujuannya, yaitu: 1.
Ahkam Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah 2.
Al-Ahkam Al-Madaniyyah 3.
Al-Ahkam Al-Jina’iyyah 4.
Al-Ahkam Al-Murafa’at 5.
Al-Ahkam Ad-Dusturiyyah 6.
Al-Ahkam Ad-Dauliyyah 7.
Al-Ahkam Al-Iqtishodiyyah Wal Maliyyah.” Khallaf, 2000:34 Adapun istilah Mu’amalah yang digunakn di sini adalah Al-Ahkam Al-
Madaniyyah yang didefinisikan sebagai “hukum-hukum yang berkaitan dengan mu’amalh individu-individu dan pertukaran-pertukaran yang mereka lakukan
seperti jual beli Bai’, persewaan dan perbirihan Ijarah, gadai Rahn, jaminan atau tanggungan kafalah, persekutuan syirkah, hutang piutang Mudayanah
dan kewajiban membayarnya. Dan tujuannya adalah mengatur hubungan individu- individu yang berkaitan denagn harta dan menjaga hak setiap individu”. Khallaf,
2000:34
Universitas Sumatera Utara
Bank syariah di dalam operasionalisasinya harus mengikuti dan berpedoman kepada praktek-praktek usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah
SAW, bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijtihad para ulama
cendikiawan muslim yang tidak menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Sumitro, 1997:6
2. Perbedaan Bank Syariah Dan Bank Konvensional
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat yang umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan sebagainya.
Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan
lingkungan kerja Antonio, 2001:29 2.1
Akad Dan Aspek Legalitas Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku
transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal- hal berikut ini :
Rukun Al-Jazairi, 2003:279 : 1.
Penjual, penjual haruslah punya hak kepemilikan atas barang yang dijualnya atau dia diizinkan oleh pemilik barang untuk menjualnya serta berakal dan
tidak bodoh. 2.
Pembeli, pembeli haruslah individu yang boleh bertransaksi, tidak bodoh, dan bukan anak kecil yang tidak diizinkan untuk bertransaksi.
Universitas Sumatera Utara
3. Barang, barang yang diperjualbelikan haruslah barang yang mubah, suci,
dapat diserahkan, dan diketahui oleh pembeli meski hanya sifatnya. 4.
Akad, yaitu ijab dan qabul dengan ucapan. 5.
KesepakatanRidho, tidak sah jual beli tanpa ridhosepakat dua belah pihak, berdasarkan sabda Rasulullah
:
“ Hanyalah jual beli itu dengan kesepakatan “. Diriwayatkan oleh Ibn Majah nomor 2185, dihasankan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi Minhajul
Muslim, 2003:279 dan dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani dalam kitab Irwaa-ul Ghalil no. 1283.
Syarat : Diantara beberapa syarat didalam transaksi sebagai berikut :
1. Syarat bagi subyek transaksi, disyaratkan subyek transaksi berakal dan
mumayyiz dapat membedakan, maka tidak sah transaksi yang dilakukan oleh orang gila, orang yang sedang mabuk, dan anak kecil yang belum mumayyiz.
2. Syarat bagi obyek transaksi, disyaratkan bagi obyek transaksi enam hal : suci
zatnya, memiliki manfaat, dimiliki oleh subyek transaksi, dapat diserahkan, diketahui kondisinya, wujud barang dimiliki. Sabiq, 2006:840-841,
diringkas. 22.
Lembaga Penyelesaian Sengketa Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah
terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesdaikannya
sesuai tata cara dan hukum materi syariah.
Universitas Sumatera Utara
Lembaga yang mengatur hukum dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalh Indonesia atau
BAMUI yang didirikan secara bersama oleh kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
2.3 Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat
membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan
produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat
Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini umtuk menjamn efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya
penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat
rekomendasi Dewan Syariah Nasional. 2.4. Bisnis Dan Usaha Yang Dibiayai
Pada industri perbankan syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan Syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin
membiyai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan. Sesuatu pembiayaan tidak akan disetujui oleh perbankan syariah
sebekum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai berikut: 1.
Status hukum obyek pembiayaan halal atau haram. 2.
Kemungkinan proyek tersebut menimbulkan mudharat bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Keterkaitan proyek dengan [erbuatan mesumasusila.
4. Keterkaitan proyek dengan perjudian
5. Keterkaitan industri senjata ilegal dan pengembangan senjata pemusnahan
massal 6.
Kemungkinan proyek tersebut merusak syiar islam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.5 Lingkungan Kerja Dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus
melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus skillfull dan profesional
fathanah, dan mampu melakukan tugas secara teamwork di mana informasi merata di seluruh fungsional organisasi tabligh. Demikian pula dalam hal
reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan
merupakan cerminan bahwa para karyawan bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang
terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga.
B. Pemasaran Bank
1. Pengertian Pemasaran, Jasa, Bank, dan Nasabah
1.1. Pengertian Pemasaran
a. Philip Kotler dan Gary Armstrong
Universitas Sumatera Utara
“Marketing is a social and managerial process by which individuals and group obtain what they need and want trough creating and exchanging
products and value with others”. Kotler Armstrong , 2001:6 b.
Warren J. Keegan “Marketing is the process of focusing the resources and objectives of an
organization on environtmental oppurtunities and needs”. Keegan, 2002:2
1.2. Pengertian Jasa
Tjiptono mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli pertamanya Tjiptono, 2003: 3
1. Intangibility tidak berwujud
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja
performance, atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para pelanggan, ketidakpastian dalam
pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian dilakukan.
Untuk jasa, kualitas apa dan bagaimana yang akan diterima konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa bersangkutan dikonsumsi.
2. Inseparability tidak dapat dipisahkan
Barang biasa diproduksi kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi
pada waktu dan tempat yang sama.
Universitas Sumatera Utara
3. Variabilit Heterogeneity Berubah-ubah
Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan dan
dimana jasa tersebut diproduksi dan konsumsinya yang cendrung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya.
4. Perishability Tidak tahan lama
Jasa tidak tahan lam dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dapat dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang
tidak dimanfaatkan akan berlalu begitu daja karena tidak bisa disimpan. 5.
Lack of Ownership Lack of Ownership merupakan perbedaan antara jasa dan barang. Pada
pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya, mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan dan menjualnya.
Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas misalnya kamar hotel,
bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan. 1.3. Pengertian Bank
Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana deri masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke[ada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. Kasmir, 2002: 12
Universitas Sumatera Utara
1.4 Pengertian Nasabah
Menurut Kamus Perbankan, nasabah adalah orang atau badan yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank. Saladin, 1994:7
2. Bauran Pemasaran Marketing Mix
Bauran Pemasaran merupakan alat bagi marketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu progran pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses. Bauran pemasaran pada produk barang yang kita kenal selama ini berbeda
dengan bauran pemasaran untuk produk jasa. Hal ini karena karakteristik jasa yang berbeda dengan barang. Bauran pemasaran untuk barang mencakup 4P :
Product, Price, Place, dan Promotion. Sedangkan untuk jasa, keempat hal tersebut masih dirasa kurang mencukupi. Para ahli pemasaran menambahkan tiga
unsur lagi : people, process, dan costumer service. Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa dimana produksi operasi hingga konsumsi merupakan suatu rangkaian
yang tidak dapat dipisahkan dan mengikutsertakan konsumen, pemasaran dan pemberi jasa secara langsung, dengan kata lain, terjadi interaksi langsung antara
keduanya meski tidak untuk semua jenis jasa. Sebagai suatu bauran, elemen- elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga bila salah satu tidak
tepat pengorganisasiannya akan mempengaruhi strategi pemasaran secara keseluruhan. Lupiyoadi, 2001:58
C. Model Prilaku Konsumen