PENGERTIAN TEMA Biwa Agrotourism Guest House: Green Architecture

60

BAB 3 ELABORASI TEMA

3.1 PENGERTIAN TEMA

Adapun tema yang diambil untuk diterapkan pada bangunan Biwa Agrotourism Guest House adalah Green Architecture . Istilah Green, berasal dari bahasa Inggris yang berarti hijau. Architecture berasal dari Arsitektur berakar dari bahasa Yunani 1 Arche : yang asli, yang utama, yang awal 2 Tektoon : sesuatu yang berdiri kokoh, tidak roboh, stabil, dsb. 3 Archetektoon : pembangun utama, tukang ahli bangunan yang utama. 2 Arsitektur memiliki pengertian sebagai : Ilmu yang mempelajari tentang lingkungan binaan, yang diperuntukkan bagi manusia sebagai penggunanya. Green Architecture adalah sebuah gerakan yang dilakukan dalam rangka menggunakan langkah-langkah yang berusaha semaksimal mungkin tidak merusak alam dan mengembalikan manusia ke dalam kehidupan yang nyaman serta sehat. Beberapa pemahaman akan green architecture dikembangkan oleh beberapa teori dan kritik sebagai berikut: a. Green Architecture oleh Brenda dan Robert Vale 1. Penghematan Energi Bangunan harusnya meminimalisasi penggunaan kebutuhan akan energy. 2. Bekerja dengan Iklim Bangunan harusnya didesain untuk bekerja dengan iklim dan sumber daya energi yang alami. 3. Menimimalisasi penggunaan sumber daya alam baru Bangunan harusnya didesain untuk meminimalisasi penggunaan sumberdaya alam baru dan menggunakan material ramah lingkungan. 4. Menghargai pengguna Green architecture menyadari pentingnya semua orang yang bersangkutan dengan bangunan tersebut. 5. Menghargai site Meminimalisasi perusakan site. 6. Holistik 2 Mangunwijaya, YB.1992. Wastu Citra. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. hal:327 Universitas Sumatera Utara 61 Semua prinsip green architecture membutuhkan mendekatan holistic kepada lingkungan pembangunan. b. Ecological Design oleh Sym Van der Ryn et.al. 1996:51 1. Solusi berawal dari tempat perancangan Sebuah desain ekologis berawal dari pengetahuan tentang tempat dimana bangunan akan dirancang. Respon tersebut berupa respon kepada kondisi lokal lahan dan penduduk lokal. Jika kita sensitif dengan nuansa tempat tersebut, kita dapat mendiami lingkungan tersebut tanpa harus merusak lingkungan. 2. Perhitungan Ekologis menginformasikan desain Jejak lingkungan mempengaruhi eksisting pada desain. Gunakan informasi-informasi lingkungan untuk menentukan kemungkinan desain yang paling ekologis di daerah tersebut. 3. Mendesain dengan alam Dengan bekerja pada proses kehidupan, kita menghargai semua spesies makhluk hidup. Melibatkan dalam proses yang meregenerasi daripada menganti secara keseluruhan, kita menjadi lebih hidup. 4. Semua orang adalah perancang Dengarkan setiap suara pada proses desain ini. Tidak ada yang merupakan partisipan saja atau perancang saja: semua orang adalah perancang dan partisipan. Hargai pengetahuan special yang setiap orang bawakan. Jika manusia bekerja bersama untuk merawat lingkungan mereka, mereka juga merawat diri mereka sendiri. 5. Membuat yang alami terlihat Lingkungan yang mengubah sifat lingkungan tersebut mengabaikan kebutuhan kita dan potensi kita untuk belajar. Membuat siklus dan proses alami membawa lingkungan yang didesain kembali hidup. Desain yang efektif membantu menginformasikan ke kita tentang kealamian lingkungan tersebut. Universitas Sumatera Utara 62 c. Ecological Design oleh Ken Yeang 1995:187 Desain ekologis adalah sebuah proses desain yang mana perancangnya meminimalisir efek yang merugikan dari produk desain dengan penuh pemahaman tentang ekosistem bumi,dan memberikan prioritas secara simultan untuk melanjutkan peminimalisasi efek merugikan tersebut. 1. Hemat energi • “Penurunan biaya sebagai hasil dari penurunan konsumsi energi dalam pengoperasian bangunan.” • “Penurunan konsumsi energi secara umum berasal dari penggunaan peralatan struktur pasif non mekanikal.” 2. Humanisme “Mempertinggi indera pengguna yang sesuai sambil mengingatkan mereka untuk sadar akan iklim eksternal dari daerah tersebut” 3. Estetika natural dan kebebasan ekspresi • “Sosial-ekonomi dan kondisi politik dapat berubah secara nyata dalam satu periode, seperti juga rasa visual dan estetika, yang dapat mempengaruhi iklim dan mengubah siklus.” • “Menyediakan dengan prinsip teori dari bentuk bangunan yang akan memperbolehkan kebebasan interpretasi dari desain.” • “Membentuk fasad bangunan yang berlapis. Hal tersebut juga mengurangi dampak dari wajah bangunan yang rata dank keras pada lingkungan eksternalnya dan menyediakan area shading pada bagian atas bangunan.” • “Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi keuntungan baru dari fitur desain.” 4. Integrasi vegetasi horizontal dan vertikal • “Dasar pemikiran awal adalah vegetasi merupakan aspek yang paling penting dari daerah tersebut dan seharusnya menjadi faktor desain yang penting, disamping menjadi aspek ekologisnya.” • “Vegetasi butuh diperkenalkan kepada lingkungan bangunan dalam keadaan yang sangat umum.” 5. Pengudaraan natural “Kreasi dari zona pengudaraan pada fasad bangunan, juga pada area transisi, area intersisi atau area pembuangan. Hal tersebut bisa merupakan bentuk atrim yang besar dengan ventilasi natural yang berasal dari louvered-covering, atau skycourt yang besar” Universitas Sumatera Utara 63 6. Tanggap orientasi matahari “Eksplorasi dalam lapisan dinding luar bangunan dari dalam ke luar lingkungan, dihubungkan melalui area transisi, menghadap ke concentrasi udara untuk desain dinding yang variable. Studi tentang dinding eksternal sebagai kulit yang bervariasi mengubah profil massa tergantung pada orientasi matahari.” d. Bioshelters oleh Nancy Jack Todd et.al. 1. Dunia ini adalah matriks dari semua desain. 2. Desain harusnya mengikuti, bukan melawan, hukum alam. 3. Keadilan biologis harus mengikuti desain. 4. Desain harus merefleksikan bioreionalitas. 5. Proyek harus didasarkan dalam penggunaan daur ulang sumber daya alam. 6. Desain harus berkelanjutan melalui integrasi sistem kehidupan. 7. Desain harus ikut berevolusi dengan alam. 8. Bangunan dan desain harus membantu menyehatkan planet 9. Desain harus mengikuti ekologi sacral. e. Green architecture oleh standar Leadership in Energy and Enviromental Design LEED: 1. Penggunaan pengembangan lahan berkelanjutan, jika mungkin, dapat menggunakan material-material dari bangunan yang telah dibangun dan memelihara lingkungan sekitar. Penggunan roof garden dan penanaman vegetasi di sekitar bangunan dan di dalam site sangat mendukung. 2. Penggunaan pendaur ulang air kotor air yang telah digunakan dan penginstalasian bangunan yang dapat menampung air hujan . penggunaan dan penyediaan air perlu dimonitari. 3. Efisiensi energi dapat ditingkatkan dengan cara yang bermacam-macam, contohnya, pengorientasi bangunan untuk mendapatkan keuntungan penuh dari perubahan musim dalam posisi matahari dan menggunakan alternatif energi seperti energi solar dan energi angin. 4. Pengunaan material yang didaur ulang yang tidak memerlukan energy yang banyak untuk membuatnya lagi. Selain itu, dapat juga menggunakan material lokal yang rendah polusi. 5. Pengkontrolan air indoor quality menggunakan fitur-fitur seperti pengkontrolan personal space, ventilasi, pengkontrol suhu, dan menggunaan material yang tidak mengandung gas beracun. Universitas Sumatera Utara 64 f. Menurut buku Green Architecture, terbitan Taschen, tahun 2005, standar dari bangunan eco-friendly adalah: 1. Bangunan yang lebih kecil 2. Penggunaan material daur ulang 3. Penggunaan material hemat energy 4. Penggunaan kayu hasil panen daerah sekitar untuk masa pembangunan dan furnishing dan menghindari kayu import 5. Menggunakan sistem penggunaan air alternative 6. Perawatan bangunan yang murah 7. Pendaur ulangan bangunan 8. Pengurangan bahan kimia perusak ozon 9. Pemeliharaan lingkungan sekitar 10. Efisiensi energy 11. Orientasi matahari 12. Akses ke transportasi publik

3.2 INTERPRETASI TEMA