Latar Belakang Masalah Sikap teologis pengurus MUI Kota Serang Banten terhadap agama-agama

2 sendiri pula. Sementara dalam hal agama, negeri ini pun menjadi bumi pertemuan agama-agama besar. Bahkan tidak hanya agama-agama besar, tetapi juga ratusan aliran kepercayaan. Dengan demikian, seperti di Kota Serang Banten tidak hanya Islam, Katolik, Protestan, Budha tetapi khonghucu pun ada dengan bangunan ibadah yang jaraknya berdekatan. Terlihat pluralitas dan heterogrnitas di Kota Serang ini merupakan hal yang sudah lama ada sejak kerajaan Islam di Banten berdiri, dan senantisa eksis sampai dewasa ini. Puralitas dan juga heterogenitas demikian bukan merupakan sesuatu hal yang harus dienyahkan dari muka bumi, tetapi kenyataan ini adalah sesuatu yang alami, yang dalam teologi Islam ilmu kalam dipandang sebagai sesuatu yang begitu harus adanya, karena hal demikian sudah menjadi sifat dasar makhluk, yakni keserbadaan. Sifat demikian, menurut teologi islam, merupakan antonim dari sifat kemahaesaan Tuhan, hanya Tuhan Yang Maha Esa, selain Dia adalah plural, sesuai dengan sifat dasarnya. Bagi masyarakat Kota Serang, pluralitas demikian merupakan kekayaan yang tiada ternilai harganya jika dapat dipelihara dengan baik, sehinga tidak menimbulkan ekses-ekses negatif. Jika kita merujuk pada aturan illahi atas alam semesta, niscaya tidak akan ada benturan satu sama lain. 2 Alam semesta yang ada di bawah aturan illahi berjalan demikian teratur, masing-masing berjalan di atas garis edarnya, sehinga tidak menimbulkan perbenturan. Oleh sebab itu, tugas manusia sebagai khalifah Allah tidak lain adalah bagaimana bisa memelihara keteraturan, dan juga membuat peraturan-peraturan lanjutan yang lebih jelas; lebih dari itu adalah memberikan pengertian yang dapat menumbuhkan kesadaran guna 2 Hasil Hasil interview dari berbagai elemen masyarakat yang dilakukan di Kota Serang secara objektif menjadikan pemeluk agama Islam, Budha, Konghucu dan Kristen untuk dijadikan sebagai objek kajian penelitian. 3 mengimplementasikan dalam memelihara keutuhan alam semesta dan lebih khusus lagi menyangkut masyarakat plural Kota Serang Banten. Agama merupakan kebenaran hakiki yang bersifat perennial, kebenarannya juga bersifat timeless istilah H. Smith. Agama adalah sesuatu yang absolut dan eternal, yang berbicara tentang nilai-nilai, arti, dan tujuan kehidupan, serta hal-hal yang berhubungan dengan kualitas spiritual spiritual quality seseorang. 3 Namun disayangkan, dalam perkembangan selanjutnya, agama yang seharusnya berperan sebagai kekuatan rohani seseorang terperangkap konflik pluralitas yang justru menjadi pendangkal kekuatan rohani itu sendiri. Agama yang seharusnya membawa dan menebarkan kedamaian justru menjadi sumber konflik yang berkepanjangan. 4 Sebelum tragedi Cikeusik, Provinsi Banten memang dinyatakan sebagai salah satu provinsi dengan tingkat kerukunan antar umat beragama yang tinggi. Ini terbukti dari dianugrahkannya provinsi ini Amal Bhakti oleh Kementerian Agama. Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah menegaskan selama ini pihaknya memang terus membangun kebersamaan dan kerukunan umat beragama sehingga tidak ada kejadian gangguan keamanan yang berkaitan dengan Suku Agama Ras dan antargolongan SARA. “Kerukunan umat beragama di Banten sudah 3 Pada hakikatnya manusia adalah makhluk spiritual dan rasional yang membutuhkan agama sebagai dasar dalam kehidupan mereka.Abdul A’la, “Pendidikan Agama Ziarah Spiritual Men uju Pluralisme”, dalam Melampaui Dialog Agama Jakarta, Buku Kompas, April 2002, h. 48 4 Wilson menyebut bahwa agama lebih berbahaya dari pada candu it’s much deadlier than opium, ini lebih parah dari ungkapan Karl Marx yang mengatakan bahwa agama adalah candu masyarakat karena agama bukan hanya membuat manusia mabuk atau tertidur, tetapi justru membuat manusia itu buas, egois, dan mau menang sendiri. Kenyataannya tidak ada konflik besar di dunia dengan korban yang banyak tanpa melibatkan agama. Lihat, Wilson, Againts Religion, Why We Should Try to Live Without It ?London: Chatto and Chardus, l992, h.1 4 terbangun sejak zaman kesultanan.Hal ini bisa dibuktikan dengan sejumlah bangunan tempat ibadah yang saling berdekatan,” kata Atut. Terkait tragedi Cikeusik beberapa tahun lalu, Ratu Atut mengaku kejadiannya berlangsung cepat dan tiba-tiba, sehingga mengagetkan berbagai kalangan yang telah berupaya menjalin kebersamaan dan menghindarkan segala tindak kekerasan. Sejumlah tokoh di Banten kemudian menggalakkan upaya-upaya pemahaman kepada warga agar mendahulukan upaya musyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan.Sosialisasi dan pemahaman terus digalakkan hingga ke seluruh kelurahan.“Intinya segenap elemen disini mengecam tindakan an arkis,” kata Lurah Cipocok Jaya TB. Hari Dakrita. Pemerintah Daerah bersama Majelis Ulama Indonesia MUI, Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB dan sejumlah pihak terkait, menyambungnya dengan upaya optimalisasi kordinasi dan komunikasi dalam pembinaan masyarakat. 5 Majelis Ulama Indonesia MUI mengartikan pluralisme agama sebagai sebuah paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dalam artian mempunyai jalan keselamatan bagi pemeluknya, dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif. Oleh sebab itu setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanyalah yang benar sedangkan yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk surga dan akan hidup berdampingandi dalam surga kelak. 6 Inti doktrinnya adalah untuk menghilangkan sifat eksklusif umatberagama. Artinya dengan paham ini umat Islamdiharapkan tidak lagi bersikap fanatik, merasa benar sendiri dan menganggap agama lain salah. Menurut John Hick, 5 www.issuu.comkomunika tanggal akses 20 Mei 2013. 6 Lihat; Adian Huasaini ;Pluralisme Agama Haram. Cet. 2005 bab I. h. 2. 5 tokoh pluralisme agama, diantara prinsip pluralisme agama menyatakan bahwa agama lain adalah sama-sama jalan yang benar menuju kebenaran yang sama Other religions are equally valid ways to the same truth. 7 Bertolak latar belakang masalah tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana impelementasi konsep plurslisme agama dalam relasi agama-agama di Kota Serang Banten.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sikap teologis pengurus MUI Kota Serang Banten terhadap agama-agama? 2. Bagaimana peranan MUI dan FKUB Kota Serang dalam memelihara kerukunan umat beragama?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana sikap teologis pegurus MUI Kota Serang Banten. 2. Mendeskripsikan bagaimana peran MUI dan FKUB Kota Serang dalam memeliiharaa kerukunan umat beragama. 7 Pendapat Hick ini telah diadopsi oleh sebagaian mahasiswa kita sehingga terjadilah justifikasi terhadap konsep pluralsme agama dengan menggunakan ayat-ayat Al- Quran. 6 Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah memperkaya kajian-kajian tentang sikap teologis seseorang dalam kerukunan umat beragama, dan juga untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya kajian tentang hubungan antar agama.

D. Tinjauan Pustaka

Studi tentang pluralisme agama pada dasarnya telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Ridho Mujtahidul, di dalam kayanya “Pluralisme Agama dalam Tafsir Al- Qur’an Modern Kajian Tafsir Al-Manar dan Fi Zilalil Qur’an” memfokuskan pembahasanya mengenai pluralisme agama dan respon terhadap pluralisme tersebut, peta paradigma tafsir Al- Qur’an modern serta pandangan tafsir Al- Manar and Fizilalil Qur’an yang menitikberatkaan pada sikap kehidupan beragama para pemeluk agama yang beragam di Indonesia. 8 Penulis lain, Kurniawan, dalam skripsi berjudul “Pluralisme dan Dialog Antar Agama Studi Atas Pemikiran Nurc holis Madjid” yang membahas tentang pluralisme menjadi faktor penting bagi dialog agama, serta pandangan Nurcholis Madjid mengenai pluralisme dan dialog antar agama. 9 Penulis lain, Syaifudin, “Pandangan Fazlur Rahman terhadap Pluralisme Agama ” yakni membahas tentang pandangan Fazlur Rahman tentang kebenaran 8 Ridho, Mujtahidul, Pluralisme Agama dalam Tafsir Al- Qur’an Modern Kajian Tafsir Al- Manar dan Fi Zilalil Qur’an, Yogyakarta: 2002, h. 13 9 Kurniawan, Pluralisme dan Dialog Antar Agama Studi Atas Pemikiran Nurkholis Madjid, skripsi. Universitas Islam Negri Sunan kali Jaga. Yogyakarta: 2003. h. 8