Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

101 Tabel 4.11 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant LN_SBIS .296 3.378 LN_INFLASI .573 1.746 LN_KURS .839 1.192 LN_JUB .411 2.435 a. Dependent Variable: LN_NAB Berdasarkan output pada Coefficient dalam Tabel 4.11 di atas, terlihat bahwa nilai Tolerance variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS sebesar 0,296, Inflasi sebesar 0,573, Kurs sebesar 0,839, dan Jumlah Uang Beredar JUB sebesar 0,411. Sedangkan nilai VIF variabel SBIS sebesar 3,378, Inflasi sebesar 1,746, Kurs sebesar 1,192, dan JUB sebesar 2,435. Dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala multikolinieritas, karena nilai Tolerance 0,10 dan nilai VIF 10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama konstan. Sebaliknya, jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama konstan maka disebut dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah yang homoskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas: 102 1 Analisis Grafik dengan Scatterplot Gambar 4.10 Scatterplot Sumber: data diolah Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.10 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 2 Metode Glejser Tabel 4.12 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -.792 3.812 -.208 .836 LN_SBIS -.253 .165 -.207 -1.528 .128 LN_INFLASI .055 .070 .076 .776 .439 LN_KURS -.017 .312 -.004 -.055 .956 LN_JUB .089 .172 .060 .517 .606 a. Dependent Variable: ABRES 103 Berdasarkan output pada Coefficient dalam Tabel 4.12 di atas, terlihat bahwa pada model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal ini karena nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha Sig. α. Nilai Sig. variabel SBIS terhadap absolut residual sebesar 0,128 0,05, nilai Sig. variabel Inflasi terhadap absolut residual sebesar 0,439 0,05, nilai Sig. variabel Kurs terhadap absolut residual sebesar 0,956 0,05, dan nilai Sig. variabel JUB terhadap absolut residual sebesar 0,606 0,05.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu times-series atau ruang cross section. Beberapa penyebab munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data times-series dalam analisis regresi adalah adanya kelembaman inertia artinya data observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang, kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan interdependence. Uji Durbin-Watson Uji D-W merupakan uji yang sangat populer untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi: 104 Tabel 4.13 Uji Durbin-Watson Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .627 a .393 .379 .56996 .166 a. Predictors: Constant, LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS b. Dependent Variable: LN_NAB Berdasarkan tabel 4.13 di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 0,166. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan n = 180 dan jumlah variabel independen k = 4 diperoleh nilai tabel dL lower = 1,7109 dan dU upper = 1,8017, sehingga nilai 4-dU sebesar 4 – 1,8017 = 2,1983 sedangkan nilai 4-dL sebesar 4 – 1,7109 = 2,2891. Oleh karena nilai DW = 0,166 berada di bawah dL = 1,7109 maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error SE dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan beberapa cara seperti di bawah ini Imam Ghozali, 2012:130: a. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d ρ = 1 - d = 1 – 0,166 = 0,917 2 2 b. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d ρ = n 2 1 – d2 + k 2 = 180 2 1 – 0,1662 + 4 2 = 0,918 n 2 – k 2 180 2 – 4 2 105 Langkah Analisis: 1. Dapatkan nilai lag satu residual Ut_1 dengan perintah Transform dan Compute. Isikan pada target variabel Ut_1 dan isikan pada kotak Numeric Expression LagRes_1. 2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, kemudian submenu Regression , lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel Res_1 Ut dan pada kotak independent isikan variabel Ut_1 Lag satu dari Ut. Abaikan yang lain dan pilih OK. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .002 .017 .136 .892 Ut_1 .918 .030 .917 30.559 .000 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ sebesar 0,918 yaitu nilai koefisien variabel Ut_1. Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut berbagai metode seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Metode Nilai ρ Durbin-Watson d 0,917 Theil-Nagar d 0,918 Cochrane-Orcutt Step 1 0,918 Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai yang hampir sama. Untuk itu penulis memilih metode Theil-Nagar d untuk mentransformasikan persamaan regresi. 106 Langkah Analisis: 1. Membentuk variabel LN_NABt, LN_SBISt, LN_INFLASIt, LN_KURSt, dan LN_JUBt dengan perintah Transform dan Compute . Pada kotak Target Variable diisikan LN_NABt, dan pada kotak Numeric Expression diisikan LN_NAB- 0,918LagLN_NAB. Lakukan hal yang sama untuk semua variabel X. 2. Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kemudian Regression, lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel LN_NABt, serta pada kotak independent isikan variabel LN_SBISt, LN_INFLASIt, LN_KURSt, dan LN_JUBt. 3. Pilih Statistik dan aktifkan Durbin-Watson untuk menguji apakah masih terjadi autokorelasi. Abaikan lainnya dan pilih OK. 4. Hasil output SPSS. Tabel 4.14 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .568 a .323 .308 .22204 1.944 a. Predictors: Constant, LN_JUBt, LN_KURSt, LN_SBISt, LN_INFLASIt b. Dependent Variable: LN_NABt Membandingkan hasil regresi persamaan awal sebelum dilakukan pengobatan dan hasil regresi setelah dilakukan pengobatan ternyata dapat dibandingkan comparable. Perbedaan tersebut terletak pada 107 nilai Durbin-Watson. Pada persamaan awal nilai Durbin-Watson sebesar 0,166 dan terjadi autokorelasi positif, sedangkan dengan persamaan regresi setelah dilakukan pengobatan nilai Durbin-Watson menjadi sebesar 1,944. Karena nilai Durbin-Watson 1,944 terletak antara dU dengan 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut sudah tidak mengandung masalah autokorelasi.

2. Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh risiko infasi dan nilai tukar terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada reksa dana syariah studi pada PT. Danareksa Investment Management Tahun 2007- 2012

2 7 121

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

10 32 105

ANALISIS PENGARUH INFLASI , BANK INDONESIA RATE , NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH DANAREKSA SYARIAH BERIMBANG : PERIODE Analisis Pengaruh Inflasi , Bank Indonesia Rate , Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah B

0 1 14

ANALISIS PENGARUH INFLASI , BANK INDONESIA RATE , NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH DANAREKSA SYARIAH Analisis Pengaruh Inflasi , Bank Indonesia Rate , Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang : Periode J

1 1 20

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 1 12

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 2

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 11

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 31

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 3 3

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 6