Wajib Hukum Khitan Perempuan dan Dalilnya

sama Abu Abdullah berkata, “Ibnu Abbas sangat menekankan masalah khitan ini. Sampai-sampai dia b erkata, „Dalil yang menjadi landasan wajibnya adalah, bahwa menutup aurat itu wajib ‟. Dengan alasan yang sama seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Suraij di atas. Khitan juga merupakan syiar kaum muslimin. Dengan demikian, maka ia adalah wajib, sebagaimana syiar-syiar yang lain. Khitan juga disyariatkan untuk kaum perempuan .” 34 Sabda Nabi Muhammad Saw. kepada seorang laki-laki yang baru saja masuk Islam. Khitan wajib bagi laki-laki dan perempuan. Karena itu merupakan ciri ke-Islaman. Nabi Saw. berkata kepada laki-laki yang baru memeluk Islam. 35 ġْيÈا ĝع Çْيėك ĝÈ ęيثع ĝع ÌْåÉْخا : ĔÅق جْيåج ĝÈا ĝع ىĖا ءÅج ġĞا Ġáج ĝع Ĥ ġيėع َ ىėص يÉğĖا ĔÅقف ęėس ْقėْحا Ĕْĥقي åْفēْĖا åْعش كْğع قْĖا : ĔÅق Íْěėْسا áق : áěحا ĠاĤر àĤاà ĥÈا Ĥ 6 Dari Ibnu Juraij, ia berkata, “Aku diberitahu oleh Utsaim bin Kulaib dari ayahnya dari kakeknya, bahwasanya ia datang kepada Nabi saw lalu berkata, „Aku telah memeluk Islam.‟ Maka Nabi Saw bersabda: “Buanglah rambut darimu rambut kekufuran, Ia mengatakan „Cukurlah‟”HR.Ahmad dan Abu Daud 37 Dan dalam redaksi lain sabda Nabi saw: 34 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Edisi Indonesia: Fath al- Bȃrȋ, h.762. 35 Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al- Wajiz: Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Tim Tashfiyah LIPIA Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2001 cet. ke-2, h. 31. 36 Muhammad Syams al-Haq al- „Azîm al-Abadi, „Aun al-Ma‟bûd Syarh Sunan Abî Dâwûd, Beirȗt: Dȃr al-Kutub al-I‟lmiyah, 1998, Jilid 2, h. 325; dan Imȃm Baihaqȋ, Al-Sunan al-Baihaqȋ, Jilid 1,Mak kah:Maktabah Dȃr al-Bȃz,1994 h. 172. 37 Al-Imam Al-Syaukani, Ringkasan Nail al- Autar, Jakarta: Pustaka Azzam, 2011 cet. ke-2, h. 90. ĔÅق Ĝا ġعĚåخا يĞåÉخا: ęص يÉğĖا åْفēĖا åْعش كْğع قْĖا :åخَ ĔÅق ĝÏÏْخاĤ ĠاĤر Ĥ àĤاàĥÈاĤ áěحا يقģيÉĖا 8 Juraij berkata: Dan aku diberitahu oleh orang lain yang bersama dia bahwa Nabi Saw. bersabda kepada orang lain: ”Buanglah dari padamu rambut kekufuran dan berkhitanlah ” HR.Ahmad, Abu Daud, Baihaqi 39 Menurut Imam Syafi‟i bahwasanya hadis di atas tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Artinya, khitan bagi laki-laki dan perempuan diwajibkan. 40 Demikian juga hadis yang berbunyi: س à ËïئÅع ĕ ĝع ÍĖÅقف ĝيĞÅÏßĖا ءÅقÏĖا ËïئÅع : ĔÅق ð َ Ĕĥسر Ę : Ĥ ْáقف ĜÅĞÅÏßْĖا ىقÏْĖا اâا ĕْسغْĖا Çج ĨãĚåÏĖا Ĥ ĨرÅßÉĖا ĠاĤر 41 Ketika dua khitan bertemu maka diwajibkan mandi.HR. Bukhori, Tirmidzi 42 Di dalam kitab Manarus Sabil, menurut Ibrahim Dhawayan hadis tersebut mengindikasikan bahwa kaum wanita dulu berkhitan. Ahmad berkata, „Ibnu Abbas bersikap keras dalam masalah ini sampai diriwayatkan darinya bahwa haji dan shalatnya orang yang tidak berkhitan tidak sah‟.” 43 38 al-Hafizal- Jalȋl ibn Bakr Ahmad ibn al-Husain ibn Ali al-Baihaqȋ, al-Sunan al-Kubra, h. 323. 39 Al-Imam Al-Syaukani, Terjemahan Nailal-Autar , penterjemah Mu‟ammal Hamidy,dkk Surabaya: PT.Bina Ilmu,t.th h. 99. 40 Setiawan Budi Utomo, Fikih Aktual, h. 304. 41 Sahihal- Bukhȃrȋ, jilid 1, bȃb idzȃ iltaqaa al-khitanȃni, h. 111; Syaikh Syamsuddin Muhammad ibn al-Khatnib As-Syarbani, Kitȃb Mughnȋ al-Muhtaj, bȃb Ghusl, Bairȗt: Dȃr al- Ma‟rifah, h.117; Musnad Imam As-Syȃfi‟ȋ 137 dalam Abȋ Muhammad Husain Mas‟ud Al-Baghwi, Syarh Al-Sunnah , Jilid 1, Bairȗt:Dȃr al-Kutub Al-I‟lmiyyah. 42 Sunan Al- Tirmȋdzȋ Kitab Al-Jamȋ‟ Al-Sahih, h. 182 dan imam-imam lain. Hadist ini shahih. 43 Ibrȃhȋm bin Sȃlim Dawayȃn, Manarus Sabil fi Syarhid Dalil,h.30. Syaikh Abu Asybal Zuhairi sebagaimana dikatakan oleh Maryam Ibrahim Hindi berkata, ”Dua khitan adalah letak khitan yang dimiliki laki-laki dan perempuan ”. Bila maknanya tidak demikian, tentunya beliau bersabda, „Apabila khitan laki-laki bertemu dengan farji perempuan, maka mandi telah menjadi wajib.‟ Ungkapan dua khitan ini mengindikasikan bahwa khitan disyariatkan bagi laki-laki dan perempuan. 44 È ĜÅÏßْĖا ČçْĖا Ĥ عÈْرَا ÅģÉعش ĝْيÈ áعق اâا ĔÅق ęėس Ĥ ġيėع َ ىėص يÉğĖا Ĝا ÊåْيåĢ يÈا ĝع ْáقف ĜÅÏßْĖÅ ĕْسغْĖا ÇجĤ àĤاàĥÈا ĠاĤر 45 Dari Abȗ Hurairah, Rasulallah bersabda: jika sudah bersatu keempat paha, dan bersentuhan dua barang yang dikhitan, maka sudah jatuh kewajiban mandi. lafaz ini adalah riwayat Abu Daud. Riwayat dan sanad hadis ini bahwasanya hadis ini diriwayatkan oleh al- Bukhari , Muslim, Abȗ Daud, Ahmad, al-Darimi, Ibn Majah, al-Nasa‟i dan lain- lain dari Abȗ Hurairah dengan lafaz yang berbeda. Berikut perinciannya: Lafaz al-Bukhari: 46 :ĔÅق ęėس Ĥ ġيėع َ ىėص يÉğĖا ĝع ÊåيåĢ يÈا ĝع ęث عÈْرَْا ÅģÉعش ĝْيÈ éėج اâا ÇجĤ ْáقف ÅĢáģج ĕْسغْĖا ĨرÅßÉĖا ĠاĤر Lafaz Muslim: 47 َÅق ęėس Ĥ ġيėع َ ىėص يÉğĖا ĝع ÊåيåĢ يÈا ĝع ġْيėع ÇجĤ ْáقف ÅĢáģج ęث عÈْرَْا ÅģÉعش ĝْيÈ éėج اâ ĕْسغْĖا ęėسĚ ĠاĤر 44 Maryam Ibrahim Hindi, Misteri Di Balik Khitan Wanita, h. 29. 45 Imam Sulaiman bin Asy‟ats As-Sijistani Al-Azdi, al-Sunan Abȋ Dȃwud, hadis no. 186. 46 Al-Hafiz al- Bukhȃrȋ, Sahih al- Bukhȃrȋ, hadis no. 291, h. 111 47 Muslim, al-Sahih, hadis no. 525 dan 526; Syaikh Al-Albani, Silsilah al-Ah ȃdits al-Sahihah, jilid 5, Riyȃd:Maktabah al-Ma‟ȃrif, 1995 h. 96 Lafaz riwayat „Aisyah: Dalam Sunan al-Tirmidzȋ: 48 ËïئÅع ْĝع ĔÅق ÍĖÅق ĕْسغĖا ÇجĤ ْáقف ĜÅÏßْĖا æĤÅج اâا ęėس Ĥ ġيėع َ ىėص يÉğĖا ĨãيĚåÏĖا ĠاĤر Jika hadis di atas lafaz Abȗ Daud dari Abȗ Hurairah dan al-Tirmidzȋ dari „Aisyah diartikan secara harfiah, maka hal itu menunjukan bahwa perempuan- perempuan muslimah adalah dikhitan. 49 Hadis-hadis tersebut berlaku umum, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Bahkan Nabi Muhammad Saw. membenarkan praktik khitan yang dilakukan terhadap perempuan pada zamannya. Beliau bersabda “Apabila kalian melakukan khitan terhadap anak perempuan, maka potonglah ujungnya dan jangan berlebihan. Sesungguhnya hal itu lebih menyenangkan baginya dan lebih membahagiakan bagi suaminya. 50 Khitan bagi anak perempuan menurut kaum salaf juga hukumnya wajib sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad. 51 ÌÅğÈ Ĝا ġÎåÉخا Ëěقėع Ęا Ĝا ġثáح اًåْيēÈ ĜاĤåěع يĞåÉخا : ĔÅق ÇĢĤ ĝÈا يĞåÉخا :ĔÅق غÉصا Åğثáح :ËïئÅعĖ ĕيقف ĝÏخ ËïÃĖÅع يخا Ìåěف ĝĢÅÎÅف Ĩáع ىĖا ÍėسرÅف ىėÈ :ÍĖÅق ؟ĝģيģėي ĝĚ ĝģĖ ĥعáĞ َا 48 Imam Al- Tirmidzȋ, Al-Jami‟ al- Sahih, hadis no.109 Beirȗt: Dȃr al-Fikr, 1980, h. 182. 49 Ahmad Lutfi Fathullah, Fiqh Khitan Perempuan, h. 33. 50 I‟anah al-Tȃlibȋn, jilid 4 Beirȗt: Dȃr al-Fikr h. 198 dalam Keputusan Fatwa MUI Nomor 9A Tahun 2008. 51 Al-Adab al-Mufrad, no. 1247, sebagaimana yang tercantum dalam Silsilah al- Ahȃdȋts Sahihah, karya al- Albȃni, jilid 2, h.348, Ketika mentakhrij hadits no. 722, al-Albȃni mengatakan, “Sanadnya tak menutup kemungkinan hasan. Para perawinya tsiqah, selain Ummu „Alqamah. Namanya adalah Marjanah. Ia ditsiqahkan oleh Ajali dan Ibnu Hibban, serta para perawi tsiqah telah meriwayatkan darinya.” ف ËïÃĖÅع ÅÈåø ġسار ĐåحيĤ ىğغÏي ġÎاåف ÍيÉĖا ي - åيثك åعش اâ ĜÅكĤ - Ġĥجåخا Åطيش فا :ÍĖÅقف Ġĥجåخا ĨرÅßÉĖا ĠاĤر 17 Dari Ummi „Alqamah bahwasanya keponakan-keponakan perempuan Aisyah ra. telah dikhitan, lalu ditanyakanlah kepada Aisyah, “Tidakkah sebaiknya kita carikan untuk mereka orang yang bisa menghibur mereka?”Aisyah menjawab, “Baiklah”. Aisyah lantas mengutus seseorang pada Adi dan si Adi pun mendatangi mereka. Ketika berjalan di rumah dan melihat Adi bernyanyi- nyanyi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan jingkrak-jingkrak – dan rambutnya panjang- Aisyah pun langsung berseru “O, Setan Usir dia, usir dia”HR. Bukhori. Demikianlah sikap Asiyah ra, salah seorang faqih golongan sahabat. Dengan kedalaman ilmu yang dimilikinya, ia pun mengakui dan menetapkan khitan bagi anak perempuan. 53

2. Sunnah

Sebagaimana dikatakan oleh T.M. Hasybi Ash-Siddieqi: “Kata Abȗ H anȋfah, Malik dan Murtada: “khitan itu, disunahkan atas lelaki dan atas perempuan” dalam buku ini ditegaskan bahwa hadis yang menegaskan kewajiban khitan , tidak ada. Sehingga ditetapkan bahwa khitan itu dihukumi suatu sunnah. 54 Menurut Imam Malik dan sejumlah ulama, hukum khitan adalah sunnah. 55 Dengan argumen dari hadist Abu Hurairah ra. bahwa Rasulallah saw bersabda: ÊåيåĢ يÈا ĝع éْěخ ÊåْطفْĖا ĜÅÏßْĖا ñقĤ àاáْحÏْسَاĤ ÆرŀïĖا ęيėْقÎĤ øÅÈَا فْÏĞĤرÅفْü ْْا ġيėع قفÏĚ 16 52 Imam Hafiz Muhammad ibn Ismȃ‟il al-Bukhȃrȋ, Al-Adab Al-Mufrad, hadis nomor 1247, h. 364. 53 Wahid Abdus Salam Bali, 474 Ibadah Salah Kaprah, Jakarta: Penerbit Amzah, 2006 h. 87-88. 54 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqah Islam, Kelantang: Pustaka Aman Press SDN BHD 1987 cet. ke-2, h. 362. 55 Syaikh Ahmad Imad Zaki Al-Burudi, Edisi Indonesia: Tafsir Wanita, Penerjemah Samson Rahman Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004 cet. ke-1, h. 33. Fitrah itu ada lima perkara: Khitan, mencukur rambut kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak Muttafaq alaih 57 Hadis ini diriwayatkan oleh al- Bukhari, Muslim, Abȗ Daud, al-Tirmidzȋ, al- Nasa‟i, Ibn Majah, Ahmad dan masih banyak lagi perawi lain, semuanya al- Zuhri dari Sa‟id ibn Musayyab dari sahabat Abȗ Hurairah dari Rasulallah Saw. dengan beberapa lafaz yang berbeda. 58 Sedangkan Malik meriwayatkannya dan Abȗ Sa‟ad al-Maqburi dari bapaknya Kisaan dari Abȗ Hurairah dari Rasulallah Saw. juga dengan beberapa versi lafaz seperti terurai di bawah ini sesuai dengan perawinya. a Lafaz al-Bukhori : Terdapat 3 lafaz yang diriwayatkan oleh Bukhori salah satunya yaitu: يėعÅğث€áح Åğث€áح ĜÅيْفس ĔÅق ĨǻْçĖا ْĝعÅğث€áح áيعس ĝْÈ Ç€يسěْĖا ْĝع يÈأ ÊåْيåĢ ًËياĤر ÊåْطفْĖا éْěخ éْěخْĤأ ْĝĚ ÊåْطفْĖا ĜÅÏßْĖا àاáْحÏْسَاĤ فْÏĞĤ ùْÈ ْْا ęيėْقÎĤ رÅفْü ْْا ñقĤ ÆرŀïĖا ĨرÅßÉĖا : ÆÅÏك èÅÉėĖا . ÆÅÈ ñق ÆرÅïĖا 19 Riwayat dari Abû Hurairah: Ada lima hal yang temasuk fitrah, yaitu: Khitan, mencukur bulu yang ada di sekitar kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, menggunting kumis.HR.Bukhori. 56 Al-B ukhȃrȋ, al-Sahih, hadis no. 5889; Muslim, al-Sahih, h. 152-153; Abu Dȃwud, al-Sunan, jilid 4,hadis no. 4198, h. 265; al-Tirmidzi, al-Sunan, hadis no. 2756, h.91; al- Nasa‟i, al-Sunan, hadis no. 9, 10, 11, h. 20-21. 57 Syaikh Muhammad As-Sayyid Asy-Syinnawi, Bahaya Tidak Mengkhitankan Wanita, Penerjemah Nashirul Haq, Jakarta: Penerbit Mustaqiim, 2003 cet. ke-1, h. 80. 58 Al-B ukhȃrȋ, al-Sahih, hadis no. 5889; Muslim, al-Sahih, h. 152-153; Abu Dȃwud, al-Sunan, jilid 4,hadis no. 4198, h. 265; al-Tirmidzi, al-Sunan, hadis no. 2756, h.91; al- Nasa‟i, al-Sunan, hadis no. 9, 10, 11, h. 20-21. 59 Abi Abdillah Muhammad ibn Ismȃ‟il Al-Bukhȃri, Al-Jamȋ‟ Al-Sahih, jilid 4, Bab Qassu Al- Syȃrib, hadis no. 5889, Al-Matba‟ah Al-Salafiyah h. 72. Hadis riwayat Imam Bukhari di atas mauqûf, hanya sampai perawi Ab ȗ Hurairah. Akan tetapi ke-mauquf-an riwayat Imam Bukhari tertutupi dengan riwayat Imam Muslim di bawah ini yang menunjukkan bahwa hadis tersebut marfu ‟. b Lafaz Muslim : Åğث€áح ĝْÈåْēÈĥÈأ يÈأ ËÉْيش ĝْÈåْيĢæĤáقŀğĖاĤ åْěعĤ Æْåح ْĝعÅًعيěج ĜÅيْفس ĔÅق ĝْÈاÅğث€áحåْēÈĥÈأ ْĝعËğْييع ‚ĨǻْçĖا ْĝع áيعس ĝْÈ Ç€يسěْĖا ْĝع يÈأ ÊåْيåĢ ْĝع ‚يɀğĖا ى€ėص €َ ġْيėع ę€ėسĤ ĔÅق ÊåْطفْĖا éْěخ éْěخْĤأ ْĝĚ ÊåْطفْĖا ĜÅÏßْĖا àاáْحÏْسَاĤ ęيėْقÎĤ فْÏĞĤرÅفْü ْْا ùÈ ْْا ñقĤ ÆرŀïĖا ęėسĚ : ÆÅÏك ĠرÅģطĖا . ÆÅÈ ĔÅصخ ÊåطفĖا 6 Riwayat dari Abu Hurairah: Ada lima hal yang temasuk fitrah, yaitu: Khitan, mencukur bulu yang ada di sekitar kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, menggunting kumis HR.Muslim c Lafaz Riwayat Al-Nasa‟i: ْĝع يÈأ ÊåْيåĢ ْĝع ‚يɀğĖا ى€ėص €َ ġْيėع ę€ėسĤ ĔÅق : éْěخ ْĝĚ ÊåْطفْĖا ĜÅÏßْĖا ËĞÅعĖا قْėحĤ فْÏĞĤ ùÈ ْْا ęيėْقÎĤ رÅفْü ْْا ĠاĤر ÆرÅïĖا ãخاĤ ÀÅسğĖا 61 Hadis di atas tidak memerlukan pembahasan dari status hadis dan hukum pengamalannya, karena sudah dipastikan marfu‟ disandarkan kepada Rasulullah Saw., muttasil sanadnya bersambung sampai ke Rasulullah saw. dan sahih kualitas seluruh periwayat tidak bermasalah, berarti hadis tersebut maqbul dapat diterima. Jadi Hukum hadis ini sahih mengikut kaedah ilmu hadis. Sedangkan 60 Muslim, Sahih Muslim Syarh al- nawawȋ , Bab Khamsu min al-Fitrah, Dȃr al-Ihya li al- Turats al- „Arabi, 1972 h. 152-153 61 Al-Hafiz al- Nasȃi, Sunan al-Nasȃi, Jilid 1, Bab Kitȃb al-Taharah, hadis no. 9, 10, dan 11, Beirȗt: Dȃral-Fikr cet ke-1, h. 20-21. perbedaan lafaz di atas hanya mendahulukan satu jenis dari yang lainnya, tanpa ada yang terbuang atau adanya unsur tambahan. Beberapa hadis di atas adalah riwayat dengan makna. Karena itu, hal tersebut tidak mengurangi keshahihan hadis ini. Hadis di atas dijadikan argument bahwa hukum khitan bagi perempuan itu sunnah dengan alasan bahwa khitan dalam hadis tersebut disebut bersamaan dengan amalan-amalan yang status hukumnya adalah sunnah, seperti memotong kumis, memotong kuku dan seterusnya, sehingga khitan juga dihukumi sunnah seperti amalan fitrah yang lainnya. Dan fitrah ini ada yang memaknai bahwa fitrah artinya sunnah, kebiasaan baik. Hal ini akan berarti bahwa kelima hal yang diungkapkan adalah hanya berupa kebiasaan baik yang disarankan agama. Dampaknya, hukum khitan baik untuk laki-laki dan perempuan hukumnya adalah sunnah. Dan bahwasanya bentuk sighah-nyapun menggunakan bentuk umum, karena itu perempuan termasuk yang diperintahkan. Alasannya fitrah atau agama dengan ajarannya, bukan hanya ditujukan kepada kaum lelaki namun juga kaum perempuan. 62

3. Mubah

Menurut madzab Hanafi dan Hanbali, khitan bagi perempuan hanya merupakan suatu kehormatan atau kemuliaan. 63 Sehingga khitan bagi kaum 62 Ahmad Lutfi Fathullah, Fiqh Khitan Perempuan. h. 14-15. 63 Setiawan Budi Utomo, Fikih Aktual, h. 304.