4
Dengan demikian keberatan yang dikemukakan dari berbagai kalangan seperti terhadap pelaksanaan khitan perempuan tidak pada tempatnya bila hal itu dilakukan
dalam rangka kemaslahatan yang lebih besar dengan memberikan kemuliaan bagi kaum perempuan melalui kontrol dan penyaluran libidonya.
12
Dan perlu diketahui bahwa Nabi tidak pernah menginginkan pelaksanaan khitan yang menyiksa perempuan. Justru meluruskan tradisi Female Genital
Mutilation FGM yang terjadi pada masyarakat Arab pada waktu itu.
13
Pemahaman terhadap teks-teks keagamaan yang bersifat diskriminatif dan patriarkhis terhadap agama Islam tidaklah dapat dibenarkan, karena pandangan
seperti ini memberikan pandangan yang kontradiktif dengan visi kesetaraan dan kemuliaan manusia. Kontradiksi terhadap kalam Tuhan dan atau ucapan-ucapan Nabi
ini pastilah tidak boleh terjadi. Apa yang datang dari Tuhan pastilah tidak ada yang salah sebagaimana terdapat pada firman Allah Swt. dalam surat Fushilat ayat 42.
14
Pemerintah Indonesia sendiri mengambil kebijakan WHO untuk tidak membolehkan adanya ketentuan khitan bagi perempuan karena dinilai bertentangan
dengan HAM. Ini dibuktikan dengan terbitnya Surat Edaran Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan, pada 20 April 2006 tentang Larangan
Medikalisasi Sunat Perempuan.
12
Setiawan Budi Utomo, Fikih Aktual, h. 306.
13
Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua, h. 57.
14
Abuddin Nata, ed, Kajian Tematik Al- Qur’an Tentang Fiqih dan Ibadah, Bandung:
Penerbit Angkasa, 2008, cet. ke-1, h.303-304.
5
Namun pemerintah juga tidak bisa langsung melarang kaum muslimin sebab kenyataannya ketentuan khitan bagi perempuan tetap berjalan di masyarakat malah
diyakini sebagai kewajiban minimal sunah Nabi Muhammad Saw. sehingga beredar fatwa MUI tentang dibolehkannya khitan bagi perempuan pada tahun 2008 untuk
menjawab persoalan khitan ini asalkan sesuai dengan standar kesehatan dan medis. Tentunya hal ini bertentangan dengan surat Edaran Depkes yang justru melarang
praktik khitan perempuan. Hal inilah yang menjadi tumpang tindih peraturan di Indonesia akan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Dan tidak lama kemudian
pada tahun 2010 kementrian kesehatan mengeluarkan suatu peraturan yaitu PERMENKES Nomor 1636 Tahun 2010 Tentang Sunat Perempuan, yang
didalamnya berisikan petunjuk ahli medis dalam melakukan tindakan khitan perempuan dan legalitas kewenangan bagi ahli medis untuk melakukan tindakan
khitan perempuan apabila diminta oleh pasien orang tua bagi anak yang akan dikhitan. Hal inilah yang menyulut kembali kontroversi akan masalah khitan
perempuan bagi pihak yang kontra dan memandang Permenkes itu sebagai kebijakan yang membuka peluang dan otoritas bagi tenaga medis untuk melakukan layanan
khitan perempuan dan sebagai bentuk legalitas khitan perempuan di Indonesia. Lalu bagaimana dengan sikap masyarakat dalam menghadapi problema
tentang khitan perempuan itu, yang mana tidak jarang masyarakat yang masih tetap mempertahankan perintah Rasulullah yaitu mengkhitan anak perempuannya baik
dengan konsep tradisi, kesehatan, perintah agama atau hanya sekedar menjalankan sunnah Rasul. Lalu apa yang membuat masyarakat di sebagian daerah di Indonesia
6
tetap melanggengkan ajaran khitan ini. Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk menulis sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul
“PERSEPSI DAN TRADISI KHITAN PEREMPUAN DI MASYARAKAT PASIR BUAH :
PENDEKATAN HUKUM ISLAM ”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka perlu diadakannya suatu penelitian yang komprehensif terhadap ajaran khitan perempuan dalam
masyarakat di Indonesia. Studi ini difokuskan pada kajian hukum Islam memandang persepsi masyarakat dalam menjalankan ajaran khitan perempuan khususnya pada
masyarakat di kampung Pasir Buah, Karawang Barat.
2. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian latar belakang yang tertera di atas, penulis rumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, diantaranya yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan khitan perempuan di masyarakat kampung Pasir Buah,
Karawang? 2.
Bagaimana persepsi masyarakat di kampung Pasir Buah, Karawang terhadap khitan perempuan dengan pendekatan hukum Islam?
3. Apakah dasar legitimasi diberlakukannya khitan perempuan di Indonesia
ditinjau dari Putusan Majelis Ulama Indonesia Nomor 9A Tahun 2008 dan Terbitnya Permenkes RI No.1636MENKESPERXI2010 tentang Sunat
Perempuan?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Untuk mengetahui pelaksanaan khitan perempuan pada masyarakat di kampung Pasir Buah, Karawang.
b. Untuk mengetahui persepsi masyarakat kampung Pasir Buah di Karawang
terhadap khitan perempuan menggunakan pendekatan hukum Islam. c.
Untuk mengetahui peraturan yang mengesahkan atau membenarkan bahwa praktik khitan perempuan masih dapat diberlakukan di Indonesia.
d. Menemukan fakta yang menjadi alasan seseorang melakukan khitan perempuan
terhadap anaknya.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah; a.
Mengungkap persepsi masyarakat terhadap khitan perempuan yang masih menjalankan ajaran khitan perempuan di zaman sekarang terkait dengan
tinjauan hukum Islam, dengan menganalisis pendapat para ahli hukum Islam, pandangan juru khitan dan ahli medis, dan pandangan masyarakat terkait
dengan khitan perempuan.
b. Sebagai wujud kontribusi positif penulis terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya pada kaitannya dengan praktik khitan perempuan di Indonesia dilihat dari aspek keagamaan dan aspek yuridis peraturan di
Indonesia.
8
c. Memberikan saatu karya ilmiah yang bermanfaat bagi civitas akademika
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
d. Dapat dijadikan rujukan bagi masyarakat secara umum dalam memahami lebih
mendalam mengenai khitan perempuan.
e. Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan pola pikir kritis dan dinamis
bagi penulis serta semua pihak dalam menyikapi masalah khitan perempuan dalam penerapan kehidupan.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni penelitian yang difokuskan untuk menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dijadikan sumber informasi, untuk menganalisa data non-statistik. Sedangkan metode penelitiannya
menggunakan metode penelitian kepustakaan library research.
2. Pendekatan Penelitian
Untuk memperoleh
suatu karya
yang benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian penulis menggunakan dua macam
pendekatan yaitu: a.
Secara normatif, yaitu hukum doktiner yang dilakukan dalam penelitian untuk mendapat dasar pemikiran, dalam perumusan konsep yaitu dengan cara
mengumpulkan data-data yang bersumber dari kitab-kitab fiqh klasik, buku-
9
buku, atikel-artikel di internet yang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini.
b. Secara historis, yaitu dengan menulusuri sejarah tentang khitan perempuan,
khitan perempuan dalam masyarakat modern, khitan perempuan yang berdampak pada aktivitas seksual.
3. Sumber data penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder:
a. Data Primer
1. Studi Kepustakaan library research dari buku, artikel, karya-karya ilmiah
yang terkait dengan penilitian ini. Seperti Kitab-kitab fiqih, pendapat-
pendapat para ahli terkait permasalahan skripsi ini.
2. Quesioner dan wawancara interview, yaitu cara pengumpulan data melalui
penyebaran angket dan tanya jawab langsung dengan responden yang mengetahui permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi
responden adalah tokoh agama, masyarakat kampung Pasir Buah, dan para
juru sunat paraji atau ahli medis, terkait dengan permasalahan yang diteliti.
b. Data sekunder
Observasi di wilayah Kampung Pasir Buah dengan melakukan pengamatan terhadap kejadian-kejadian di lapangan terkait dengan khitan perempuan pada
masyarakat kampung Pasir Buah dengan mayoritas aliran agama Islam Nahdlatul Ulama, meskipun dari tata cara beribadah mereka masih manut pada