62 VIII.
Rencana Capaian, Hasil, dan Pembahasan
4.1. Rencana Capaian
Adapun yang akan dilakukan pada tahun 2013 ini adalah proses pembuatan
sel surya polimer hibrid, dimana campuran polimer yang digunakan adalah
MDMO ‐PPV dengan partikel nano seng oksida ZnO; dan campuran polimer
P3HT dengan partikel nano ZnO. Adapun tahapan kegiatan tercantum pada
Jadwal kegiatan.
4.2. Hasil dan Pembahasan.
Sebagaimana yang telah direncanakan dalam jadwal kegiatan, kegiatan yang
telah dilaksanakan pada tahun 2013 ini adalah sebagai berikut :
i. Percobaan pelapisan PEDOT:PSS. Dalam
penelitian ini PEDOT:PSS digunakan sebagai hole transporter and exciton blocker,
dan mencegah difusi ITO ke dalam polimer active layer. PEDOT:PSS dilapiskan
di atas lapisan ITO yang telah dietsa sebagaimana yang tercantum pada diagaram
alir proses pada Gambar 3. Substrat yang digunakan adalah substrat fleksibel,
yaitu Poli Etilen Terepthalat PET yang telah dilapisi dengan ITO, dimana dalam
satu substrat dibuat 3 tiga buah sel surya polimer dengan luas area 2,6 cm
2
yang terhubung secara seri. Proses etsa ITO dilakukan dengan teknik litografi
menggunakan masker seperti yang terlihat pada gambar 5a, sedangkan proses
pelapisan PEDOT:PSS dilakukan menggunakan teknik screen printing dengan pola
masker seperti pada Gambar 5b. Hasil proses etsa ITO dan printing PEDOT:PSS dapat
dilihat pada gambar 6, sedangkan hasil karakterisasi lapisan PEDOT:PSS dapat dilihat
pada Tabel 1.
a b
Gambar 5. Masker etsa ITO a dan screen PEDOT:PSS b.
a b
Gambar 6. Hasil proses etsa ITO a dan printing PEDOT:PSS b di atas substrat PET.
Tabel 1. hasil karakterisasi lapisan PEDOT:PSS.
No. Resistivitas
permukaan Ω No.
Resistivitas permukaan Ω
1 166,9547113
6 161,8512922
63 2
128,6790679 7
191,0136872 3
147,2700947 8
126,1273583 4
154,9252234 9
150,9153941 5
132,6888972 10
223,0923217
Rata ‐rata
158,3518048
ii. Percobaan pembuatan polimer hybrid MDMO‐PPVZnO dan pelapisan polimer hybrid
MDMO‐PPV ZnO. Dalam
ini kegiatan telah dilakukan percobaan pembuatan pasta polimer hybrid campuran
MDMO‐PPVZnO dengan perbandingan dalam pelarut klorobensen, dimana
diharapkan dapat digunakan dengan teknik screen printing. Akan tetapi karena
hasilnya pelapisannya masih tidak merata gambar 7b, maka kemudian dilakukan
dengan proses spin coating. Sehubungan dengan keterbatasan bahan, maka
selanjutnya percobaan spin coating larutan polimer dilakukan menggunakan campuran
P3HTZnO. Proses spin coating polimer hybrid P3HTZnO dilakukan pada tiga
jenis komposisi campuran P3HT dan ZnO, yaitu masing‐masing 3:7, 1:1, dan 7:3.
Foto masker dan hasil pelapisan polimer hybrid P3HTZnO dapat dilihat pada gambar
8 berikut.
a b
Gambar 7. Screen polimer hybrid MDMO‐PPVZnO a dan hasil printing polimer
hybrid MDMO‐PPVZnO b.
a b
Gambar 8. Masker polimer hybrid P3HTZnO a dan hasil spin coating polimer hybrid
P3HTZnO b.
iii. Proses pelapisan kontak Al. Dalam
proses pelapisan kontak Al dengan metoda evaporasi, hanya dilakukan dalam
satu parameter proses saja, yaitu pada tekanan 5,0‐6,5 x10
‐5
mbar selama 5 menit
yang menghasilkan lapisan alumunium dengan tebal 50 nm. Gambar 9 berikut adalah
foto masker alumunium dan hasil pelapisannya.
64 a
b Gambar
9. Masker alumunium a dan hasil evaporasi alumunium b. iv. Proses laminasikapsulasi.
Laminasi bertujuan agar sample tidak terkena pengaruh dari luar. Dengan adanya
laminasi sample ini, sample yang akan diukur tidak akan mudah rusak. Selain itu
sample dapat diukur untuk beberapa waktu kemudian. Dengan kata lain, sample ini
dapat bertahan lebih lama. Laminasi ini dilakukan dengan cara menaruh sealant
sebagai perekat di antara sample dengan plastik PET.mika dalam percobaan ini mika
yang digunakan adalah mika biasa. Sealant dipotong dengan ukuran sesuai dengan
ukuran substrat, namun dengan menyisakan tsebagian tempat yang masih terdapat
ITO sebagai kontak pengukuran. Kemudian sample dijepit dengan menggunakan
kaca di bagian atas dan bawah. Agar sample, sealant, dan mika dapat merekat dalam
proses laminasi ini maka sample yang telah dijepit dengan kaca tersebut harus
dioven vakum dengan suhu sebesar 120
o
C selama 10 menit Gambar 10.
Gambar 10. Proses laminasi sel surya polimer.
v. Percobaan pembuatan sel surya polimer hybrid P3HTZnO. Percobaan
pembuatan sel dan modul surya polimer P3HTZnO dilakukan pada Triwulan
II, melalui proses sebagaimana yang tercantum pada diagaram alir proses pada
Gambar 3. Pembuatan sel surya polimer hybrid P3HTZnO ini dilakukan masing‐ masing
pada komposisi 3:7, 1:1, dan 7:3 dan pada proses annealing 120 ºC dan 150
ºC. Foto prototipe sel dan modul surya polimer tersebut dapat dilihat pada Gambar
11 berikut.
65 Sel
surya Modul
surya Gambar
11. Foto prototipe sel dan modul surya polimer hybrid P3HTZnO desain kotak.
Selain pembuatan sel dan modul surya polimer P3HTZnO dengan desain
kotak, juga dilakukan pembuatan sel dan modul surya polimer P3HTZnO dengan
desain melintang gambar 12. Meskipun demikian, luas area aktif setiap sel maupun
modul dibuat tetap sama, yaitu 2,6 cm
2
untuk sel dan 3 x 2,6 cm
2
untuk modul. Foto dari
prototipe sel dan modul surya polimer dengan pola melintang dapat dilihat pada Gambar
13.
Sel Modul
Gambar 12. Desain pola melintang sel surya polimer hibrid P3HTZnO.
66 Sel
surya Modul
surya Gambar
13. Foto prototipe sel dan modul surya polimer hybrid P3HTZnO desain melintang.
67 vi. Pengukuran kurva I‐V.
Alat yang digunakan untuk pengukuran IV sel surya yang digunakan terdiri dari
solar simulator Oriel, piranometer, alat ukur I‐V dari National Instrument, dan
sebuah komputer dengan aplikasi Lab View. Pengukuran dilakukan dalam
penyinaran dengan sumber cahaya lampu xenon pada intensitas cahaya 270
Wattm
2
. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada, Gambar 14, Gambar 15,
Gambar 16, Gambar 17, Gambar 18 dan Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel
6. Pengukuran modul melintang hanya menghasilkan 1 satu kurva untuk
komposisi P3HTZnO 37, hal tersebut kemungkinan modul lainnya mengalami
“short pada saat kapsulasi.
Gambar 14. Kurva I‐V sel surya polimer hybrid P3HTZnO desain kotak.
Gambar 15. K urva I‐V modul surya polimer hybrid P3HTZnO desain kotak.
68 Gambar
16. Kurva I‐V sel surya polimer hybrid P3HTZnO desain memanjang.
Gambar 17. Kurva I‐V modul surya polimer hybrid P3HTZnO 37 desain
memanjang.
kotak melintang
Gambar 18. Kurva I‐V sel surya polimer hybrid P3HTZnO 73 desain kotak
dan desain memanjang pada annealing 120 ºC dan 150 ºC.
69 Tabel
2. Hasil karakterisasi listrik sel surya polimer hybrid P3HTZnO desain kotak. Karakteristik
listrik P3HTZnO
7:3 P3HTZnO
1:1 P3HTZnO
3:7 Tegangan
sirkit terbuka Voc V 0,697
0,667 0,650
Arus hubung singkat Isc mA
0,040 0,038
0,033 Daya
maksimum Pm mWatt 0,014
0,013 0,010
Fill faktor FF
0,682 0,510
0,487 Efisiensi
0,024 0,020
0,015 Tabel
3. Hasil karakterisasi listrik modul surya polimer hybrid P3HTZnO desain kotak. Karakteristik
listrik P3HTZnO
7:3 P3HTZnO
1:1 P3HTZnO
3:7 Tegangan
sirkit terbuka Voc V 3,92
2,37 2,08
Arus hubung singkat Isc mA
0,00753 0,0074
6
0,0060 Daya
maksimum Pm mWatt 0,011
0,0060 0,0046
Fill faktor FF
0,385 0,346
0,371 Efisiensi
0,0055 0,0029
0,0022 Tabel
4. Hasil karakterisasi listrik sel surya polimer hybrid P3HTZnO desain memanjang.
Karakteristik listrik
P3HTZnO 7:3
P3HTZnO 1:1
P3HTZnO 3:7
Tegangan sirkit terbuka Voc V
0,48 0,33
0,26 Arus
hubung singkat Isc mA 0,0056
0,0055 0,0044
Daya maksimum Pm mWatt
0,0017 0,0010
0,0004 Fill
faktor FF 0,630
0,578 0,371
Efisiensi 0,024
0,015 0,006
Tabel 5. Hasil karakterisasi listrik modul surya polimer hybrid P3HTZnO desain
memanjang. Karakteristik
listrik P3HTZnO
7:3 P3HTZnO
1:1 P3HTZnO
3:7 Tegangan
sirkit terbuka Voc V Tidak
terukur 7,83
Arus hubung singkat Isc mA
0,0058 Daya
maksimum Pm mWatt 0,0031
Fill faktor FF
0,690 Efisiensi
Tidak terukur
0,147 Tabel
6. Hasil karakterisasi listrik sel surya polimer hybrid P3HTZnO 73 desain kotak
dan memanjang pada annealing 120 ºC dan 150 ºC. .Karakteristik
listrik sel kotak Non
Annealing Annealing
120 ºC Annealing 150 ºC Tegangan
sirkit terbuka Voc V 0,697
0,881 0,783
70 Arus
hubung singkat Isc mA 0,040
0,0044 0,0047
Daya maksimum Pm mWatt
0,0014 0,033
0,0031 Fill
faktor FF 0,682
0,849 0,889
Efisiensi 0,024
0,047 0,045
.Karakteristik listrik sel
memanjang Non
Annealing Annealing
120 ºC Annealing
150 ºC Tegangan
sirkit terbuka Voc V 0,37
Tidak terukur
Tidak terukur
Arus hubung singkat Isc mA
0,053 Daya
maksimum Pm mWatt 0,009
Fill faktor FF
0,482 Efisiensi
0,014 Berhubung
hasil pengukuran modul surya tidak memberikan hasil, maka pada Triwulan
III ini percobaan dikonsentrasikan pada pembuatan sel surya saja dan pengembangan
desain pola baru, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi sel.
Tahapan proses pembuatan sel surya dilakukan melalui tahapan proses sebagaimana
yang ditampilkan pada Gambar 3, sedangkan desain pola yang digunakan
dapat dilihat pada Gambar 18.
ITO ITO
PEDOT-PSS LAPISAN AKTIF
ALUMUNUM PERAK
PET
Gambar 18. Desain pola persegi sel surya polimer hibrid.
Berdasarkan atas percobaan sebelumnya, dimana untuk sel surya polimer
hybrid P3HTZnO komposisi campuran P3HT dan ZnO yang mempunyai efisiensi
tertinggi adalah 7:3, maka pembuatan sel surya polimer hybrid P3HTZnO pada
tahap ini dilakukan pada komposisi 7:3 dengan penambahan proses annealing.
Foto prototipe sel surya polimer tersebut dapat dilihat pada Gambar 19 dan hasil
karakterisasinya pada Tabel 7. Dari hasil Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa u
efisiensi yang paling tinggi yaitu sebesar 0.002791 diperoleh yang diannealing
pada 140 C selama 10 menit.
Gambar 19. Foto prototipe sel surya polimer hybrid P3HTZnO desain persegi.
ITO PEDOT:PSS
PolimerZnO Alumunium
71 Tabel.7.
Hasil Karakteristik listrik sel surya polimer hybrid P3HT ZnO pada komposisi
7:3.
vi. Percobaan
pembuatan sel surya polimer hybrid MDMO‐PPVZnO. Proses
pembuatan sel surya polimer hybrid MDMO‐PPVZnO ini baru dimulai pada
Triwulan III menggunakan desain pola seperti pada gambar 18.. Proses pembuatan
sel surya dilakukan masing‐masing pada komposisi 3:7, 1:1, dan 7:3
dan pada proses annealing 120 ºC dan 150 ºC, menggunakan substrat fleksibel
PET dan substrat kaca. Foto prototipe sel surya polimer tersebut dapat dilihat
pada Gambar 20 dan hasilnya pada tabel 8 dan tabel 10..
a b
Gambar 20. Foto prototipe sel surya polimer hybrid MDMO‐PPVZnO desain persegi
substrat PET a dan substrat kaca b. Tabel.8.
Hasil Karakteristik listrik sel surya polimer hybrid MDMO‐PPV ZnO pada komposisi
7:3, 1:1, dan 3:7 sebelum proses laminasi.
No MDMO‐PPV : ZnO
Eff Isc
A Voc
V FF
1 7:3
1 3.61E
‐05 5.29E
‐08 0.244204 0.754581 2
7:3 2
5.60E ‐05
9.52E ‐08 0.162588 0.982372
3 7:3
3 0.000394
7.15E ‐08 0.978841 0.997491
4 7:3
4 2.91E
‐05 1.26E
‐07 0.060497 1.030074 5
1:1 1
0.000217 6.38E
‐08 0.978913 0.947533 tanpa
anil 1
120 C
sel1 120
C sel
‐2 130
C sel1
130 C
sel ‐2
140 C
sel ‐1
140 C
sel ‐2
150 C
sel ‐1
150 C
sel ‐2
Eff 0.0018
84 0.00138
6 0.0013
63 0.0022
24 0.0024
26 0.0020
64 0.0027
91 0.0014
99 0.0015
27 Isc
A 3.11E
‐ 06
2.49E‐06 3.11E
‐ 06
3.47E ‐
06 4.13E
‐ 06
4.32E ‐
06 3.98E
‐ 06
3.06E ‐
06 3.31E
‐ 06
Voc V
0.6519 47
0.65190 5
0.6519 05
0.9785 84
0.8965 78
0.8968 47
0.8561 26
0.7740 16
0.7335 9
FF 0.6489
72 0.61593
6 0.4629
53 0.4592
28 0.4630
37 0.3767
73 0.5575
23 0.4586
37 0.4426
75
72 6
1:1 2
6.74E ‐05
6.24E ‐08 0.223874 1.291509
7 1:1
3 0.00034
7.89E ‐08 0.978886 1.233634
8 1:1
4 2.35E
‐05 3.32E
‐07 0.019935 1.0000
9 3:7
1 0.000326
7.16E ‐08 0.978959 1.270437
10 3:7
2 0.000335
7.99E ‐08 0.978819 1.189031
11 3:7
3 0.00034
9.16E ‐08 0.978884 1.058545
12 3:7
4 0.000273
6.55E ‐08 0.978898
1.18055 Tabel.9.
Hasil Karakteristik listrik sel surya polimer hybrid MDMO‐PPV ZnO pada komposisi
7:3, 1:1, dan 3:7 setelah proses laminasi
No MDMO‐PPV : ZnO
Eff Isc
A Voc
V FF
1 7:3
1 0.147421
4.47E ‐05 0.978799 0.926717
2 7:3
2 0.121347
5.21E ‐05 0.978753 0.648247
3 7:3
3 0.129198
3.75E ‐05 0.978933
0.99874 4
7:3 4
0.114814 4.00E
‐05 0.774506 0.989645 5
1:1 1
0.023548 0.000181 0.080428 0.423362
6 1:1
2 0.025585
4.74E ‐05
0.24395 0.592513 7
1:1 3
0.10332 5.05E
‐05 0.79482 0.715007
8 1:1
4 0.102075
6.42E ‐05 0.427347 0.989547
9 3:7
1 0.119261
5.35E ‐05 0.713543 0.847417
10 3:7
2 0.069299
2.73E ‐05 0.978826 0.686515
11 3:7
3 0.160807
4.58E ‐05 0.978746
0.97066 12
3:7 4
0.168581 4.73E
‐05 0.978839 0.987908 Hasil
pengukuran setelah laminasi menunjukkan rata‐rata efisiensi untuk perbandingan
7:3 adalah 0,128 , 1:1 adalah 0,063 , dan 3:7 menghasilkan 0,129
. Hasil yang diperoleh dalam pengukuran yang ke dua masih menunjukkan
bahwa sample dengan perbandingan MDMO‐PPV : ZnO sebesar 3:7
memiliki efisiensi yang paling tinggi. Jika dinandingkan dengan sebelum proses
laminasi, maka setelah proses laminasi efisiensi yang dihasilkan hampir 10X
lebih tinggi dari 0,0132 menjadi 0,129 . Untuk lebih meningkatkan efisiensi, dalam penelitian ini dicoba dilakukan
proses annealing lapisan aktif. Annealing dilakukan setelah proses spin coating
lapisan aktif di dalam oven vakum pada temperatur 120 ºC selama 10 menit. Hasil
pengukuran I‐Vnya dapat dilihat pada Tabel 10.
Nilai efisiensi tertinggi diperoleh dari perbandingan MDMO‐PPVZnO dengan
komposisi 3:7, yaitu sekitar 0,238853 pada sel ke 1, 0,214923 pada sel ke 2,
0.118732 pada sel ke 3 dan 0,206767 pada sel ke 4. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dalam penelitian ini perbandingan komposisi MDMO‐
PPVZnO 3:7 merupakan perbandingan komposisi paling baik dalam pembuatan
sel surya polimer hibrid menggunakan MDMO‐PPVZnO dengan proses annealing,
dengan efisiensi tertinggi sebesar 0,238853 . Proses annealing mampu
meningkatkan efisiensi sel menjadi 2X lipat. Peningkatan efisiensi tersebut dapat
disebabkan karena proses annealing mampu memperbaiki struktur lapisan
MDMO ‐PPVZnO, sehingga kinerjanya dapat meningkat.
73 Tabel
10. Hasil karakterisasi listrik sel surya polimer hybrid MDMO‐PPV ZnO pada
komposisi 7:3, 1:1, dan 3:7 setelah proses annealing pada temperatur
120 ºC selama 10 menit.
Selain menggunakan substrat fleksibel, percobaan sel surya polimer hibrid
MDMO ‐PPVZnO ini juga dilakukan di atas substrat kaca. Hasil pengukuran I‐V
tanpa proses annealing dan dengan proses annealing sebelum dan sesudah
proses laminasi dapat dilihat pada Tabel 11, Tabel 12, Tabel 13 dan Tabel 14.
Tabel 11. Hasil karakterisasi listrik sel surya polimer hybrid MDMO‐PPV ZnO di
atas substrat kaca pada komposisi 3:7, 1:1, dan 7:3 tanpa proses
annealing sebelum laminasi.
No MDMO‐PPV : ZnO
Eff Isc
A Voc
V FF
1 3:7
1 0,439385
5,11E ‐05 0,978808
0,92123 2
3:7 2
0,444908 4,74E
‐05 0,978811 0,99108
3 3:7
3 0,466453
5,36E ‐05 0,979009
0,92805 4
3:7 4
0,16043 3,79E
‐05 0,672531 0,66413
5 1:1
1 0,450907
4,98E ‐05 0,978828
0,98928 6
1:1 2
0,150047 4,16E
‐05 0,652208 0,57342
7 1:1
3 0,430121
4,74E ‐05 0,978806
0,93292 8
1:1 4
0,427202 4,79E
‐05 0,978814 0,96193
9 7:3
1 0,392694
4,84E ‐05 0,978701
0,88183 10
7:3 2
0,409244 4,64E
‐05 0,978801 0,95297
11 7:3
3 0,107467
3,67E ‐05 0,488936
0,61736 12
7:3 4
0,408495 4,78E
‐05 0,978784 0,92085
No MDMO
‐PPV :
ZnO Eff
Isc Voc
FF
1 7:3
1 0.057582
3.69E ‐05 0.468734
0.880312 2
7:3 2
0.098198 4.88E
‐05 0.938024 0.556418
3 7:3
3 0.123066
4.71E ‐05 0.938071
0.740487 4
7:3 4
0.109568 4.32E
‐05 0.978888 0.674688
5 1:1
1 0.008772
2.41E ‐05 0.101184
0.926639 6
1:1 2
0.195707 5.23E
‐05 0.978774 0.97754
7 1:1
3 0.017942
4.09E ‐05 0.162482
0.720297 8
1:1 4
0.198407 5.98E
‐05 0.978954 0.904864
9 3:7
1 0.238853
6.71E ‐05 0.978796
0.937448 10
3:7 2
0.214923 7.26E
‐05 0.978928 0.818806
11 3:7
3 0.118732
4.02E ‐05 0.938081
0.818654 12
3:7 4
0.206767 6.56E
‐05 0.978803 0.821199
74 Tabel
12. Hasil karakterisasi listrik sel surya polimer hybrid MDMO‐PPV ZnO di atas
substrat kaca pada komposisi 3:7, 1:1, dan 7:3 tanpa proses annealing
setelah laminasi.
No MDMO‐PPV : ZnO
Eff Isc
A Voc
V FF
1 3:7
1 0,333535 4,22E
‐05 0,978719 0,908696
2 3:7
2 0,01715
4,07E ‐05
0,080823 0,592306 3
3:7 3
0,39066 4,47E
‐05 0,978813 0,958335
4 3:7
4 0,346886 4,31E
‐05 0,978704 0,918182
5 1:1
1 0,167421 3,15E
‐05 0,733749 0,825764
6 1:1
2 0,331574 3,90E
‐05 0,978779 0,987447
7 1:1
3 0,118902 3,62E
‐05 0,509276 0,707647
8 1:1
4 0,125904 3,20E
‐05 0,509269 0,883296
9 7:3
1 0,348238 4,49E
‐05 0,978799 0,885571
10 7:3
2 0,045428 4,21E
‐05 0,162252 0,740691
11 7:3
3 0,030143 6,74E
‐05 0,080955 0,599591
12 7:3
4 0,084613 4,04E
‐05 0,488798 0,476198
Tabel 13. Hasil karakterisasi listrik sel surya polimer hybrid MDMO‐PPV ZnO di
atas substrat kaca pada komposisi 3:7, 1:1, dan 7:3 dengan proses
annealing pada temperatur 120 ºC selama 10 menit sebelum laminasi.
No MDMO‐PPV : ZnO
Eff Isc
A Voc
V FF
1 3:7
1 0,120123
4,47E ‐05 0,509417
0,55974 2
3:7 2
0,461017 5,31E
‐05 0,978836 0,94823
3 3:7
3 0,174284
4,49E ‐05 0,631873
0,64521 4
3:7 4
0,381798 4,27E
‐05 0,978876 0,97329
5 1:1
1 0,429556
4,76E ‐05 0,978644
0,97532 6
1:1 2
0,395851 4,34E
‐05 0,978823 0,93015
7 1:1
3 0,220643
4,83E ‐05 0,550412
0,90731 8
1:1 4
0,433944 5,31E
‐05 0,978871 0,85158
9 7:3
1 0,40852
4,86E ‐05 0,978764
0,92493 10
7:3 2
0,378001 4,83E
‐05 0,978519 0,85219
11 7:3
3 0,391324
4,58E ‐05 0,978768
0,95104 12
7:3 4
0,371395 5,90E
‐05 0,795105 0,85605
75 Tabel
14. Hasil karakterisasi listrik sel surya polimer hybrid MDMO‐PPV ZnO di atas
substrat kaca pada komposisi 3:7, 1:1, dan 7:3 dengan proses annealing
pada temperatur 120 ºC selama 10 menit setelah laminasi.
No MDMO‐PPV : ZnO
Eff Isc
A Voc
V FF
1 3:7
1 0,439027
4,94E ‐05 0,978738 0,955861
2 3:7
2 0,388804
4,66E ‐05 0,978571 0,92171
3 3:7
3 0,497401
5,60E ‐05 0,978743 0,934509
4 3:7
4 0,521177
6,24E ‐05 0,978966 0,890868
5 1:1
1 0,421783
4,94E ‐05 0,978731 0,945701
6 1:1
2 0,38104
4.42E ‐05 0,978718 0,965866
7 1:1
3 0,513
5,62E ‐05 0,978768 0,963984
8 1:1
4 0,429271
5,16E ‐05 0,979033 0,923697
9 7:3
1 0,413664
4,76E ‐05 0,978698 0,98621
10 7:3
2 0,230477
3,01E ‐05 0,978824 0,862286
11 7:3
3 0,344598
4,32E ‐05 0,978649 0,894626
12 7:3
4 0,405738
4,84E ‐05 0,978676 0,928431
Sebelum proses laminasi efisiensi tertinggi yang diperoleh adalah 0,466453
, 0,450907 dan 0,409244 berturut‐turut untuk komposisi MDMO‐PPV:ZnO
3:7, 1:1, dan 7:3. Adapun setelah proses laminasi efesiensi yang diperoleh
adalah 0,39066 , 0,331574 , dan 0,348238 , masing‐masing pada komposisi
MDMO ‐PPV:ZnO 3:7, 1:1, dan 7:3. Efisiensi tertinggi dihasilkan pada
komposisi 3:7 baik sebelum maupun setelah proses laminasi.
Dengan penambahan proses annealing pada temperatur 120 ºC selama 10 menit,
sebelum proses laminasi efisiensi tertinggi yang diperoleh adalah 0,461017 ,
0,433944 dan 0, 408520 berturut‐turut untuk komposisi MDMO‐PPV:ZnO 3:7,
1:1, dan 7:3. Adapun setelah proses laminasi efesiensi yang diperoleh adalah
0,,521177 , 0,513 , dan 0,413664 , masing‐masing pada komposisi MDMO
‐PPV:ZnO 3:7, 1:1, dan 7:3. Efisiensi tertinggi juga dihasilkan pada komposisi
3:7, baik sebelum maupun setelah proses laminasi. Seperti
halnya pada substrat fleksibel, proses annealing juga mampu meningkatkan
efisiensi sel pada substrat kaca, akan tetapi tidak setinggi pada substrat
fleksibel. Efiensi sel meningkat hanya sekitar 1,14X lipat.
76
OUTPUT rencana sesuai yg tercantum dalam proposal NO.
OUTPUT RENCANA
REALISASI CAPAIAN KETERANGAN
1.
Publikasi Ilmiah a. Jurnal Nasional
• Fabrication of
bulk heterojunction
polymer solar
cells, sudah
disubmit dan direview di
Jurnal Teknologi
Indonesia, IPT LIPI, 2013.
1 buah
1 buah
100
b. Jurnal Internasional • Fabrication of Polymer
Solar Cells on Flexible
Substrate. Advanched in
Materials, Processing and
Manufacturing Journal,
Volume 789,
2013, pp.112
‐117. Tidak
ada 1
buah 100
c. Prosiding Internasion • Effect of the composition
of P3HT‐ZnO active layer
on the
electric characteristics
and performance
of hybrid polymer
solar cell on flexible
substrate. Prosiding
International Seminar
Innovation Research
for Science, Technology,
and Culture, NIST,
Serpong, 19‐20 november
2013. • Hybrid polymer solar cell
based on zinc oxide and
poly phenylene
vinylene. Prosiding Joint
Seminar IMEN PPET LIPI,
Ciater, 21‐22 November
2013. 1
buah 2
buah 100
d. Prosiding nasional • Studi Pengaruh Intensitas
Cahaya Penyinaran
terhadap Karakteristik
1 buah
3 buah
100
77 Listrik
Sel Surya Berbasis Silikon
dan Polimer.
Prosiding Seminar
Nasional Kimia Terapan
Indonesia, HKI – P2K LIPI,
Solo 23 Mei 2013.
• Studi Karakteristik Listrik Sel
Surya Polimer Hibrid Berbasis
P3HT‐ZnO di atas
Substrat Fleksibel. Prosiding
Seminar Fisika dan
Aplikasinya, ITS, Surabaya
18 Juni 2013. • Pengaruh
komposisi campuran
P3HT‐ZnO dan proses
annealing terhadap
karakteristik listrik
dan unjuk kerja sel surya
polimer Hibrid di atas
substrat fleksibel. Prosiding
Seminar Nasional
IPT, Yogyakarta 3
Oktober 2013.
2.
Contoh Produk jelaskan
spesifikasi lengkapnya
• sel surya polimer hybrid MDMO
‐PPVZnO efisiensi 0,521177
. • sel surya polimer hybrid
P3HTZnO efisiensi
0.002791 2
buah 2
buah 100
3.
HKI a. Paten
Tidak ada
‐ ‐
b. Merk Tidak
ada ‐
‐
78 IX.
KESIMPULAN Sebagaimana yang tercantum dalam Jadwal Kegiatan, sampai dengan
tahap III ini seluruh kegiatan yaitu studi literatur, persiapan bahan, preparasi
peralatan dan masker, percobaan pelapisan PEDOT:PSS, percobaan pembuatan
polimer hybrid MDMO‐PPVZnO, percobaan pelapisan polimer hybrid MDMO‐
PPVZnO, proses pelapisan kontak Al, percobaan pembuatan sel surya, dan
pengukuran kurva I‐V sel surya telah dilaksanakan semuanya. Meskipun demikian
hasil yang diperoleh masih jauh dari yang diharapkan, akan tetapi masih lebih
baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya.
Proses annealing dan proses laminasi mampu meningkatkan efisiensi sel secara
signifikan, baik pada campuran MDMO‐PPVZnO maupun pada P3HTZnO. Efisiensi
sel yang menggunakan substrat kaca lebih tinggi dibandingkan dengan sel
yang menggunakan substrat fleksibel. Nilai efisiensi tertinggi untuk sel surya polimer hibrid MDMO‐PPVZnO
dihasilkan pada komposisi 3:7, yaitu sebesar 0,521177 . Untuk sel surya
polimer hibrid P3HTZnO efisiensi tertinggi dihasilkan pada komposisi 7:3, yaitu
sebesar 0.002791 .
Daftar Pustaka :
1.
M. Priaulx,
“Solar Cells
and Nanotechnology”,
http:tahan.comcharlienanosocietycourse201
2.
Frost and Sullivan, “Plastic solar cells”, Advanched Manufacturing Technology, 15
Juli 2007.
3.
S. Bush, “Efficiency of spray‐on polymer solar cell hits 6”, electronics
weekly.com, 3 March 2009.
4.
J.K.J. van Duren, A. Dhanabalan, P.A. van Hal, dan R.A.J. Janssen, “Low‐bandgap
polymer
photovoltaic cells”, Synthetic Metals, 121 2001 1587‐1588.
5.
Y. Kim, S.A. Choulis, J. Nelson, dan D.D.C. Bradley, “Composition and annealing
effects
in polythiophenefullerene solar cells”, Journal of Material Science, 40
2005 1371‐1376.
6.
T. Aernouts, P. Valaeke, W. Geens, J. Poortmans, P. Heremans, S. Borghs, R.
Mertens, Ronn Andriessen, dan Luc Leenders, “Printable anodes for flexible
organic
solar cell modules”, Thin Solid Films, 451‐452 2004 22‐25.
7.
Kumar, G. Li, Z. Hong, dan Y. Yang, “High efficiency polymer solar cells with
vertically modulated nanoscale morphology”, Nanotechnology, 20 2009 5202‐
5205.
8.
J.K.J. van Duren, A. Dhanabalan, P.A. van Hal, dan R.A.J. Janssen, “Low‐bandgap
polymer
photovoltaic cells”, Synthetic Metals, 121 2001 1587‐1588.
9.
G. Li, V. Shrotriya, J. Huang, Y. Yaou, T. Moriarty, K. Emery, dan Y. Yang, “High‐
efficiency solution processable polymer photovoltaics cells by self‐organization
polymer blends”, Nature Materials, 4 2005 864‐868.
10.
Wanzhu Cai, Xiong Gong, and Yong Cao 2010, “Polymer solar cells: Recent
development and possible routes for improvement in the performance”, Solar
Energy Materials Solar Cells, 942: 114‐127.
11.
Attila J. Mozer and Niyazi S. Sariciftci 2006, “Conjugated polymer photovoltaic
devices and materials, C. R. Chimie, 9: 568–577.
79
12.
R. Valaski, C.D. Canestraro, L. Micaroni, R.M.Q. Mello, dan L.S. Roman, “Organic
photovoltaic devices based on polythiophene films electrodeposited on FTO
substrates”,
Solar Energy Material and Solar Cells, 91 2007684‐688.
13.
Ankit Kumar, Gang Li, Ziruo Hong, dan Yang Yang, “High efficiency polymer solar
cells
with vertical modulated nanoscale morphology”, Nanotechnology, 20 2009
165202 ‐165206.
14.
S.E. Shaheen, R. Radspinner, dan N. Peyghambarian, “Fabrication of bulk
heterojunction
plastic solar cells by screen printing”, Appl. Phys. Lett, 70 2001
2996 ‐2998.
15.
B. Zhang, H. Chae, dan S.M. Cho, “Screen‐Printed Polymer:Fullerene Bulk‐
Heterojunction
Solar Cells”, Japanese Journal of Applied Physics, 48 2009 020208
1 ‐3.
16.
Y. Kim, S. Choulis, J. Nelson, D.D.C. Bradley, “Composition and annealing effects in
polythiophenefullerene
solar cells”, Journal of Materials Science, 40 2005 1171‐
1376.
17.
H. Hoppe, T. Glatzel, M. Niggemann, W. Schwinger, F. Schaeffler, A. Hinsch M. Ch.
Lux ‐Steiner, N.S. Sariciftci, “Efficiency limiting morphological factors of MDMO‐
PPV:PCBM
plastic solar cells”, Thin Solid Films, 511 – 512 2006 587 – 592.
18.
B. Schmidt‐Hansberg, H. Do, A. Colsmann, U. Lemmer, dan W. Schabel, “Drying of
thin
film polymer solar cells”, Eur. Phys. J. Special Topics, 166 2009 49‐53.
80
Rancang Bangun Antena Radar Pengawas
Pantai Menggunakan Teknologi Film
Tebal
Dr.Ir. Yuyu Wahyu, MT
81
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul
Kegiatan Penelitian :
Rancang Bangun Antena Radar Pengawas
Pantai Menggunkan Teknologi Film Tebal
2. Kegiatan
Prioritas :
Penelitian, Penguasaan, dan Pemanfaatan
Iptek P3‐IPTEK
3. Peneliti
Utama :
Nama :
Dr. Ir. Yuyu Wahyu, MT
Jenis Kelamin
: Laki
‐laki 4.
Sifat Penelitian
: BaruLanjutan
Tahun ke 1 5.
Lama Penelitian
: 1
Satu Tahun 6.
Biaya Total 2013
: Rp.
170.721.000,‐
Bandung, 20 Desember 2013
Ketua PME PPET LIPI,
Peneliti Utama
Dr. Purwoko Adhi, DEA
NIP. 19670911 198701 1 001
Dr. Ir. Yuyu Wahyu, MT
NIP. 19620210 199103 1 008
82
ABSTRAK
Radar pengawas pantai ISRA yang telah dibuat menggunakan antena dengan
teknologi mikrostrip dengan bahan PCB berupa Duroid RT‐ 5880, bekerja pada
frekuensi 9,4 GHz dan dimensi permodul sekitar panjang 20 cm dan lebar 9 cm.
Modul yang diperlukan untuk sistem pemancar atau penerima pada sistem radar
ISRA sekitar 8 modul. Dengan demikian dimensi total antena sekitar 160 cm x 9 cm,
apabila ditambah dengan reflector sekitar 160 cm x 60 cm. Pada kegiatan penelitian
ini dilakukan pembuatan antena menggunakan teknologi film tebaldan
menggunakan bahan PCB berupa subtrat alumina Al
2 3
yang mempunyai konstanta dielktrik
relatif sekitar 9,6. Karena dimensi antena berbanding terbalik dengan akar dari
konstanta dielektrik relatif, maka dimensi antena akan berkurang sampai dengan
sekitar setengah dari dimensi semula atau dimensi keseluruhan sistem antena
ditambah dengan reflektor sekitar 80 cm x 30 cm. Dengan demikian akan mengurangi
bobot sistem mekaniknya yang selama ini merupakan kendala. Kata
kunci: Antena, Radar, Thick Film
8. PENDAHULUAN
8.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki sekitar 18.000 pulau tidak dapat sepenuhnya dipantau oleh
armada pertahanan Indonesia, itu adalah masalah besar mengingat banyaknya hasil
alam Indonesia dari luas sehingga tidak mudah bagi manusia untuk terus memantau
dan melestarikan dan melindungi warisan negara berlimpah. Oleh karena itu kita
membutuhkan alat yang dapat mendeteksi objek yang berada di wilayah perairan
Indonesia yang lebih dari 13 bagian adalah wilayah pesisir.
Alat yang dapat berfungsi sebagai pemancar dan penerima disebut antena. Antena
adalah alat yang digunakan untuk mengirimkan gelombang mikro melalui udara.
Antena mikrostrip cocok karena merupakan salah satu antena gelombang mikro
yang digunakan sebagai radiator yang efisien pada banyak sistem telekomunikasi
modern saat ini.
Radar pengawas pantai menggunakan teknologi FM‐CW frequency modulated
continuous wave dikarenakan radar jenis ini memiliki keunggulan‐keunggulan
antara lain, biaya operasional dan pemeliharaan maintenance rendah, konsumsi
daya kecil, ukuran relatif kecil, jangkauan deteksi cukup jauh dan tidak mudah
diketahui oleh pihak lain akan pancaran sinyal radar‐nya low probability of intercept
= LPI.
Secara keseluruhan blok diagram dari sistem Radar Pengawas Pantai yang
menggunakan teknologi FM‐CW frequency modulated – continuous wave yang
dikerjakan di PPET‐LIPI dapat ditunjukkan oleh Gambar‐1 berikut ini.