47 dalam
oven dan kemudian dibakar dalam conveyor belt furnace pada suhu 500
o
C selama
15 menit Gambar 18.
Gambar 18. Lapisan elektroda lawan Pt transparan
d. Pelapisan glass frit dan pasta konduktor
Pelapisan glass frit bertujuan untuk memisahkan antara sel tunggal. Glass frit
dideposisi melalui metoda screen printing tepat di daerah yang terpotong scribbing
pada kedua elektroda, yaitu fotoelektroda dan counter elektroda. Bagian sribbing
harus tertutup rapat olah lapisan glass fris, sehingga ketiga sel tunggal terpisah.
Konduktor Perak Ag digunakan sebagai penghubung dalam interkoneksi seri
antar sel. Pencetakkan pasta perak juga dilakukan pada kedua elektrodanya, seperti
ditunjukkan pada gambar 18.
e. Perakitan sub‐modul dan pengisian larutan elektrolit
Perakitan sub‐modul surya berbasis dye‐sensitized dilakukan dengan cara
menggabungkan lapisan fotoanoda TiO
2
dan lapisan elektroda Pt. Penggabungan kedua
elektroda harus dilakukan secara tepat sesuai dengan pola glass frit dan konduktor
Ag, seperti ditunjukkan pada Gambar 19. Pada proses penggabungan lapisan,
sebagian area dibiarkan terbuka sebagai lubang udara untuk pengisian larutan
elektrolit. Setelah digabungkan modul tersebut dijepit dan dipanaskan sampai
ikatan kedua elektrodanya kuat Gambar 20. Larutan elektrolit redoks iodine I
‐I3 Dyesol,EL‐HSE disuntikkan melalui area tersebut, kemudian ditutup menggunakan
glass frit.
Laser scribed line
FTO Seal
Ag
Glass TiO
2
Platina Glass
FTO
Gambar 19. Disain sub‐modul surya dye‐sensitized
Konduktor perak
48 Gambar
20. Proses perakitan sub‐modul dye‐senistized
3.4 Karakteristik kurva I‐V sub‐modul dye‐sensitized
Pengukuran kurva I‐V sub‐modul dilakukan menggunakan Sun Simulator
AM1,5 National Instrument, sumber cahaya Xenon dengan intensitas 50 mWcm
2
. Sub
‐modul surya berbasis substrat FTO 8 ohmsq dibuat menggunakan dengan elektroda
lawan Pt dengan proses yang berbeda, yaitu Pt printing menggunakan pasta
transparan Tipe‐A dan Pt sputtering Tipe‐B. Secara fisik keduanya berbeda. Sub
‐modul surya menggunakan pasta Pt transparan secara estatika memiliki tampilan
yang lebih baik. Hasil
pengukuran kurva I‐V ditunjukkan pada gambar 21 dan diuraikan dalam tabel
3. Terlihat bahwa karakteristik listrik V
oc
, I
sc
, Daya, FF, η yang dihasilkan kedua
sampel hampir sama untuk masing‐masing tipe. Efisiensi konversi energi listrik sub‐
modul surya kaca yang dihasilkan masih relatif kecil yaitu kurang dari 1 yaitu
sekitar 0,5 ‐ 0,7. Tegangan, Voc yang dihasilkan cukup baik, yaitu sebesar 1,8 – 2 V
menunjukkan bahwa tegangan setiap sel tunggalnya 1x 9,8 cm sekitar 0,6 ‐ 0,7 V.
Daya keluaran masih relatif kecil, Besarnya daya keluaran modul sangat dipengaruhi
oleh arus dan FF yang dihasilkan dan terlihat bahwa arus Isc dan fill factor masih
relatuf kecil. Kondisi ini mengindikasikan bahwa resistansi parasitik seperti resistansi
seri dan pararel yang terdistribusi dalam sub‐modul surya masih besar. Ketebalan
lapisan elektroda TiO
2
juga berpengaruh pada karakteristik sel tunggalnya. Lapisan TiO
2
yang tipis menyebabkan kemampuan dalam menyerap pewarna kecil sehingga efisiensi
pengumpulan elektron juga rendah. Sedikitnya elektron yang tereksitasi maka
difusi elektron berjalan lambat dan dengan demikian menurunkan efisiensi konversi
foton menjadi arus.
49 Gambar
21: Kurva I‐V sub‐modul luas area 3x9,8 cm
2
menggunakan Pt printing Tipe
‐A dan Pt Sputtering Tipe‐B Tabel.3
Data karakteristik listrik sel surya dengan luas aktif 3x9,8 cm
2
Sub ‐modul Tipe‐A
Sub ‐modul Tipe‐B
Karakteristik Sampel
‐1 Sampel‐2 Sampel
‐1 Sampel
‐2 Open
circuit voltage V
oc
Volts 1,94
1,98 1,87
2,09 Short
circuit current I
sc
mA 10,46
10,42 10,51
11,47 Maximum
power P
m
mWatt 8,5
8,0 10,49
8,97 V
mp
Volt 1,22
1,17 1,34
1,53 I
mp
mA 6,9
6,8 7,8
5,87 Fill
factor, FF 0,42
0.38 0,53
0,37 Efisiensi
0,61 0,58
0,77 0,65
Tipe-B
50 Resistansi
seri Ohm 87,31
105,67 45,7
72,7 Berdasarkan
data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa proses pelapisan Pt sebagai
elektroda pembanding dapat mempengaruhi performansi dari sub‐modul surya
yang dibuat. Terlihat bahwa sub‐modul surya dengan Pt sputtering memiliki karakteristik
listrik yang lebih baik dibandingkan dengan Pt printing. Efisiensi konversi terbaik
dari sub‐modul Tipe‐A adalah 0,61 sedangkan sub‐modul Tipe‐B adalah 0,77.
Hal ini disebabkan oleh resistansi kontak untuk lapisan elektroda lawan Pt sputtering
lebih kecil diibanding Pt printing. Pt sputtering lebih murni disbanding Pt printing
yang dibuat dari pasta yang mengandung bahan‐bahan organic sebagai binder.
Selain optimasi dan kompatibilitas komponen‐komponen pembentuknya, kinerja
modul surya juga dipengaruhi oleh teknik dan ketepatan dalam proses perakitan
modul surya [7]. Pada proses perakitan, perak dan lapisan glass frit Gambar
6 memegang peranan yang sangat penting sebagai penghubung dan pemisah
antara sel tunggalnya. Bagian lapisan fotoelektroda dan lapisan elektroda lawan
harus disatukan secara tepat. Pencetakkan pasta perak sebagai penghubung harus
dibuat dengan tepat agar kontak seri antar sel terhubung dengan baik sehingga memperkecil
resistansi seri.. Demikian juga bagian scribbing pada kedua elektroda harus
tertutup rapat oleh lapisan glass frit sebagai pemisah. Kegagalan dalam mengisolasi
dan memisahkan tiap sel tunggal, akan mengakibatkan kebocoran larutan
elektrolit, sehingga akan terjadi resistansi kontak antar sel. Gambar
22 menunjukkan contoh produk sub‐modul surya substrat kaca yang dibuat
dengan interkoneksi internal tipe Z total area aktif 3 x 9,8 cm
2
.
Gambar.22 Prototipe sub‐modul surya dye‐sensitized menggunakan Pt spinting
transparan
51
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Proses penelitian Rancang Bangun Modul Surya berbasis Dye‐Sensitized
Nanocrystalline telah dilakukan di PPET LIPI. Kinerja modul surya dipengaruhi oleh
kompatibilitas komponen‐komponen pembentuknya serta teknik dan ketepatan
dalam proses perakitan modul surya. Dalam mendisain suatu pola rangkaian modul
surya DSSC harus memperhatikan parameter internal material dan proses
fabrikasinya dan parameter eksernal dimensi dan resistansi seri yang terjadi.
Pembuatan disain pola rangkaiannya alligment antar pola harus presisi, sehingga
memudahkan dalam proses pembuatan modul surya yang memiliki performansi yang
baik. Disain modul surya ukuran 5x10 cm
2
dengan tipe Z interkoneksi yang memiliki 3 buah
sel tunggal ukuran 1x9,8 cm.total area aktif 3x9,8 cm
2
telah diaplikasikan dalam
fabrikasi divaisnya. Karakteristik modul terbaik menghasilkan efisiensi konversi
0,77 ; daya maksimum 10,49mW ; tegangan Voc 1,87V dan arus Isc 10,51 mA.
4.2 Saran
Selain optimasi dan kompatibilitas komponen‐komponen pembentuknya,
kinerja modul surya juga dipengaruhi oleh teknik dan ketepatan dalam proses
perakitan modul surya. Karakteristik proses masih harus dilakukan untuk
mendapatkan parameter proses yang optimal dan dihasilkan performansi modul
yang tinggi sehingga diperlukan penelitian lanjutan.
REFERENSI [1]
http:cleantechnica.com20130511solar ‐module‐manufacturing‐trends‐in‐
2012 didownload tanggal 18 Desember 2013.
[2] B.
S. Richards, Solar Enlightment: Bringing Solar Power to Where We Need It Most,
Inaugural Speech, Heriot‐Watt University, Scotland, UK, 2010. [3]
L Muliani, dkk, “Pembuatan Dye‐Sensitized Nanocrystalline TiO
2
Solar Cell”, Laporan
Akhir Program Tematik 2009, PPET‐LIPI 2010. [4]
Gratzel, M., “Dye‐Sensitized Solar Cells”, Journal of Photochemistry and
Photobiology
C: Photochemistry Review , vol. 4, hal. 145‐153, 2003.
[5] M.
K. Nazeeruddin, A. Kay, I. Rodicio, R. Humphrybaker, E. Muller, P. Liska, N. Vlachopoulos,M.
Gratzel, “Conversion of Light to Electricity by Cis‐ X2bis2,2‐ Bipyridyl
‐4,4‐DicarboxylateRutheniumIi Charge‐Transfer Sensitizers X = Cl‐, Br
‐, I‐, Cn‐, and Scn‐ on Nanocrystalline TiO
2
Electrodes”, Journal of theAmerican
Chemical Society, vol. 14, hal. 6382‐6390, 1993.
[6] http:international.pv
‐tech.org [7]
R. Sastrawan, 2006, “Photovoltaic modules of dye solar cells”, Disertasi
University of Freiburg.
52 [8]
G. E. Tulloch, “Light and energy ‐ dye solar cells for the 21st century”, Journal
of
Photochemistry and Photobiology A:Chemistry vol. 164, hal. 209‐219, 2004.
[9] M,
Spath, P. M. Sommeling, J. A. M. van Roosmalen, H. J. P. Smit, N. P. G. van der
Burg, D. R. Mahieu, N. J. Bakker, J. M. Kroon, “Reproducible manufacturing
of dye‐sensitized solar cells on a semi‐automated baseline”, Progress
in Photovoltaics, vol. 11, hal. 207‐220, 2003.
[10] K. Okada, H. Matsui, T. Kawashima, T. Ezure, N. Tanabe, “100 mm × 100 mm large
‐sized dye sensitized solar cells”, Journals of Photochemistry and Photobiology
A: Chemistry, vol. 164, hal. 193‐198, 2004.
[11] R. Sastrawan, A. Hinsch, J. Beier, U. Belledin, S. Hemming, S. Hore, R. Kern, C. Prahl,
C. Vetter, U. Würfel, J. Luther, F. M. Petrat and A. Prodi‐Schwab, “Towards
Manufacturing Dye Solar Cells”, Proceedings, 20
th
European Photovoltaic
Solar Energy Conference and Exhibition, Barcelona, Spain, 2005. [12] S. Dai, K. Wang, J. Weng, Y. Sui, Y. Huang, S. Xiao, S. Chen, L. Hu, F. Kong, X.
Pan, C. Shi,L. Guo., et. Al., “Design of DSC Panel with Efficiency More Than 6”,
Solar
Energy Materials and Solar Cells, vol. 85, hal. 447‐455, 2005.
[13] T. Toyoda, T. Sano, J. Nakajima, S. Doi, S. Fukumoto, A. Ito, T. Tohyama, M. Yoshida,
T. Kanagawa, T. Motohiro, T. Shiga, K. Higuchi, K. Tanaka, Y. Takeda, T. Fukano,
N. Katoh, A. Takeichi, K. Takechi,M. Shiozawa, “Outdoor performance of
large scale DSC modules”, Journal of Photochemistry [14] N.M. Nursam, L. Muliani, J. Hidayat., “Optimalisasi Dimensi Area Aktif pada Sel
Surya jenis Dye‐sensitized berbasis Nanokristal TiO
2
, prosiding Seminar
Nasional XIV, Kimia dalam Pembangunan, 2011.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didukung oleh Program Kegiatan Penelitian Dan Pengembangan IPTEK
DIPA 2013 – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Terima kasih kepada Puslit
Elektronika dan Telekomunikasi PPET‐LIPI atas fasilitas yang diberikan pada
kegiatan penelitian ini.
53
Pembuatan Sel Surya Berbasis Polimer
Dra. Erlyta Septa Rosa, MT
54
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul
Kegiatan Penelitian :
Pembuatan Sel Surya Berbasis Polimer
2. Kegiatan
Prioritas :
3. Peneliti
Utama :
Nama :
Dra. Erlyta Septa Rosa, MT
Jenis Kelamin
: Wanita
4. Sifat
Penelitian :
Lanjutan Tahun ke ‐ 3
5. Lama
Penelitian :
3 Tiga Tahun
6. Biaya
Total 2013 :
Rp. 222.980.000,‐
Bandung, 20 Desember 2013
Ketua PME PPET LIPI,
Peneliti Utama
Dr. Purwoko Adhi, DEA
NIP. 19670911 198701 1 001
Dra. Erlyta Septa Rosa, MT
NIP. 19630915 199203 2 003
55
Abstrak
Sel surya polimer merupakan sel surya dengan struktur bulk heterojunction
dimana molekul‐molekul dari dua jenis material polimer yang berfungsi
sebagai donor elektron tipe‐p dan akseptor elektron tipe‐n dicampur menjadi
film bulk sehingga membentuk heterojunction diantara keduanya. Film bulk
tersebut berfungsi sebagai active layer yang berkerja menyerap cahaya matahari
dan membangkitkan elektron pada saat cahaya matahari mengenai permukaan
substratkaca. Ada
4 empat jenis sel surya yang akan dibuat pada penelitian ini dengan menggunakan
4 empat jenis campuran polimer yang berbeda sebagai active layer.
Campuran polimer yang pertama adalah [poly2‐methoxy‐5‐3,7‐ dimethyloctyloxy
‐1,4‐phenylene vinylene] MDMO‐PPV dan [6,6 phenyl C61‐ butyric
acid methyl ester] atau PCBM; campuran polimer kedua adalah poly 3‐ hexylthiophene
P3HT dan PCBM; campuran polimer ketiga adalah hybrid MDMO‐ PPV
dengan partikel nano seng oksida ZnO; serta campuran polimer yang keempat
adalah hybrid P3HT dengan partikel nano ZnO. Metoda yang akan digunakan
dalam pembuatan sel surya berbasis polimer ini adalah lapis tipis thin film.
Pertama‐tama polimer dilapiskan dengan teknik screen printing di atas permukaan
substrat kaca yang sudah dilapisi dengan elektroda transparan Indium Tin
Oxide ITO. Selanjutnya di bagian bawah polimer dilapiskan elektroda alumunium
Al menggunakan teknik sputteringevaporasi. Fasilitas peralatan untuk
proses tersebut semua tersedia di Laboratorium BKME PPET – LIPI.
Kata kunci : sel surya, polimer, bulk heterojunction, active layer, ZnO, thin film.
56 I.
Pendahuluan
i. Latar